Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com
Saya selaku penulis di Kompasiana, beberapa kali datang ke Cilegon. Di Kota Baja itu, ada Kang Nasir Rosyid, yang juga aktif menulis di Kompasiana. Ia alumni Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII), Jogjakarta. Ia salah seorang inisiator sekaligus penggerak berdirinya Kota Cilegon. Melalui Kang Nasir Rosyid inilah saya sedikit-banyak mengenal Cilegon.
Secara politik, Kang Nasir Rosyid adalah salah seorang petinggi Partai Golkar. Ia lahir dan besar di Cilegon. Ia pernah menjadi Kepala Desa Gerem, yang kini menjadi Kelurahan Gerem, Kecamatan Grogol, Kota Cilegon. Kang Nasir Rosyid bahkan pernah memimpin Paguyuban Lurah seluruh Cilegon. Setidaknya, kini ada 43 kelurahan di Kota Cilegon, yang total luas wilayahnya mencapai 175,49 kilometer.
Melalui Kang Nasir Rosyid pulalah saya berkenalan dengan tokoh utama Kota Cilegon, yaitu Aat Syafaat, lengkapnya Tubagus Aat Syafaat. Ia lahir di Jombang Wetan pada 10 September 1947 dan wafat pada Kamis (10/11/2016). Semasa hidupnya, saya beberapa kali ngobrol dengan Aat Syafaat, yang saya sapa Abah Aat. Bersama penulis Kompasiana yang lain, Thamrin Sonata, kami menulis buku tentang Abah Aat. Buku itu, antara lain, berisi tentang perjuangan politik Abah Aat mewujudkan berdirinya Kota Cilegon.
Kini, Abah Aat sudah wafat. Thamrin Sonata juga sudah wafat. Nah, menyambut Pilkada Cilegon 2020, saya membuat video yang saya sertakan di sini. Kita tahu, Abah Aat adalah tokoh Banten yang menginisiasi Kongres Rakyat Banten. Kongres terakhir yang saya hadiri, yaitu pada tahun 2016. Abah Aat juga pemimpin tertinggi Partai Golkar Cilegon. Selain itu, Abah Aat menjadi Wali Kota Cilegon dua periode berturut-turut.
Sebagai tokoh sepuh Banten, juga pengalaman politiknya di Golkar dan Cilegon, Abah Aat semasa hidup senantiasa berbagi ilmu bermasarakat di berbagai kesempatan. Saya pikir, pesan-pesan Abah Aat masih cukup relevan untuk dicermati kalangan muda, yang kini menjadi bagian dari proses politik di Kota Cilegon khususnya dan di Provinsi Banten umumnya.