Guru di SMAN 9 Kota Bekasi yang tertarik menulis di Kompasiana. Penulis reflektif, dan pengamat kehidupan sosial sehari-hari. Menulis bagi saya adalah cara merekam jejak, menjaga kenangan, sekaligus mengolah ulang pengalaman menjadi gagasan yang lebih jernih. Saya tumbuh dari kisah pasar tradisional, sawah, dan gunung yang menjadi latar masa kecil di Cisalak-Subang. Kini, keseharian sebagai guru membuat saya dekat dengan cerita murid, dunia pendidikan, serta perubahan sosial yang terjadi di sekitar kita. Di Kompasiana, saya banyak menulis tentang: pendidikan yang manusiawi, dinamika sosial budaya, kenangan kecil yang membentuk cara pandang, serta fenomena keseharian seperti kafe, pasar, hujan, dan keluarga. Saya punya prinsip tulisan yang baik bukan hanya menyampaikan pendapat, tetapi juga mengajak pembaca berhenti sejenak untuk merenung, tersenyum, atau tergerak untuk berubah.
Sinar matahari masih enggan menerobos celah-celah awan memberikan sentuhan pagi nan teduh dan segar. Burung-burung yang terbang tinggi di langit biru menjadi bayangan hitam yang kontras, menciptakan siluet yang begitu menawan.

Melihat pemandangan ini, hati ini terasa dipenuhi dengan rasa syukur akan anugerah Yang Maha Kuasa. Momen-momen seperti ini mengajak kita untuk bersyukur atas keindahan hidup dan menyadari betapa pentingnya menjaga dan merawat lingkungan sekitar kita.
Inilah pagi yang menyentuh hati, di mana kehidupan alam bersatu dalam harmoni setelah hujan lebat semalam. Semua ini mengingatkan kita akan keindahan alam yang tiada henti, dan betapa pentingnya kita sebagai bagian dari alam ini untuk menjaga keseimbangan dan keindahan yang telah diberikan.