Saya memulai hidup ini dengan menulis puisi dan cerita pendek, kemudian jadi wartawan, jadi pengelola media massa, jadi creative writer untuk biro iklan, jadi konsultan media massa, dan jadi pengelola data center untuk riset berbasis media massa. Saya akan terus bekerja dan berkarya dengan sesungguh hati, sampai helaan nafas terakhir. Karena menurut saya, dengan bekerja, harga diri saya terjaga, saya bisa berbagi dengan orang lain, dan semua itu membuat hidup ini jadi terasa lebih berarti.
Ya, seni baca puisi di Indonesia, terunik di dunia. Itu diungkapkan Jose Rizal Manua, pada Minggu, 28 Agustus 2022 lalu, di malam puncak Lomba Baca Puisi Piala HB Jassin di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat. Benarkah?
Mulai Ditiru Malaysia
Lomba Baca Puisi Piala HB Jassin sudah dirintis Jose Rizal Manua, sejak era Wardiman Djojonegoro menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1993-1998. Lomba tersebut diadakan Komunitas Bengkel Deklamasi pimpinan Jose Rizal Manua.
Lomba tahunan tersebut sempat terhenti tahun 2006, karena tidak ada sponsor. Kemudian, sejak tahun 2019, Bengkel Deklamasi mendapat dukungan dari Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) serta Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin.
"Kolaborasi ketiga pihak tersebut, membuat penyelenggaraan Piala HB Jassin tahun 2022 ini, lebih meriah dari tahun-tahun sebelumnya. Ini wujud penghormatan terhadap HB Jassin sebagai tokoh sastra Indonesia," ujar Jose Rizal Manua, Ketua Pelaksana Piala HB Jassin 2022.
Lebih dari semua itu, Jose Rizal Manua sesungguhnya sangat antusias untuk mengembangkan seni baca puisi di Indonesia. "Saya sudah menyaksikan lomba baca puisi di berbagai negara di dunia. Mereka umumnya membaca puisi seperti orang mendongeng. Datar dan nyaris tanpa ekspresi," lanjut Jose Rizal Manua.
Sebaliknya, di Indonesia, seni baca puisi sangat ekspresif. Bahkan, sudah memasukkan unsur-unsur teatrikal dan musik, hingga berkembang menjadi musikalisasi puisi. "Malaysia belakangan mulai meniru seni baca puisi Indonesia," tukas Jose Rizal Manua.
Ia menyebutkan, seni baca puisi Indonesia dikagumi oleh para seniman dunia. Pada tahun 1974, misalnya, seniman dunia sangat terkagum-kagum terhadap WS Rendra dan Sutardji Calzoum Bachri, ketika mereka membaca puisi di Festival Puisi Dunia di Rotterdam, Belanda.
Bahkan, tutur Jose Rizal Manua, penyair Pemenang Nobel, Pablo Neruda, mengungkapkan secara langsung kekagumannya terhadap seni baca puisi yang ditampilkan Rendra dan Sutardji di Rotterdam tersebut.
Dimulai dengan Video