Sehingga sekolah pertanian jadi sepi peminat. Sebut saja di tempat saya, banyak SMK Pertanian sedikit siswanya. Karena apa? Karena generasi milenial atau generasi sebelumnya sudah banyak yang memutuskan untuk tidak akan menjadi petani. Sebab, orang tuanya sendiri yang seorang petani pun kebanyakan juga tidak menginginkan anaknya menjadi petani kuq.
Akhirnya lahan-lahan terbengkalai. Iyalah terbengkalai. Lha, kan anak-anak dari para petani kita sudah tidak mao lagi meneruskan profesi mulia itu. Fakta membuktikan, bahwa anak-anaknya para petani lebih memilih kuliah yang entah dengan cara bagaimana para petani itu bisa menciptakan sarjana. Sing penting anaknya kuliah dulu. Soal kerja nanti dicari setelah lulus. Walau terkadang anak-anaknya petani banyak juga yang akhirnya merasa salah jurusan. Kayak ada ditempatku yah, dia bidan malah kerja di bank. Kadang ada juga yang sarjana perikanan tapi ga pernah punya kolam ikan. Bahkan satu ikan pun ga pernah hidup olehnya, wkwka. Selalu tidak linear antara pendidikan dengan dunia pekerjaan. Kayak dikeluarga saya, banyak yang sarjana teknik malah dulunya pada berbondong-bondong kerja ke bank. Akhirnya yo pada mabook sendiri, xixixi. Lalu kita resign semua, yang diawali oleh saya sendiri. Ada juga yang sarjana perikanan eh malah membelok ke dunia industri. Ada yang sarjana teknik sipil, bahkan paku sebatangpun aja ga bisa dia lurusin. Ya iyalah, pakunya bengkok katanya ahaha. Kata dia, paku yang bengkok sama dengan orang-orang, orang kalo dah bengkok payah lurusnya. Nah, ada tetangga bahkan lulusan pertanian malah berakhir bekerja sebagai buruh pabrik, sedangkan lahan orang tuanya banyak yang tidur. Wes ngonolah pokok e, masalah orang macem-macem.
Sekarang muncul cerita banyak lahan pertanian yang tadi nya masih luas sekarang malah makin sempit. Sudah pasti ini karena berbagi warisan dan lalu alih fungsi lahan untuk jadi perumahan masing-masing. Karena bertambahnya jumlah penduduk berbanding lurus dengan kebutuhan tempat tinggal. Sehingga, bisnis properti pun atau perumahan semakin membludak. Petani yang diiming-imingi harga tinggi akhirnya menjadi tergoda untuk menjual sawah miliknya kepada developer. Salahnya dimana? Mayoritas petani memilih beralih profesi, mereka bekerja pada industri dan pabrik. Atau ada yang melakukan urbanisasi ke kota. Mereka juga ingin berubah keadaannya. Mereka juga ingin sejahtera. Siapa yang patut dipersalahkan?
Sedangkan kita masih sangat sangat berharap pada dunia pertanian. Karena kita butuh pangan. Sementara kita mengalami industrialisasi yang kuat dan sektor pertanian harusnya tidak boleh ditinggalkan. Justru peluang bagi kekuatan industri agro. Peluang juga bagi dunia pertanian kita. Kita hanya perlua peningkatan nilai tambah dari sektor pertanian kita menuju industri. Cetak banyak lapangan kerja. Karena dengan pengembangan industri hulu agro merupakan peluang yang menjadi jembatan sinergi antara industri pengolahan dengan sektor pertanian sebagai penyediaan bahan baku. Itulah kenapa meningkatkan nilai tambah sumber daya alam pada industri hulu berbasis agro kedepannya perlu diwujudkan. Biar berkurang juga kan, pengangguran. Selanjutnya diikuti dengan upaya pembangunan industri pendukung dan andalan secara selektif melalui penyiapan SDM yang ahli dan kompeten di bidang industri serta meningkatkan penguasaan teknologinya.
Negeri kita terdiri dari banyak pulau serta mayoritas penduduknya hidup bergantung dari hasil pertanian. Seharusnya dengan wilayah daratan yang luas ini bisa dimanfaatkan lebih maksimal lagi sebagai lahan pertanian. Sangat sangat bisa. Kita memiliki sawah, ladang, dan kebun yang luas. Indonesia kaya raya. Tapi masyarakat yang memenuhi kebutuhan hidup dan berkegiatan ekonomi dari hasil pertanian kita aja yang belum sejahtera. Padahal, bertani umumnya berkaitan dengan bidang peternakan, karena pakan ternak yang baik dibuat dari hasil pertanian. Begitupun sebaliknya. Pupuk terbaik terbuat pula dari dunia peternakan. Bisa saling dukung.
Oleh karena itu, hilirisasi produk pertanian harus menjadi perhatian sebagai langkah kongkrit yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pendapatan petani. Agar petani sejahtera. Dengan cara meningkatkan nilai tambah produk pertanian melalui hilirisasi produk pertanian atau pengembangan industri hulu berbasis agro. Seringkali..., industri hilir pertanian yang seharusnya bisa menopang jutaan tenaga kerja produktif malah seperti ditelantarkan, kekurangan bahan baku. Padahal para petani kecil di pedesaan merupakan tulang punggung sub-sektor pertanian dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi bangsa.
Terus ya, kenapa juga ga di rem ekspor bahan mentah dari hasil pertanian kita tu? Bukankah pemilik industri agro hilir butuh banget bahan baku dari petani untuk pengembangan hilirisasi industrinya di negeri kita sendiri. Indonesia milik kita, euy. Kita punya petani apa saja, ada yang petani cacao, tetapi apakah kita sudah memiliki coklat sebagai produk hilirnya? Diluar sana tidak menghasilkan cacao, tapi produk makanan terbaiknya adalah coklat, jangan-jangan coklat dari luar itu bahan bakunya dari cacao yang dihasilkan petani kita. Hehehe. Sawit juga luas, sagu juga banyak. Karet bisa jadi ban. Tebu jadi gula. Banyak lagi, kopi, buah dsbnya. Kalo disini lahan terlantar pun keknya masih banyak lah, tapi kenapa juga ga digarap? Kadang saya juga bingung, kenapa juga banyak orang masih asyik-asyiknya nongkrong-nongkrong, padahal dapur susah berasap. Kadang ya, begitu lahan kita udah digarap orang, lalu kita iri. Eh, harus kah kita iri, keki dan dengki? Kan enggak. Orang luar melihat peluang, sementara kita, waktu kita buang-buang. Leha-leha. Ongkang-ongkang kaki. Plus ngomel-ngomel. Bukannya kita yang lalai? Bukankah kita yang minim ide?
Ah. Apa pun ceritanya, pertanian harus tetap ada. Indonesia yang luas ini, bukankah kita pemiliknya? Kita yang punya semuanya. Tergantung kitanya bukan? Kita nya mao nggaak? Mendukung adanya hilirisasi industri pertanian kedepannya agar kehidupan petani juga meningkat? Kadang, ada yang nyeletuk begini, "Itu petaninya saja yang kurang kreatif." Lalu banyak orang kan ga suka ya dikritik, eh jadi goondook. Gampang aja tersinggung, wkwk. Padahal memang belum kreatif memenuhi ekspektasi-ekspektasi kemajuan teknologi. Tapi, terlepas dari itu, hasil jerih payah keringat petani lah, yang sesungguhnya yang kita nikmati setiap hari ini. Iya kan?
Dunia jahatnya di mana?
Alam semesta sudah bekerja sesuai kodratnya. Semangat terus, dear....!
#KSStory#KSMotivasi#KSGarden
#reel#fbpro#fyp#vod