Tidak sulit mencari makanan khas Jawa Timur di Kota Bogor, tetapi tidak semua menjual rujak cingur.
Di sekitar Taman Air Mancur menjual beragam olahan: soto, rawon, pecel, gado-gado siram, tahu tek, tahu campur, tahu telur, rujak cingur.
Bergeser sedikit ke arah Istana Bogor, pada halaman ruko di Jalan Jenderal Soedirman ada penjual sego bebek, lontong kikil, soto Lamongan, tetapi tidak ada rujak cingur.
Naik BisKita ke Ciparigi hingga mentok. Tak jauh dari perhentian akhir ada warung yang menjual rawon, pecel, dan rujak cingur.
Melambung, ke daerah Taman Cimanggu terdapat kedai rumahan. Menjual ramesan ala Jawa Timur, pecel, dan rujak cingur. Lupa nama jalannya, tapi yang pasti ia dilewati angkot 12 jurusan Taman Cimanggu.
Tiga tempat sudah pernah atau beberapa kali dikunjungi demi menikmati rujak cingur, yaitu warung di Ciparigi, Taman Cimanggu, dan dekat Air Mancur .
Menurut bisikan, ada warung kecil derah Lawang Gintung yang menjual rujak cingur. Maka tujuan kali ini adalah ke sana, naik angkot 02 rute Laladon-Sukasari. Dari perhentian terakhir di Sukasari tidak langsung turun. Tetap duduk dan bilang ke pak supir mau turun di warung rujak cingur.
Warung berada tepat di seberang perusahaan farmasi PT Boehringer Ingelheim Indonesia. Tempatnya sederhana dengan meja panjang dan kursi plastik.
Saya memesan rujak cingur tanpa lontong, yang sedang pedasnya. Bu Mudiati mengulek kacang, petis udang, menggunting cingur, mengiris buah dan tempe tahu, menambahkan sayur matang, dan terakhir mengaduknya sebelum menyajikan ke piring.
Menurut pengakuan wanita paruh baya yang telah bejualan selama 10 (sepuluh tahun) itu, pelanggan warung adalah tentara yang berasal dari Jawa Timur, anggota TNI berasal dari Jawa Tengah yang pernah bertugas di provinsi paling timur Pulau Jawa, dan pelintas yang pernah merasakan kelezatan masakan Jawa Timur.