Isson Khairul
Isson Khairul Jurnalis

Saya memulai hidup ini dengan menulis puisi dan cerita pendek, kemudian jadi wartawan, jadi pengelola media massa, jadi creative writer untuk biro iklan, jadi konsultan media massa, dan jadi pengelola data center untuk riset berbasis media massa. Saya akan terus bekerja dan berkarya dengan sesungguh hati, sampai helaan nafas terakhir. Karena menurut saya, dengan bekerja, harga diri saya terjaga, saya bisa berbagi dengan orang lain, dan semua itu membuat hidup ini jadi terasa lebih berarti.

Selanjutnya

Tutup

Video Artikel Utama

Matahari Papua, Lakon Terbaru Teater Koma

2 Juni 2024   23:25 Diperbarui: 3 Juni 2024   16:31 1168 16 6

Ada tiga Riantiarno di Matahari Papua. Pertama, Nano Riantiarno. Kedua, Ratna Riantiarno yang merupakan istri Nano Riantiarno. Ketiga, Rangga Riantiarno, anak dari pasangan tersebut. Rangga adalah sutradara Matahari Papua, yang akan dipentaskan di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, tersebut.

Rangga Riantiarno menuturkan, "Di naskah Cahaya dari Papua, musuh yang dihadapi Biwar, hanya Naga. Di Matahari Papua, musuh Biwar bertambah. Ada buaya, tiga biawak, burung hitam, dan yang lainnya." Kehadiran musuh-musuh Biwar tersebut, tentu saja membuat pertunjukan Matahari Papua menjadi lebih dinamis dan atraktif.

Biwar sebagai sosok anak Tanah Papua, sesungguhnya sedang melakukan balas dendam terhadap Naga. Karena, saat Biwar dalam kandungan, ayahnya dibunuh oleh Naga. Untung, sang ibu selamat, hingga Biwar lahir dan tumbuh menjadi pemuda, yang kemudian membalaskan dendam ayahnya.

Naga yang menjadi musuh utama Biwar, diwujudkan dalam ukuran yang gede banget. Ratna Riantiarno menyebutkan, "Salah satu prinsip yang ditanamkan Nano Riantiarno di Teater Koma adalah properti pementasan harus dibuat. Sedapat mungkin, multi media diminimalkan."

Namun, karena kini adalah era multi media, tentu saja pementasan Matahari Papua tak bisa dilepaskan dari teknologi panggung yang ciamik tersebut. Warna-warni kostum pemain akan berkolaborasi dengan tata cahaya multi media, yang akan menjadi bagian dari semarak Matahari Papua.

Matahari Papua adalah produksi ke-230 Teater Koma. Sejak didirikan pada 1 Maret 1977 hingga sekarang, Teater Koma terus berkarya, menginspirasi masyarakat Indonesia melalui pertunjukan teater. Dari 47 tahun perjalanan Teater Koma, 20 tahun lebih di antaranya, Teater Koma didukung penuh oleh Bakti Budaya Djarum Foundation.

Renitasari Adrian selaku Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, menyebut, "Dukungan ke Teater Koma adalah bagian dari wujud dukungan Bakti Budaya Djarum Foundation kepada ekosistem seni pertunjukan di Indonesia." Ia menilai, Nano Riantiarno adalah salah satu sosok Bapak Teater Indonesia, yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk teater.

Jakarta, 2 Juni 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2