Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menapak Tilas Keberadaan Situs Kendedes dan Kampung Budaya Polowijen

14 Januari 2020   05:58 Diperbarui: 15 Januari 2020   17:13 1076 17 4

Bersama penjaga situs duduk di atas Sumur Windu yang sudah ditutup. Foto dokpri
Bersama penjaga situs duduk di atas Sumur Windu yang sudah ditutup. Foto dokpri
Watu Dakon. Foto dokpri
Watu Dakon. Foto dokpri
Watu Kenong. Foto dokpri
Watu Kenong. Foto dokpri
Kemunculan Kampung Budaya Polowijen 

Hal yang unik sekaligus menarik, saat memasuki kawasan menuju situs petilasan Ken Dedes yang berada di samping makam Islam tersebut adalah, saya harus melintasi sebuah perkampungan sederhana yang berderet di sepanjang pinggiran sungai kecil. Yang dihuni oleh kisaran 15 keluarga.

Kampung kecil itu menjadi sangat terkenal dan istimewa karena pada tanggal 2 April 2017 lalu telah diresmikan oleh Walikota Malang sebagai Kampung Sentra Budaya.

Foto dokpri
Foto dokpri
Peresmian tersebut bukan tanpa sebab. Selain adanya situs bersejarah yang banyak ditemukan di sana, Desa Polowijen sejak zaman penjajahan Belanda terkenal sebagai desa yang memiliki kebudayaan yang tinggi. Dari desa ini bermunculan empu-empu kriya, ahli pembuatan gerabah, ahli pembuatan topeng Malangan dan gudangnya para penari tradisional.

Pencanangan predikat tersebut diharapkan bisa memberi support bagi masyarakat Polowijen dan sekitarnya untuk terus menjaga kelestarian warisan budaya leluhur. Serta menjadikan Kampung Budaya Polowijen sebagai salah satu andalan destinasi wisata yang ada di Kota Malang sehingga mampu membangkitkan ekonomi kreatif yang ada di dalamnya.

Ada banyak harapan disematkan pada Kampung Budaya Polowijen ini. Utamanya sebagai kampung percontohan dan pembelajaran.

Seni kerajinan topeng di Kampung Budaya Polowijen. Foto dokpri
Seni kerajinan topeng di Kampung Budaya Polowijen. Foto dokpri
Ketika saya melintasi jalanan kecil di sepanjang perkampungan, rasa kagum membuncah memenuhi ruang dada saya. Apalagi saat melihat warga guyub bergotong royong mengadakan pembenahan di sana-sini. Dan tampak pula warga kampung bekerja dibantu oleh para mahasiswa dari Universitas Malang yang tengah mengadakan KKN. 

Kesibukan kian marak ketika atap-atap yang terbuat dari welit diturunkan.  Rupanya para mahasiswa sedang mempersiapkan panggung untuk perhelatan akbar dalam rangka penutupan KKN yang rencananya akan digelar pada tanggal 26 Januari 2020 mendatang.

Deretan gazebo di sekitar Kampung Budaya Polowijen. Foto dokpri
Deretan gazebo di sekitar Kampung Budaya Polowijen. Foto dokpri
Akhirnya, seperti biasa, sembari melenggang riang sebelum pulang, tangan ini sibuk mengabadikan momen indah yang terpampang di depan mata. Deretan topeng, gazebo, rumah-rumah khas pedesaan, sungguh, terlalu sayang untuk diabaikan.


***

Malang, 14 Januari 2020

Lilik Fatimah Azzahra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2