Tidak ada perjalanan yang bisa dikisahkan dengan satu kata jika ini soal masa lalu dan masa depan. Aku tak pernah menduga jika bapak yang sudah dua puluh tahun lebih tak mudik ke tanah kelahirannya, Jogjakarta. Ada banyak kisah di sana tapi sepertinya ia ingin melupakan kota ibu. Tapi semua berubah saat ibu dan adik bungsunya berpulang.
Tawaran iseng aku karena ada penerbangan Lampung-Jogjakarta, " Pak mau ke jogja, kita nyekar Mbah Ti. Sekalian bilang sama Mbah ti kalau bapak sekarang sudah duda."
Lelaki yang tak pandai bercanda itu diam, melirik dalam.
"Hayolah Mbah kung, biar aku ikutan. Mumpung liburan", ponakan ku menimpali.
"Baik tapi tiga hari saja ya, hari pertama berangkat, hari ke dua nyekar, hari ke tiga pulang."
"Baiklah." Tanpa menunggu lama kuajukan cuti dan kupesan tiga penerbangan Lampung - Jogja pulang pergi.
Sejak pensiun agak sulit mengajak berpergian, mungkin beliau bosan . Hampir separuh usia produktifnya dihabiskan untuk perjalanan dinas dan jauh dari keluarga. Tapi tetap bapak adalah traveler yang tak ribet, pandai packing dan sangat disiplin soal waktu serta detail, maklum Capricorn. :D
Perjalanan panjang terakhir bersama bapak mungkin lebih 20 tahun saat beliau mengantarku kuliah di Bogor. Tidak usah saya ceritakan bagaimana dramanya si bungsu ini yang selalu ingin perjalanan nyaman. Bus dengan pendingin, hotel nyaman dan makanan lezat, kalau tidak mengambek.
Tapi saat ini ganti saya yang mengurus beliau, memastikan obat-obatan dan tensimeter. Berikut travel vlog series bersama bapak dan ponakan. Perjalanan tiga generasi ke Jogja, semoga menginspirasi.