KS Story
KS Story Petani

Kisah PNS Asyik Bertani Di Sebuah Kebun Mini Miliknya, KS Garden Kuansing Namanya. (Kebun Buah Yang Disinari Matahari, Sayuran Yang Berwarna Cerah, Mimpi Yang Dipanen, Keranjang Berlimpah, Usaha Yang Membuahkan Hasil, Akar Yang Bersemangat, Panen Manis, Dari Ladang Ke Meja Makan😅)

Selanjutnya

Tutup

Video

Pejuang Mimpi Episode 72 Perempuan Itu Harus Berdaya Dalam Banyak Hal

30 Maret 2025   02:44 Diperbarui: 30 Maret 2025   06:44 192 0 0

KS Story 
KS Story 
 



Pejuang Mimpi Episode 72
Perempuan Itu Harus Berdaya Dalam Banyak Hal

"Aku tidak bisa menutup mata bahwa di luar sana masih banyak perempuan yang tidak seberuntung aku. Dan tidak jarang..., mereka ada di dalam ring satu kehidupanku alias orang-orang yang cukup dekat denganku. Mereka yang mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari suami, bahkan dari orangtua sendiri. Mereka yang pada akhirnya berpikir bahwa diri mereka memang perempuan biasa-biasa saja yang tidak memiliki hak untuk melakukan apapun. Sedih ya!"

"Aku bersyukur dalam sepanjang aku hidup..., aku tidak pernah merasa 'sulit' menjadi perempuan. Aku bisa melakukan nyaris apapun yang aku mau dan menjadi siapapun yang aku inginkan. Tanpa adanya batasan yang berarti dari orangtua, walaupun ibuku cukup mengekangku untuk beberapa hal. Pasangan hidup maupun anak-anakku yang bisa dibilang, juga sebagai support system yang sangat baik".

Gaeeess,
Sudah saatnya kita mengubah pola pikir seperti itu. Yuk, kita mulai menjadi perempuan yang berdaya dalam banyak hal. "Yaaaaah, di episode ini aku hanya mau ngomong tentang pentingnya perempuan bekerja atau berkarya biar menjadi berdaya nih!". Karena berdaya..., bisa dilakukan melalui banyak cara.

Pengalaman Pribadi;
Aku KS, ibu dari dua anak yang sudah merasakan serunya berada di dunia usaha sejak kecil. Memiliki anak membuat aku menjadi pribadi yang jauh lebih baik..., karena aku tahu bahwa sekarang ada dua mahluk mungil yang akan selalu menjiplak segala perilakuku. Demikian serunya sebagai ibu, berdaya sebagai orangtua juga perlu, lho Moms! Be a role model untuk anak kitah.

Familiar dong dengan kalimat "Anak itu peniru ulung?". Jadi jika ingin membentuk anak tangguh secara emosi, jadilah ibu yang tangguh. Ingin anak kita bahagia? Jadilah ibu yang bahagia. Ingin anak kita mandiri? Jadilah ibu yang mandiri. Ingin kita anak sukses? Berikan contoh nyata tentang arti sebuah kesuksesan.

Yaps,
Aku selalu ingin berdaya secara finansial. Karena menurutku, menjadi perempuan berdaya secara finansial itu memang penting. Aku lakukanlah sesuatu agar aku mandiri secara finansial. Jauh sebelum kelahiran anak pertama, aku tidak bisa lagi bekerja kantoran yang jam kerjanya luar biasa bikin pusing. Suami bilang Good atas keputusanku waktu itu. Seketika saja pikiranku berubah. Aku nggak mau lagi jadi karyawan, tapi ingin jadi mompreneur aja. Buka usaha..., jualan online..., apapun lah yang membuat aku menghasilkan uang dan mandiri secara finansial. Dengan mandiri secara finansial, minimal aku tahu, jika terjadi apa-apa dengan suami (knock on wood sih ya) yang menjadi pencari nafkah utama di keluarga, aku masih bisa memiliki simpanan untuk hidup kami dan anak kami ke depannya.

Anehnya, waktu itu terdapat pula stigma terhadap perempuan-perempuan yang memutuskan berhenti bekerja demi untuk kebahagiaan berumah tangga. Ada lagi kata hh, wkwka. Mengorbankan pekerjaan yang didapat dengan susah payah demi mengurus rumah tangga? Bodoh. Padahal ya, dalam ajaran Islam perempuan bekerja kan tidak wajib..., tapi mengurus rumah tangga dan membesarkan anak untuk tumbuh menjadi anak yang berpendidikan dan hidup berkesadaran membutuhkan banyak waktu dan energi.

Jadi. Menjadi ibu rumah tangga yang penuh kesadaran dan bertanggung jawab juga merupakan pekerjaan purna waktu. Maka, perempuan-perempuan yang memilih untuk menjadi ibu rumah tangga juga harus mendapatkan apresiasi karena mereka memilih untuk berada di rumah dan menanggalkan banyak hal dalam hidupnya. Nah, yang ingin aku tekankan sebenarnya adalah soal pilihan.

Menjadi perempuan yang berdaya bukanlah tentang bekerja atau tidak bekerja..., tapi soal memiliki pilihan untuk bekerja atau tidak sebab memiliki pilihan adalah sebuah kemewahan. Akan tetapi, yang perlu diingat adalah bahwa penting juga seorang perempuan tetap memiliki nilai-nilainya sendiri agar tetap selalu berdaya dan berdikari.

Seorang ibu rumah tangga mungkin tidak harus bekerja kantoran, tapi bisa tetap melakukan hal-hal yang dapat mengasah kemampuan. Kalau pun suatu hari ada situasi yang menantang, misalnya ditinggalkan oleh suami, ia bisa tetap berdaya untuk menghidupi diri dan keluarganya.

Namun sayangnya, berbicara tentang pemberdayaan perempuan kita masih dihadapkan dengan segelintir stigma. Perempuan yang memilih untuk bekerja langsung  dilabeli wanita karier dengan stigmanya sendiri. Perempuan yang dianggap cukup intelektual adalah mereka yang tidak tertarik berkeluarga dan hanya fokus pada pekerjaan. Ha, jika sampai usia tertentu aku belum juga menikah artinya aku akan dianggap adalah perempuan yang bermasalah huahaha. Seperti itu.

Bahkan terkadang ada orang-orang yang mempertanyakan aku sebelum umurku mencapai 25 tahun itu,  "Are you happy? Are you okay being single? What is it like? Are you lonely?". Krrrrkrkk, aku mengacungkan telunjukku ke leherku. Seakan-akan aku hendak mematahkan lehernya waktu itu juga ha-ha-ha sambil bilang Wooyyy. Menurut aku ya, tidak semua orang memiliki cita-cita untuk punya suami dan anak di usia 25. Ketika berusia lebih muda, konsep pernikahan bagiku adalah konsep yang akan datang secara alami saja. Jodoh pasti bertemu.

Bukan sesuatu yang harus aku impikan. Aku lebih sering bermimpi tentang apa yang ingin aku lakukan di dunia..., apa yang akan aku rasakan..., atau ke mana aku ingin pergi. Keputusan aku berkarir lama-lama sendiri itu  juga seolah-olah tidak mencerminkan bagaimana kehidupan percintaan yang pernah aku lalui. Sehingga aku merasa lebih baik untuk tidak dilabeli wanita karier. Setelah aku berwirausaha, aku adalah seorang perempuan yang memiliki pekerjaan. Gituuw!

Baik. Aku mulai dengan pertanyaan pada diri sendiri. "Apakah kamu merasa tidak punya kemampuan yang bisa menghasilkan sesuatu?" Jadilah perempuan yang suka belajar, biar melek ilmu. Paling gampang tentu saja dengan aku banyak membaca. Menjadi perempuan pintar itu nggak perlu memaksa diri kuliah di universitas ternama atau kuliah sampai S3. Banyak membaca aja, banyak mencari tahu aja. Dengan menjadi perempuan yang memiliki banyak pengetahuan..., aku menjadi tahu apa yang aku inginkan. Aku menjadi tahu apa yang menjadi hak aku sebagai seorang perempuan, seorang isteri, seorang ibu, seorang pekerja.

Boleh saja kalau tidak mau bekerja, boleh saja tidak memiliki posisi tinggi dalam pekerjaan, itu semua pilihan kok, tapi bukan berarti aku boleh menjadi bodoh. Aku bersosialisasi dengan banyak orang dari beragam latar belakang. Mulai dari kelompok tukang sayur, para staf biasa di kantor hingga CEO sebuah perusahaan ternama. Perempuan berdaya kan, adalah mereka yang sadar akan value diri mereka sendiri. Mereka sadar benar atas potensi yang mereka punya dan mereka tidak ragu untuk menjadi sosok yang mereka inginkan apapun profesinya..., apapun bidangnya. Karena mereka punya pemahaman akan diri sendiri, maka mereka tidak ragu untuk mengembangkan diri. Ini bukan aku lho yang ngomong. Aku pernah baca, tapi aku lupa bukunya judul apa, hehehe.

Saat aku memilih tidak bekerja waktu itu, aku ga pernah merasa ga berdaya. Bukankah yang namanya perempuan itu, harus berdaya dalam banyak hal? Seperti; Aku terlibat dalam pengelolaan keuangan usaha rumah tangga. Terlibat. Tapi berdaya bukan lantas semua harus bisa dijalankan sendiri, berdaya juga bukan berarti arogan dan merasa tidak butuh dukungan dari orang lain. Justru menjadi perempuan berdaya adalah bagaimana aku bisa percaya kepada diriku sendiri, bisa bernalar dengan baik. Aku juga bisa kuq, mengakui apabila aku butuh dukungan dari orang lain. Namun tetap menjadi bahagia dengan apa yang telah aku putuskan.

Baiklah, aku benar-benar tidak bisa bekerja waktu itu hanya karena secara keadaan suami sedang tidak memberi izin. Anak kecil kami benar-benar tidak bisa ditinggal. Kondisi saja yang tidak memungkinkan, tapi setidaknya aku terlibat dalam pengelolaan keuangan usaha rumah tangga yang sibuk. Ohiya. Aku tidak lagi bicara mengenai kas rumah tangga yang digunakan untuk belanja harian, bayar listrik, uang pertumbuhan anak dll, tapi sudah tentang investasi dan rencana jangka panjang keluargaku.

Ha. Dari sini aku belajar melihat dunia dari berbagai sudut pandang. Nggak jarang..., saat melihat susahnya hidup seseorang, __ini memacu aku untuk semangat berusaha. Karena beberapa alasan: aku ingin membantu orang tersebut atau aku tidak ingin mengalami seperti apa yang orang itu alami.
***

Potongan kalimat dari surat Raden
Ajeng Kartini kepada Ny. Abendanon telah menjadi pengingat bagi diriku sendiri sebagai seorang perempuan bahwa kita harus tangguh dalam menghadapi apapun. "Kami berikhtiar supaya kami teguh sungguh, sehingga kami sanggup sendiri, menolong diri sendiri. Dan siapa yang dapat menolong dirinya sendiri, akan dapat menolong orang lain." . Dewasa ini, telah banyak perempuan yang menunjukkan kemampuannya dalam ranah publik sehingga menjadi perhitungan bahwa perempuan layak dan pantas untuk mengembangkan diri. Tetapi tidak sedikit juga perempuan yang masih mengalami represi akan keterlibatannya dalam ranah publik.

Menurut forbes.com, ada 3 hal yang menjadi penyebab perempuan menahan diri untuk meningkatkan laju karir, yaitu; fear of failure, family matters, inferiority complex. Meskipun begitu, tahukah kamu, mengapa dibutuhkan ibu muda untuk kembali bekerja? Karena di saat kita memiliki posisi sebagai pengambil keputusan dalam sebuah instansi atau perusahaan sendiri, kita memiliki kans yang sangat besar untuk menciptakan aturan yang lebih baik dan ramah untuk sesama perempuan. Jadilah pengambil keputusan di tempat kita bekerja. Point ini memang khusus untuk mereka yang bekerja kantoran atau  memiliki usaha sendiri. Dengan berdaya, kita bisa menciptakan banyak senyum dan tawa dalam hidup kita dan hidup orang-orang terdekat kita :).

Menjadi berdaya..., harus datang dari kesadaran tentang cinta. Kek gini ; "Jika aku sayang pada diriku sendiri dan orang-orang yang aku cintai, aku akan mencari cara untuk berdaya dan menjadi perempuan yang mandiri. Tapi jika aku tidak memiliki kesadaran akan rasa cinta itu..., aku akan selalu bergantung pada orang lain. Padahal orang lain bisa berpotensi membuat aku kecewa. Apalagi jika bicara tentang perasaan".

Inilah yang ingin KS sampaikan lewat Episode "Perempuan Itu Harus Berdaya Dalam Banyak Hal" ini. Selain untuk menunjukkan dukungan terhadap kreativitas perempuan, aku juga ingin menunjukkan dukungan untuk antar perempuan karena mayoritas pemilik kreativitas dari hasil pertanian ini adalah perempuan. Dengan segala tantangan di masyarakat yang sering dihadapi perempuan, episode ini hanya ingin memberikan inspirasi pada perempuan untuk bisa terus maju dan berdaya. Apapun pilihan hidupnya.

Aku sepertinya juga harus memberikan credit kepada support system aku yang sangat mendukung semua peran yang aku jalani, rasanya tidak mungkin aku dapat melakukan banyak hal kalau hanya berasal dari kemauan sendiri tanpa dukungan orang sekitar. Beruntung support system aku, mulai dari suami, anak, orang tua, juga mendukung sehingga aku dapat melakukan banyak hal sekaligus.

Banyak pembahasan mengenai cara menyeimbangkan peran sebagai ibu yang juga pekerja, tapi aku terkadang lupa bahwa aku juga adalah individu yang punya identitas sendiri. Aku bukan hanya ibu dari si A, istri dari si B, atau karyawan kantor C. Aku juga adalah seorang individu yang memiliki minat dan keinginan tersendiri. Terkadang aku tetap butuh meluangkan waktu untuk diri sendiri, mungkin dengan berkebun, ngebaking, membaca, menulis, atau hobi-hobi lainnya. Meluangkan waktu untuk diri sendiri menurut aku sangat penting, untuk menghasilkan sosok yang bahagia, sehingga aku bisa menjalankan setiap peran secara maksimal.
Belasan tahun aku berkarir, aku selalu mengusahakan waktu untuk diri sendiri. Karena kalau tidak diusahakan, pasti tidak akan pernah ada waktunya.

Sejak dari zaman dahulu kala, di zaman kerajaan sekalipun, perempuan-perempuan di Indonesia sebenarnya sudah berdaya. Kalau dipikirkan matang, sudah banyak perempuan Indonesia yang bekerja sejak dulu, tidak hanya menjadi ibu rumah tangga saja. Lihat saja para pengrajin kain di berbagai daerah atau para penjual di pasar. Mereka adalah contoh-contoh perempuan yang berdikari. Maka, sebenarnya perempuan yang bekerja itu adalah hal yang biasa. Tapi entah sejak kapan terdapat pemikiran bahwa perempuan yang keluar rumah adalah sesuatu yang tidak lumrah.

Tahukah kamu? Inklusi keuangan masih lebih banyak menguntungkan pihak pria. Contohnya, ketika perempuan menikah biasanya aset-aset yang dimiliki akan diatasnamakan suaminya saja. Kalo terjadi apa-apa, maaf misalnya perceraian atau kematian. Perempuan sering kali tidak memiliki aset formal. Itulah kenapa, perempuan butuh akses pendidikan tinggi. Jangan mau dibodohi laki-laki. Dengan bekal pendidikan yang memadai..., perempuan tentu akan memiliki kemampuan untuk berkembang di era global. Selain itu, pendidikan juga dapat meningkatkan kesadaran akan hak dan martabat perempuan.

Sebenernya kasus ini banyak aku temukan dari aku bekerja di lembaga keuangan dulu. Sering kali aku temuin ya, nasabah berantem di rumah tangganya, lalu usaha mereka mulai Morat Marit. And than, istrinya curhat sama aku, wkwka. Jelek-jelekin suaminya. Yang suaminya selingkuh lah, yang usaha ga keurus, padahal usaha mereka dulunya berkembang karena aset bersama. Klo misalnya si istri memilih cerai, istri ga bisa apa-apa. Ga punya pekerjaan, dan enggak punya aset lagi, karena semua aset sudah atas nama suaminya. Kasian kan, perempuan tak berdaya. Pada kasus tertentu perempuan tidak bisa mendapatkan bantuan finansial lewat jalur formal setelah berpisah. Hal-hal semacam ini tentu saja menjadi tantangan sendiri bagi perempuan yang ingin berdaya sehingga mereka butuh motivasi dan bantuan lebih untuk mendapatkan yang diinginkan.

Oleh karena itu, aku merasa perlu untuk mengubah pola untuk para perempuan. Perempuan itu harus berdaya dalam banyak hal. Perempuan harus berupaya lebih dan saling mendukung agar kita tidak hanya mengikuti pola yang ada dan sekadar bekerja keras saja jadi ibu rumah tangga. Kenyataan yang ada sekarang masih belum menguntungkan semua gender. So, we need to add more fire into the flame.

Apakah kamu termasuk PEREMPUAN yang bergantung sama LAKI-LAKI? Pikirkan hal ini!

Saat ini, tidak bisa dipungkiri. Banyak perempuan yang sangat bergantung pada laki-laki. Untuk keuangan atau hal-hal lainnya. Mengapa perempuan dikenal lemah dan membutuhkan laki-laki? Karena perempuanlah yang mencitrakan dirinya sendiri lemah. Mungkin lebih tepatnya perempuan lemah adalah perempuan yang malas berpikir. hehehe.

Bukan tidak bisa! Perempuan itu bisa melakukan banyak hal. Namun banyak perempuan yang ingin mendapatkan segalanya dengan instan dan tidak mau bekerja keras, dan tidak bekerja cerdas. Mereka mengikuti trend masa kini namun tidak melihat apakah dia mampu mengikutinya. Nah salah satunya banyak perempuan melakukan jalan pintas. Padahal ya. Perempuan itu tidak lemah.

Lantas, kamu pernah gak sih berfikir, jika laki-laki itu pergi apa yang bisa kamu lakukan seorang diri? Sebagai perempuan jaman now, harusnya kita bisa berdiri diatas kaki sendiri. Jangan jadi perempuan yang lemah! Kamu harus punya pendidikan..., punya penghasilan..., punya ketrampilan, dan punya tujuan. Jika kamu terlalu bergantung pada laki-laki hal itu akan menjadikan sisi negatif untuk kamu dan dia. Karena sesuatu yang berlebihan akan berakibat tidak baik untuk suatu hubungan. Ketika perempuan terlalu bergantung pada pasangannya, laki-laki akan merasa risih dan besar kepala karena dibutuhkan.

Apa salahnya jika pasangan itu saling membantu?  Banyak wanita yang nggak sadar kalau dirinya terlalu bergantung pada pasangannya. Mereka baru akan sadar ketika laki-laki itu sudah pergi meninggalkannya. Sampai-sampai wanita tersebut rela kehilangan harga diri di depan pasangannya karena nggak bisa hidup tanpa dia. Duh, apakah kamu termasuk wanita yang seperti itu?

Tapi, ada sebuah pertanyaan yang selalu saja menuju pada perempuan berdaya. Untuk apa kita punya pasangan kalau kita bisa melakukan semuanya sendiri? Ha-ha ha. Hai girls, memiliki pasangan itu suatu kebutuhan. Dimana kamu kelak akan menghabiskan sisa hidupmu bersama orang yang tepat untuk mendapatkan keturunan. Tapi kita tidak harus bergantung sepenuhnya pada mereka, supaya mereka tidak seenaknya mendepak kita. hahahaha. Jika kita bisa mandiri maka itu akan membantu pasangan kita dalam menghadapi keadaan, pasangan kita juga akan segan pada kita. Juga..., ia akan takut kehilangan kita.

Jangan juga, jadi perempuan yang cuma bisa manfaatin laki-laki.., atau hanya karena mengincar suatu hal. Please be smart girl, HARGA DIRI kamu tidak serendah itu kan? Haha. Namun tidak semua perempuan seperti itu ya. Aku salut pada mereka yang bisa berdiri sendiri dengan kemauan dan tekad tanpa bergantung pada laki-laki. Namun tetap menjadi pribadi yang baik.

Lebih luas, berbicara tentang perempuan.., perempuan memiliki peran yang sangat strategis dalam pembangunan suatu bangsa. Hal ini terbukti dari banyaknya peran perempuan dalam membantu perekonomian keluarga yang semakin nyata. Kreativitas dan potensi perempuan seperti terus tergali demi mengangkat kembali kondisi keuangan keluarga yang semakin berisiko.

Banyak usaha kecil tumbuh, dari bisnis kuliner rumahan..., pemanfaatan lahan untuk menanam sayuran organik hingga beramai-ramai memproduksi cemilan untuk dijual. Itu hanyalah sebagian kecil dari contohnya. Itu artinya...? Perempuan berpeluang memberikan kontribusi perekonomian nasional yang sepadan seperti halnya laki-laki.

Apalagi diera sekarang ini, perempuan tak lagi dinilai hanya bisa melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan urusan rumah tangga saja. Saat ini peran perempuan itu sangat penting dalam masyarakat, sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan sosial, ekonomi..., pendidikan dan politik. Maka kita memperbesar partisipasi ekonomi perempuan. Bagaimana caranya?

Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kesetaraan gender. Membuat kebijakan untuk mendorong keterampilan perempuan dan memudahkan akses pembiayaan usaha bagi perempuan pengusaha. Dengan demikian, perempuan akan semakin berdaya saing di pasar kerja. Selain itu, pemerintah perlu mendorong pertumbuhan sektor-sektor yang banyak menyerap tenaga kerja perempuan seperti pertanian, industri kreatif, dan pariwisata. Optimalisasi peran perempuan adalah upaya untuk mengembangkan dan mengaktifkan potensi perempuan sebagai aktor yang berpartisipasi.

Perempuan juga dilibatkan dalam pengambilan keputusan, agar kebijakan-kebijakan pembangunan dapat menyasar kepentingan perempuan. Maka dibutuhkan keterwakilan perempuan dalam pengambilan keputusan. Pemerintah perlu mendorong keterwakilan perempuan di lembaga legislatif, eksekutif, maupun sektor riil lainnya. Hal ini akan meningkatkan partisipasi perempuan dalam pembangunan secara keseluruhan.

Jadi, optimalisasi peran perempuan perlu dilakukan guna mempercepat pembangunan berkelanjutan. Pemerintah harus mendorong partisipasi ekonomi, pendidikan, serta kepemimpinan perempuan melalui berbagai kebijakan inklusif. Dengan demikian, potensi perempuan sebagai agen pembangunan akan terlestarikan untuk kemajuan Indonesia di masa depan.

Seiring dengan kian besarnya kiprah perempuan dalam perekonomian, baik dalam skala individu, kelompok, maupun keluarga, keterbukaan seluruh akses bagi perempuan perlu diperluas. Bagaimanapun, di tengah segala diskriminasi yang ada, perempuan terus berjuang demi meningkatkan kualitas kehidupannya, baik sebagai individu, istri, ibu, maupun orangtua tunggal, yang berkontribusi nyata bagi kemajuan ekonomi nasional.

Diskusi mengenai perempuan yang bekerja juga sudah jauh lebih menyenangkan dari tahun-tahun sebelumnya. Aku bersyukur dengan penggambaran wanita di media pada titik ini. Mari, mengusahakan kehidupan yang komplit, penuh dan utuh. Barangkali inilah tujuan semua manusia. Siapa sih yang tidak mau hidupnya berkelimpahan, sehat, tenang dan bahagia?

Aku rasa tidak ada alasan lagi bagi perempuan di Indonesia untuk tidak memanfaatkan kondisi sekarang agar bisa naik kelas. Meski perlu diakui kita belum ada di kondisi ideal yang diharapkan. Fokus utama aku di episode ini hanyalah untuk membantu perempuan mengetahui bahwa kita memiliki potensi sendiri-sendiri. Aku mencoba menghadirkan konten-konten yang dapat memicu perempuan agar sadar bahwa perempuan bisa melakukan banyak hal jika bersedia mencoba.

Tidak hanya di KS Story, aku rasa juga ada banyak media besar maupun influencer yang memang memberikan ruang bagi perempuan agar bisa tampil di depan. Mendukung perempuan agar bisa memahami nilai diri mereka sendiri. Memahami hak, potensi, dan bagaimana cara perempuan bersikap terhadap diri sendiri dan lingkungan.

Artikel-artikel lain mungkin akan sangat lantang membahas mengenai empowerment, kesetaraan, dan lain-lain. Tapi KS Story juga tidak hanya membahas hal itu. Aku juga ingin membawa hal-hal yang lebih kecil. Contohnya konten berkebun, berdagang, resep atau make up dan fesyen, yang bagi sebagian orang mungkin dianggap sebagai konten yang remeh atau trivial. Tapi aku ingin konten ini bisa memberi ide "Oh, ternyata aku besok mungkin bisa coba buat ini" tapi juga mungkin yang sebelumnya belum bisa coba. Kemudian melalui konten resep ini pembaca coba dan merasa, ternyata aku bisa coba buat, satu lagi unlock skill yang perempuan punya.

Di Indonesia terutama, memang sedihnya masih ada banyak sekali pihak-pihak yang masih close minded terhadap isu perempuan beropini dengan lantang seperti KS ini. Tapi aku juga punya optimisme bahwa aku tidak akan berhenti di sini. Di lain sisi, aku juga senang bahwa ada pihak-pihak tidak hanya perempuan tetapi juga laki-laki yang kemudian ketika mereka melihat perempuan yang aktif bersuara, menulis dan mereka mengapresiasi, dan dari situ aku juga merasa bahwa kita punya potensi, karena kalau kita mau belajar pasti kita juga bisa open minded akan isu-isu ini.  

Aku selalu salut kepada perempuan yang berani berpendapat karena aku merasa bahwa setiap manusia baik laki-laki atau perempuan, lahir dengan akal yang sama. Artinya kita berhak untuk menyuarakan pendapat. Karena kita punya kemampuan berpikir yang sama. Lantas kenapa harus dibeda-bedakan atau dikotak-kotakan?

Satu hal yang aku pesan bagi diri dan lingkungan sekitar, ketika kalian bersuara di platform manapun perlu dipastikan bahwa tidak berhenti sampai situ. Suara boleh, tapi aksi juga perlu. Inilah yang aku yakin bisa mengubah pandangan orang lain, mereka akan bisa merasa bahwa suara yang diberikan tidak hanya sekedar suara atau tulisan di sosial media atau ketikan kita, tapi juga ditunjukkan dari bidang yang kita kuasai. Mau itu pekerjaan, karya, atau prestasi kita. Sebisa mungkin pasti harus diiringi dengan itu.

Aku yakin kalau perempuan yang bersuara itu bisa menunjukkan karyanya dan aksi konkret, maka tidak perlu khawatir akan gender dan lain-lain. Karena tidak sekedar bicara tapi juga bisa membuktikan apa yang kita sampaikan itu ada realisasinya. Kiprah perempuan kian besar dalam perekonomian. Perempuan semakin memiliki peran besar dalam memajukan perekonomian, baik secara individu, kelompok, maupun dalam lingkup keluarga. Jika seluruh akses terbuka lebih lebar, bukan mustahil perempuan juga akan memberikan kontribusi yang sama dengan laki-laki.

Krisis yang melanda dunia, termasuk Indonesia, selama lebih dari beberapa tahun ini telah memporakporandakan banyak hal, termasuk di bidang ekonomi. Ketika rencana-rencana bisnis akhirnya harus direvisi, banyak perusahaan melakukan efisiensi, termasuk dalam hal tenaga kerja. Sehingga lebih banyak orang kini kehilangan pekerjaan. Setidaknya itu data resmi yang dikeluarkan pemerintah.

Di tengah banyak kepala keluarga kehilangan pekerjaan mereka, banyak istri yang bangkit membantu perekonomian keluarga. Mereka yang jago memasak, mencoba peruntungan dengan bisnis kuliner kecil-kecilan, mulai dari memasarkannya di lingkungan sekitar, teman, keluarga, hingga masuk ke sosial media, seperti Instagram dan Facebook pun dimanfaatkan untuk memperluas akses pasar.
Mereka yang andal menjahit, mulai menjajal bisnis fesyen, seperti busana muslim, atau sekadar menjadi reseller. Yang penting bagi para perempuan pengelola ekonomi keluarga, bisa mendapatkan tambahan untuk memenuhi kebutuhan utama seperti makan dan biaya sekolah anak-anak.

Jangan main-main dengan perempuan berdaya! Banyak hal lain yang kini dilakukan perempuan berdaya, terutama para istri, ketika ekonomi keluarga merosot karena krisis ataupun pandemi. Bahkan sebelum pandemi pun peran perempuan dalam menggerakkan perekonomian nasional tidak bisa diabaikan.
Peran perempuan dalam perekonomian pun nampaknya harus terus tumbuh dan meningkat, terutama pada skala industri rumahan, yang cenderung melibatkan anggota keluarga dalam proses produksi maupun pemasaran.

Industri rumahan itu telah mampu memberi nilai tambah signifikan terhadap peran perempuan dalam perekonomian. Apalagi di tengah pandemi ataupun krisis ekonomi, industri-industri rumahan skala ultra mikro yang dikelola emak-emak nampaknya juga terus tumbuh bak jamur di musim hujan dan tak jarang bisa menghasilkan perputaran uang jutaan rupiah per hari. Perempuan memiliki peran besar, penting, dan strategis dalam kebangkitan dan kemajuan industri kecil dan menengah (IKM) di Tanah Air.

Sekian dulu episode ini gaeees...,
Tetap terhubung dengan KS Story, yaa! Tempat pikiran terbaik kita berbagi mimpi, ide, imajinasi, mengurangi perasaan takut dan galau, menambah hasrat dan ambisi, memupuk cinta dan harapan akan kehidupan yang penuh kesadaran, sebagai harta keberadaan manusia yang sesungguhnya. Jadilah yang pertama memberikan komentar!

Mohon Maaf Lahir Dan Batin

#KSStory #KSMotivasi #KSGarden
#PejuangMimpi #Episode72
#PerempuanItuHarusBerdayaDlmBanyakHal
#Reels #Fbpro #Fyp #Vod