Dulu saat pandemi kita sempat canggung duduk bersama dan makan dalam satu alas. Rasanya tak mungkin budaya punggahan makan bersama beralas daun pisang dilakukan. Semua berjarak dan jujur kita semua merindukan momen itu. Hingga akhirnya emak-emak di kantor kami berinisiatif mengadakan potluck berkedok punggahan Ramadan. Setiap orang dipersilakan membawa makanan tapi agar tidak tumpang tindih (lebih banyak lauk daripada nasi) dibagi dalam beberapa kategori.
Alhamdulilah saya kebagian membawa ayam sambal hijau. Sehari sebelum ramadan kami berkumpul di ruang sebaguna , semua makanan dijajarkan di pinggir meja. Lalu daun pisan dihamparkan dan dibersihkan dengan lap basah. Satu per satu makanan: nasi, lauk dan sayur dibagi ke dalam daun pisang panjang oleh ibu-ibu.
Air liur saya rasanya mau menetes mencium aroma semur jengkol dan nasi liwat hangat. Belum lagi beragam panganan kecil sudah siap dikudap usai makan besar. Tanp diperintah semua orang duduk memanjang berhadapan. Duduk bersama setara tanpa jarak, tanpa memandang jabatan apalagi golongan.
Sesuai dengan makna punggahan yang artinya naik, berharap dari makan bersama kita semua siap menghadapi bulan Ramadan dengan mempertebal keimanan. Karena sesunggunya derajat tinggi manusia adalah keimananannya bukan jabatan dan pangkat.
Berharap dari acara makan-makan ini tali silaturhami semakin erat. Hati yang pernah tergores bisa membuka pintu maaf dan saling menjabat tangga, sehingga Ramadan tahun ini dapat kita hadapai dengan hati yang susi.
Terimakasih buat teman-teman PT Transportasi Gas Indonesia Regional Office 4 Batam yang sudah berpartisipasi dalam gelaran punggahan ramadan . Semoga kita semua siap menjalankan ibadah di bulan penuh rahmat dan pahala. AMIN.