Isson Khairul
Isson Khairul Jurnalis

Saya memulai hidup ini dengan menulis puisi dan cerita pendek, kemudian jadi wartawan, jadi pengelola media massa, jadi creative writer untuk biro iklan, jadi konsultan media massa, dan jadi pengelola data center untuk riset berbasis media massa. Saya akan terus bekerja dan berkarya dengan sesungguh hati, sampai helaan nafas terakhir. Karena menurut saya, dengan bekerja, harga diri saya terjaga, saya bisa berbagi dengan orang lain, dan semua itu membuat hidup ini jadi terasa lebih berarti.

Selanjutnya

Tutup

Video

Pesantren Nuu Waar Berbagi 10 Ton Ubi untuk 2.000 Warga

21 September 2024   23:45 Diperbarui: 21 September 2024   23:51 119 1 0

Ubi, sebagai Pangan Alternatif

Pesantren Nuu Waar memang sedang gencar menggalakkan budi daya ubi. Ada dampak berganda yang diharapkan dari gerakan tersebut. Pertama, ubi adalah jenis tanaman yang relatif mudah untuk dibudidayakan. Kedua, gerakan ini melibatkan petani di desa-desa, hingga tersedia lapangan kerja untuk para petani desa tersebut.

Ketiga, ubi yang telah dipanen, dibagikan kepada warga miskin di perkotaan, sebagai pangan alternatif pengganti beras. Adalah Ustadz Fadzlan Garamatan, pimpinan Pesantren Nuu Waar, yang mencetuskan serta mengeksekusi program menanam ubi sekaligus berbagi ubi tersebut.

Fadzlan Garamatan adalah salah seorang yang terketuk hatinya untuk membangun manusia dari kawasan timur Indonesia. Sebagian besar santri di pesantren ini berasal dari kawasan Indonesia Timur. Antara lain, dari Papua, Maluku, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.

Ia lahir 55 tahun yang lalu di Teluk Patipi, Kabupaten Fakfak, yang kini menjadi bagian dari Provinsi Papua Barat. Pada Jumat pagi itu, Fadzlan Garamatan mengajak para tokoh masyarakat Bekasi untuk membagikan ubi kepada 2.000 Kepala Keluarga (KK) warga Bekasi, yang menjadi penerima bantuan tersebut.

Ini bagian dari gerakan mengentaskan warga miskin kota, dengan ubi sebagai pangan alternatif pengganti beras. Tiap KK menerima 5 kilogram ubi, hingga total ubi yang dibagikan hari itu mencapai 10 ton. Dengan demikian, ada banyak petani ubi di desa yang tertolong kehidupan ekonominya, karena hasil pertanian mereka diserap oleh Pesantren Nuu Waar.

Pada saat yang sama, ada 2.000 Kepala Keluarga (KK) warga Bekasi, yang tertolong kehidupannya, karena mendapatkan bahan bangan ubi secara gratis. Saat ini, Pesantren Nuu Waar sedang menjajaki kerjasama dengan para pihak, untuk memroses ubi jalar menjadi aneka makanan siap konsumsi.

Itu sebagai backup program Patroli Pangan, yang dalam waktu dekat segera akan mereka gulirkan. Apa itu Patroli Pangan? Para relawan Pesantren Nuu Waar akan membagikan makanan gratis siap konsumsi, yang bersumber dari olahan ubi jalar. Sasarannya adalah masyarakat miskin yang berada di perkotaan.

Program ini akan mulai dilakukan di kota-kota yang berada dalam wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Taangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Kesungguhan Pesantren Nuu Waar untuk berbagi, memang sangat mengesankan. Ada sejumlah ahli yang mendukung program berbagi ubi tersebut.

Antara lain, Doktor Hariyadi, Ahli Pangan Nasional dari Pusat Kajian Pertanian Organisme Terpadu, Malang, Jawa Timur. Pada Jumat, 20 September 2024 lalu itu, ia mengemukakan, bahwa ia bersama tim tengah mengembangkan program mengolah ubi menjadi tepung ubi.

Gerakan menanam ubi sekaligus berbagi ubi tersebut, tentulah patut kita apresiasi. Apalagi, ubi sebagai komoditas pertanian, memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi, sehingga bisa menjadi bahan pokok alternatif pengganti beras.

Jakarta, 21 September 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2