KS Story
KS Story Petani

Kisah PNS Asyik Bertani Di Sebuah Kebun Mini Miliknya, KS Garden Kuansing Namanya. (Kebun Buah Yang Disinari Matahari, Sayuran Yang Berwarna Cerah, Mimpi Yang Dipanen, Keranjang Berlimpah, Usaha Yang Membuahkan Hasil, Akar Yang Bersemangat, Panen Manis, Dari Ladang Ke Meja Makan😅)

Selanjutnya

Tutup

Video

Pejuang Mimpi Episode 88 Dahsyatnya Citra Diri Positif

5 Juni 2025   16:21 Diperbarui: 5 Juni 2025   21:50 88 1 1

Ks Story
Ks Story



Pejuang Mimpi Episode 88
Dahsyatnya Citra Diri Positif

Teman-teman tahu payung kan? Sebuah payung tidak bisa menghentikan huujaan, tetapi ia mampu melindungi kita dari derasnya air hujan. Seperti halnya doa..., doa tidak membuat kita luput dari masalah. Tapi doa justru membuat kita tenang..., meskipun kita berada ditengah-tengah masalah.

Inilah bagian utamanya dari episode ini, yaitu betapa pentingnya memiliki citra diri yang positif. Ibarat sebuah pohon mangga dengan buah yang molek, citra diri ini batang pohonnya, sedangkan kepercayaan sebagai unsur dasar pengembangan diri adalah buahnya. Tanpa ada proses deal with, orang masih akan terus bermasalah dengan citra dirinya. Tanpa citra diri yang positif, kepercayaan diri orang rapuh, sewaktu-waktu bisa ambruk dengan mudah. Atau bahkan hanya mampu tegak jika ditopang oleh sekian banyak hal artifisial.

Di episode ini saya banyak berkaca dari pengalaman saya sendiri ketika masa kecil, bagaimana pola asuh orang tua dan kondisi di lingkungan dan sekolah yang sangat mempengaruhi citra diri saya. Saya sengaja mengangkat hal ini supaya kita semua bisa belajar dan menelusuri sendiri masa lalu kita. Barangkali ada momen yang menemukan adanya kekeliruan di masa lalu yang membentuk citra diri kita secara tidak tepat, inilah saatnya mengoreksi dan membangun kembali.

*Apa itu defenisi citra diri?*
Mudahnya, citra diri adalah tentang bagaimana kita menilai diri kita secara pribadi, secara keseluruhan. Banyak orang yang tidak paham apa sebenarnya citra diri. Kalau diterjemahkan, citra artinya keseluruhan, __fisik, mental, termasuk edukasi kita, semua bersifat sangat kompleks. Mengapa saya katakan kompleks? Ada misalnya, perempuan yang cantik tetapi ia merasa terganggu oleh bentuk tubuhnya. Ada lagi yang tubuhnya seksi, tetapi merasa terganggu dengan wajahnya. Ada juga perempuan yang cantik, seksi, tetapi merasa terganggu dari sisi intelektualitasnya. Citra diri itu penting, karena cara kita melihat diri kita itu merefleksikan bagaimana kita melihat kehidupan itu sendiri. Dalam bahasa populer, bagaimana dunia memandang diri kita itu, __ya tergantung bagaimana cara kita melihat diri kita sendiri.

Salah satu penekanan saya disini adalah citra diri negatif yang terbentuk sejak masa kecil atau terbentuk karena peristiwa-peristiwa traumatik, sesungguhnya tetap bisa dibangun kembali secara lebih positif. Itulah esensi pengembangan diri yang sesungguhnya. Ibarat pohon mangga, citra diri itu pokok si pohon. Buah mangganya yang kita kejar, harapkan..., dan yang kita tunggu-tunggu adalah kepercayaan diri. Maka, kalau orang sibuk ingin percaya diri, sebenarnya ia sedang membutuhkan buah mangganya. Lalu, ia bisa membeli buah mangga  itu. Tetapi ketika buah mangganya habis atau busuk, ia harus beli lagi.

*Pengalaman Pribadi;*
Ketika saya ingin percaya diri, saya ga harus kuq pakai jam Alexandre Christie setiap harinya, saya bisa pakai jam biasa ajaa, juga ga harus mahal.  Saat saya keluar rumah, saya ga harus pakai baju bagus dengan merek terkenal. Ga harus pake baju executive, sesuai momen aja. Saya juga ga musti pake tas LV, Gucci atau Prada, kadang pake tas yang biasa aja tetap merasa cakep. Ha-haha, yang penting kan fungsinya. Untuk percaya diri, saya ga pake Parfum CHANEL Coco Mademoiselle yang memiliki aroma dominan citrus dengan sentuhan wangi rose yang lembut. Itu beli buah namanya. Kalo saya, sederhana ajah. Pake aja apa yang ada. Ada parfum Cologn Putri rose juga oke. Ada sandal Adidas...., ya Adidas dipake..., ada sandal jepit ya sandal jepit aja dipake. Kan ga apa-apaa. Sama ajaa, senyaman nya saya lah.

Nah, citra diri itu ibaratnya pokok pohon. Kalau kita sudah punya pohonnya, kita tidak akan khawatir dengan buahnya. Citra diri yang sehat..., mau tak mau akan memberi buah kepercayaan diri yang konstan. Namun, bila citra dirinya hancur, jangan mengharapkan buahnya. Kalau pohonnya kering, mana mungkin ada buahnya. *Citra diri itu bisa mempengaruhi kinerja atau prestasi seseorang, lho.*

Dua institusi yang paling bertanggungjawab terhadap proses terbentuknya citra diri kita, yaitu pertama, pola asuh orang tua atau keluarga kita. Kedua, lingkungan, baik sekolah maupun tempat kerja. Pendeknya, lingkungan yang paling berpengaruh adalah sekolah karena disanalah kita menghabiskan waktu paling banyak, sekitar 20-an tahun, __disitulah kita membentuk diri kita.

Nah, tanpa bermaksud menyalahkan orang tua teman saya, ia lahir dalam keluarga yang pola asuhnya kurang pas. Entah kenapa, orang tuanya mendidik ia dengan pola nrimo. Misalnya, ketika di sekolah dulu ia dizalimi teman dan ia protes atau lapor kepada Papanya. Justru ia yang disalahkan. "Kalau tidak ada api tidak ada asap, kamu ngapain?". Jadi, ia selalu merasa berada pada posisi sebagai victim. Entah dari mana konsensusnya, setiap penerimaan rapor, Papa dan Mama nya selalu menanyakan nilai matematikanya. "Matematikamu piro, Har? Nek songo tak teki hadiah". Nilai matematikamu berapa, Har? Kalau sembilan saya beri hadiah. Rapor nya selalu berwarna merah kalau matematika hahaha. Saya amati, semua mendewa-dewakan matematika. Nah, karena matematika ia lemah..., __ia merasa tidak berharga sekali. Terbukti semua orang bertanya matematika. Padahal pelajaran lain ia memperoleh nilai bagus. Seperti agama..., olahraga..., dan bahasa Inggris. Tetapi kenapa yang ditanya atau yang dicari justru kelemahan dia?

Suatu hari, Tenty dicubit pipinya oleh guru kami. Pak Jeben. Kejadian tersebut saya ingat sekali. Mungkin saat itu guru kami ini lagi bete, hehehe. Dipikir teman saya ini, ia mungkin gemesin, wkwk. Dibilangnya ke saya, gitu. Saya tertawa terbahak-bahak mendengarnya seraya mengangkat kedua bahu saya, GR, preeed. Padahal ya, ia saat itu ngobrol. Pulang sekolah ia bercerita kepada Mama-Papa nya dengan harapan orang tuanya membelanya, __hh, ternyata tidak. Ia berharap memperoleh perlindungan dari orang tuanya, bukan minta diistimewakan. Tetapi, jawaban orang tuanya justru begini. "Pasti kamu yang salah, ngobrol melulu. Mana ada guru yang suka muridnya ngobrol di kelas, ya kan KS?". Saya cuma senyum dengan sekali anggukan kepala, cepat sekali saya bilang iya ahaha. Peristiwa seperti itu merusak citra diri nya. Ia menjadi anak yang tidak percaya diri.

Secara logika apa yang dikatakan orang tua Tenty itu benar. Dikelas manapun pasti tidak ada guru yang memperbolehkan muridnya mengobrol saat guru sedang menjelaskan. Dari pengalaman yang saya lihat tersebut, keliatan saya memiliki polah asuh berbeda dengan keluarga Tenty. Kebetulan saya memiliki pola asuh yang berbeda. Apalagi nenek saya. Saya kalau ada yang mencolek saya di sekolah, nenek saya langsung mendatangi orang tuanya si pelaku ahahaha, karena kan saya bercerita di rumah. Tadi saya ngapain...., apakah hari ini ada hal-hal yang benar-benar membuat saya kesal. Saya tu cerita semua-semuanya. Yang penting di bela dulu, masalah benar atau salah, nanti bisa diralat wkwka. Saya juga memilih pola itu dalam mengasuh anak saya. Paling ga suka berkonflik. Kayak yang kalo misalnya anak perempuan saya nangis pas sekolah MDA sore hari karena diusili teman lelakinya waktu SD. Saya juga pasti nanya, ke pelakunya, "Heh, lu apain anak gue, salah anak gue apa sama lu, mana bapak lu, dirumah ga? Jika lu salah, lu minta maaf, sekarang! Minta maaf gii!". Ha, langsung takut aja anak orang sama anak saya huahaha. Jadi, anak orang ga leluasa sama anak kita. Jangan main-main sama orang lain! Setiap orang berhak dihargai. *Begitulah proses terbentuknya citra diri dalam pribadi seseorang*

Kebetulan saya belajar di universitas swasta yang boleh di bilang tempatnya kaum borjuis. Itu karena mahasiswa di universitas itu adalah anak-anak pengusaha. Ada anak pengusaha tekstil Bandung..., ada anak-anak anggota DPR, anak Kapolda dan pejabat lainnya. Saya melihat ada kesenjangan ekonomi disitu. Banyak sekali yang naik mobil sendiri bahkan ada yang dijemput sopir. Sementara saya, saya naik opelet odong-odong hahaha. Saya sadar, saya anak seorang guru, dan ibu yang pedagang kaki lima di los pasar lama. Serba ketinggalan secara finansial, orang dah pake sedan Starlet, Genio, Estilo, dan sebagainya. Untungnya, teman-teman dalam bermain pun tidak pernah saya dikotak-kotakkannya. Karena kan, saya juga naik mobil ke kampus, wkwka. Tapi mobil teman, alias dijempuut. Saya ngerasa ga ada yang dikotak-kotakkan, oh ini geng motor, ini ber mobil. Ga ada. Ga ada juga, yang sepatunya bermerek tertentu, baru boleh bisa main bareng. Atau yang tidak punya ya tidak boleh bergabung. Ga yang geng-geng an gituuu. Meskipun ada kesenjangan ekonomi, kondisi itu tak sempat membuat saya minder. Karena itu akan merusak citra diri saya.

*Untuk orang-orang yang citra dirinya sudah luka atau rusak, apa yang bisa dilakukan untuk memperbaikinya?*
Bisa. Satu-satunya cara adalah mereka harus mengubah cara melihat diri mereka sendiri. Hal ini sudah banyak ditulis, tetapi tidak cukup berhasil karena hanya dianggap teori. Maka, episode ini menjadi sangat penting. Saya mau share ada banyak cara untuk mengoreksi dan membangun kembali. Ada motivator yang mengatakan, "Kamu lahir bukan kebetulan, kamu ini pilihan. Kenapa dari sekian banyak anak yang akan lahir dari kandungan ibu kamu, hanya kamu yang lahir? Tahukah kamu, bahwa untuk sampai ke sel telur, sperma melakukan perjuangan yang heroik? Hanya kamu yang berhasil menembus, jadi kamu itu luar biasa!". Tetapi pernyataan seperti itu tidak mengena.

But, now. Saya ingin mengajak kamu membangun kesadaran bahwa benar kita itu unik. Sadarkah kamu kenapa kamu unik? Unik karena kita hanya satu.  Pembuktian menyatakan bahwa sesuatu yang dikloning itu bisa sama fisiknya, tetapi tidak sama psikisnya. Kembaran saja tidak bisa sama, retina dan sidik jarinya juga tidak sama. Jadi di episode ini saya mengajak kamu melihat kedalam diri kamu secara unik. Barang antik itu menjadi mahal karena langka, kan? Pertanyaannya sekarang, kalau ada lima guci dari dinasti yang sangat tua, apakah harganya mahal? Oh, pasti mahal. Kalau dari lima itu pecah satu, yang empat sisanya naik tidak harganya? Naik, pasti! Kalau pecah lagi dan tinggal satu, naik lagi tidak? Yang satu itulah diri kita. Hebatnya, kita jauh lebih hebat daripada guci yang tinggal satu itu.

*Jadi, seharusnya kita semua sadar, betapa berharganya diri kita ini*. Ya, jadi kita sangat berharga. Sayangnya, hanya kita yang bisa menilai betapa berharganya diri kita. Hanya ada dua pihak, yaitu diri kita dan Tuhan, yang bisa menilai apakah kita itu luar biasa bernilai atau tidak berharga sama sekali. Yang lain tidak bisa menolong. Tidak bisa. Kalau orang lain menyatakan diri kita luar biasa, sementara kita sendiri menganggap biasa-biasa saja, ya tidak bisa. Belum lagi bentukan dari pola asuh tadi, dikatakan bahwa kita tidak lebih hebat dari adik atau kakak kita. Makin rusaklah citra diri kita. Padahal, kita pribadi yang tidak bisa dibandingkan dengan siapa pun. Begitulah eksistensi kita dimata Tuhan! Tetapi itu tidak cukup, butuh satu pihak lagi yang harus mengakui hal itu, __yaitu diri kita sendiri.

Saya terus menerus mencoba membangkitkan kesadaran positif ini kepada teman-teman. Ya, dengan seni nya saya dalam episode ini, mari kita menyadari bahwa diri kita istimewa. Pendekatan utamanya adalah dengan membuat kita bangga menjadi diri kita sendiri. Bagaimana bisa bangga pada diri sendiri atau merasa istimewa kalau dalam diri kita tidak ada yang bisa dibanggakan?

Nah, kamu saya ajak untuk mencari sesuatu yang bisa kamu banggakan. Itulah kuncinya. Kamu, saya ajak untuk menemukan satu prestasi yang the best dalam hidupmu, yang menurut kamu sangat membanggakan itu apaa? Sebuah prestasi yang monumental, yang mengubah arah hidup kamu itu apaaa?.

*Apakah menemukan prestasi yang membanggakan itu selalu mudah bagi kamu?*
Tidak mudah lah pasti, kadang malah bikin stres. Kenapa? Karena bukannya tidak ada prestasi, tetapi bisa jadi kita tidak menghargai prestasi itu. Mungkin merasa hanya juara tingkat RT, hanya juara menulis halus. Tetapii itu kan tetap prestasiii. Hanya karena terus membandingkan antara diri kita dan pihak lain, akhirnya prestasi itu terkubur.

*Lalu, bagaimana supaya kamu mau menyadari dan bangga dengan prestasi kamu sehingga kemudian berani menyampaikannya di depan umum?*
Begini. Saya mencari prestasi atau karya yang menurut saya sangat membanggakan. Saya ulang-ulang terus kata kuncinya, menurut diri saya pribadi. "Mungkin orang dipojok sana meremehkan karya saya, saya lupakan semua itu. Saya tetap mencari prestasi atau karya yang membuat saya bangga pada saat itu. Dan saya ingat, bahwa saya tidak butuh orang lain membuat saya merasa takjub dengan prestasi itu. Saya tidak berharap teman-teman takjub dengan prestasi saya. Sekalipun, saya juara olimpiade, jika saya sendiri yang tidak bangga dengan itu, apalah artinya. Saya tidak akan bawa cerita ini kesini. Kadang, suami saya terpingkal-pingkal melihat hasil sketsa site plan bisnis saya. Tapi, dia bilang I am a nice person, visioner women. Ahaa.

Soal prestasi, saya akan beri contoh kecilnya saja. Suatu hari, saya tengah membawa akte kelahiran putri pertama saya, dan bertemu teman disana. Lalu say hello, teman bertanya lagi apa? Tentu lah saya hendak bercerita bangga pada teman saya tentang akte kelahiran itu. Hahaha, teman saya berkata, "Ini apaan KS? Saya malah punya dua, KS, KS....!". Tetapi setelah saya menceritakan, ia mengerti kenapa saya sangat bangga. Ternyata, ia baru tahu. Kalo saya tuh harus bertaruh nyawa untuk melahirkan putri pertama saya. Dokter di Eria Bunda mengatakan; "Karena bayi saya sungsang, jika ingin melahirkan normal ya harus dipilih anak atau ibunya. Saya ini bersikeras. Saya ingin selamat, begitu pula anak saya. Suami saya melawan anjuran keluarganya, agar melahirkan normal, mungkin irit biaya pertimbangannya ipar-ipar saya ha-ha. Akhirnya saya berhasil melahirkan, meskipun  operasi saecar. So, saya tetap hidup dan anakpun lahir dengan selamat. Bagi kami, peristiwa tersebut sangat monumental karena saya melawan saran-saran orang lain dan hukum kehidupan ini. Saya berhasil menjadi ibu baru. Saya bangga, karena akhirnya saya berhasil juga menjadi seorang ibu yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Saya bangga dengan anak saya sehat dan saya sangat bangga setiap melihat anak saya yang cantik". Hahahaha, lagi-lagi teman saya mengakak mendengar cerita keseruan saya itu. Abistu, saya baby blues, kan teman-teman? Dan saya berhasil melewati semua itu. Saya ga peduli dibilang saya stres atau apa oleh orang-orang yang ga kenal dekat dengan saya, karena saya dirawat. Orang sini mana tau penyakit baby blues, itu penyakit arteiis, hiiks. Jam-jam tidur membaik sebagaimana mestinya. Saya cuma mau bilang, saya punya prestasi dalam bekerja sebelum ini, tetapi saya lebih memilih kelahiran anak saya sebagai prestasi. Dan itu mengubah hidup saya. Senyum-senyum pulak teman saya yang mendengarnya.

Secara sepintas, contoh itu kelihatan sepele. Tetapi pemaknaan oleh saya itu luar biasa sekali. Saya yakin tugas itu sangat berkesan bagi saya. Kemudian ada lagi cerita sepele lainnya ahahaha. Ga abis-abisnya cerita saya, ya? Suatu hari, cuaca sedang tidak bercanda. Hujan seperti dalam Videoklip ini. Pas saya bertemu dengan seseorang yang pernah saya kenal, saya sedang membawa SIM mobil. Lalu cerita seru-seruan. Dan bilang...., ini prestasi lagi. What? Ha-ha-ha, teman saya yang satu ini tertawa pula. Saya pikir, semua orang juga punya SIM. Tetapi setelah saya bercerita, terbukalah nilainya. Ternyata, ia baru tahu bahwa itu SIM yang benar-benar saya pakai, karena sebelumnya saya punya SIM tetapi selama dua tahun tidak pernah saya pakai. Karena suami trauma, wkwkka. Dulu waktu anak kedua masih kecil, saya pernah kecelakaan hebat di simpang empat naik Camry. Sebuah Travel Innova melaju membentur mobil saya yang pelan. Waktu tu saya bersama Tyas, teman saya. Ia pingsan, saya entah bagaimana. Kata orang, suami saya membenturkan sopir travel itu ke dinding rumah sakit sini dan mengomeli nya luar biasa. Tapi, untunglah kami ga mati. Cuma ga sadar sekian jam. Allow Tyas, kita setiap ketemu, selalu ingat y ternyata kita hampir mau mati bareng, wkwka. Hari itu, tentulah saya senang, SIM sudah bisa diperbarui dan saya sudah bisa lagi membawa anak main kaliling kampung dan sudah memungkinkan ke kota berbelanja sambil kuliah S2. Itu sesuatu yang membanggakan diri saya. Peristiwa tersebut berhasil juga mengubah cara teman saya memandang dirinya. Ia jadi sadar bahwa, yang membuat saya bangga adalah diri saya sendiri, bukan orang lain. Itulah yang saya kejar dari storytelling KS di episode ini. Tentang bagaimana saya menumbuhkan kesadaran citra positif pada saya. Metode yang sederhana ini cukup berhasil dalam menumbuhkan kesadaran citra positif pada saya. Ya, saya berhasil. Satu hal yang pasti, ketika kita sudah menghargai diri kita, entah kenapa orang lain pun akan menghargai diri kita.

Ada yang kurang pas dengan pola asuh yang kita terima selama ini, yaitu kalau kita ingin di hormati orang. Kita, kalau ingin dihormati orang tu, katanya kita harus menghormati orang lain terlebih dahulu..., apa iya? Padahal sebetulnya, bukankah kita yang harus menghormati diri kita terlebih dahulu? Barulah kita bisa menghormati orang lain, dan orang lainpun akan menghormati kita. Ekstrimnya begini, kalau kita tidak menghormati diri kita, anjing pun berani mengencingi kita, lhoo! Lihat gelandangan dan orang gila yang sering dikencingi anjing. Itu karena ia merasa sudah tidak berharga. Jangan main-main dengan harga diri, dunia akan begitu kejam ketika kita tidak bisa menaruh hormat pada diri sendiri.

Artinya, citra diri begitu penting. Dulu karakter saya tomboy, maskulin dah pokoknya. Tidak sefeminim ini. Kenapa sekarang saya menjadi seperti ini? Ha. Banyak pula yang tercengang-cengang, bahkan bertanya. Semua berawal dari cara saya melihat diri saya sendiri. Saya mulai mengubah cara pandang diri saya saat mulai pacaran dengan doi, sekarang suami saya. Ketika berada di sebuah salon, saya baca majalah perempuan dewasa semacam Kartini, Femina, dan Tabloid Nova. Bukan yang Aneka yes lagi, kan ga abege lagi.  Kan, mau jadi perempuan dewasa.

Ada artikel tentang defenisi kecerdasan, sekarang sudah jadi sembilan. Disitu dijelaskan ada kecerdasan matematika dan logika atau cerdas angka, kecerdasan musikal atau cerdas musik, kecerdasan visual spasial atau cerdas gambar, dan kecerdasan kinestetik atau cerdas gerak. Ada satu kecerdasan yang menarik bagi saya, yaitu kecerdasan bahasa atau cerdas kata. Mata saya terbuka, rupanya kecerdasan matematika itu hanya salah satu dari berbagai jenis kecerdasan. Itu sangat mengubah citra diri. Berarti teman saya Har dulu, tidak goblok, ia pintar kok. Tetapi pintarnya di komunikasi. Buktinya, Har sekarang bisa menjual banyak barang dan motivasi orang.

Cara pandang yang sederhana itulah, yang mengubah banyak hal dalam diri saya. Yuk teman-teman! Teman-teman tahu payung kan? Sebuah payung tidak bisa menghentikan huujaan, tetapi ia mampu melindungi kita dari derasnya air hujan. Seperti halnya doa..., doa tidak membuat kita luput dari masalah. Tapi doa justru membuat kita tenang..., meskipun kita berada ditengah-tengah masalah. Begitupun juga dengan citra diri. Mari coba mengubah cara melihat diri kita..., dan kita confirm akan hal itu. Hal itu efektif untuk mengubah diri kita. Dari situ kita akan mulai bisa melihat berbagai kekurangan dengan cara yang berbeda. Sekalipun kita punya kekurangan..., mari usahakan cari pembenarannya.

Dalam dunia psikologi, kita harus melogiskan atau merasionalisasi kekurangan tersebut. Misalnya lagi ya. Ketika mata saya mulai minus, dan harus memakai kaca mata, saya merasa menjadi manusia cacat. Ini karena salah satu teman saya mengatakan hal itu, "Oh dah cacat mata lu sekarang, KS?". Teman kan, suka ga kira-kira kalo ngomong ke kita. Akhirnya, saya melogiskannya begini. "Bukankah orang-orang pintar memakai kaca mata? Banyak presiden dan penemu memakai kacamata. Berarti saya punya tipe-tipe seperti mereka dong ahahaha?". Sebenarnya saya juga males pake kacamata tu.

Satu contoh lagi. Teman saya pernah melecehkan saya dengan mengatakan bahwa kerjaan saya hanya ngebacot, wkwka. Selama satu hari aja saya yang sangat terganggu dengan pernyataan itu. Setelah menemukan rasionalisasinya, saya bangkit, dan besoknya ngebacot lebih hebat lagi, hahaha.  Saya pikir, semua guru, dosen, bahkan Nabi pun ngebacot, so what? Itu konyol, tetapi menyehatkan jiwa saya. Namun, kekonyolan itu mampu mengubah saya step by step.

*Apakah kamu punya momen peneguh dari proses perubahan perspektif tersebut?"
Punya. Puncak pembuktiannya adalah saat reuni SMP setelah tidak bertemu selama 25 tahun. Saat itu saya jadi panitia dan MC. Saya harus menyiapkan acaranya. Membuat rundown, dan lain sebagainya. Teman-teman mengatakan, "Ini KS yang dulu....?. Kok kamu beda banget, yaa?". Bagi saya, itu menjadi pengakuan yang luar biasa, karena dulu saya tidak dianggap dan tidak diperhitungkan sama sekali soal keperempuanan. "Dulu ia ejek-ejek..., eh kutilang dara datang. Kurus tinggi langsing dada rata....!". Pas waktu itu, rambut saya dah panjang, dan kebetulan di keriwil bawahnya. Ha, ia yang dulu menghina, ternyata ia pula yang dulu pusing liat kita berubah. "Cemmana, pusing juga nya kau, kan..., wkwkka!". Hari itu ia ingat diri saya yang dulu, yang pernah ia ejek-ejek tiang listrik. Sekarang, mendadak panggil "Hai, cantiiik!". Langsung aja awak bilang, " Awak ni apalah kan, cuma roti gabin nya..., celup kat air hancoor! Ingat! Tak ada makan siang gratis, ya! Semua bayar, yang belum bayar konsumsi, sile transfer ke rek dibawah ini!". Hahahaha. Akhirnya, saya menang karena saya sudah berubah total. Saya berubah luar biasa mulai dari kesadaran-kesadaran kecil, bahkan hal-hal yang keliatannya menurut orang konyol, namun itu justru sangat penting. Prinsipnya, sekecil apapun kita..., kita harus terus belajar menerima diri kita. It works!

*Kalau diminta mengategorikan, citra diri itu terdiri atas apa saja? Apakah hanya citra diri positif dan negatif?*
Citra diri ya hanya ada dua, yaitu positif dan negatif. Tetapi sayangnya, dalam citra diri yang positif sekalipun ada negatifnya, demikian pula sebaliknya. Citra diri positif misalnya, kita memakai pakaian yang rapi dan memakai parfum yang mahal, kemudian kita berpikir citra diri kita bagus. Tetapi seiring berjalannya waktu, ketika bergaul dengan banyak orang dan mulai menggosip, sesungguhnya itu citra diri yang negatif. Kita membangun citra diri positif secara fisik, tetapi di dalamnya kita negatif. Kebanyakan orang kalau ditanya akan menyatakan menghormati orang lain, sopan, respect dengan karier, karya, atau posisi orang lain, namun tidak respect pada dirinya sendiri. Ia sendiri tidak bangga dengan dirinya. Orang yang melihatnya pasti menilai positif banget. Tetapi sebenarnya citra dirinya negatif.

Bisa saja seseorang berhasil menunjukkan kepada orang lain bahwa dirinya orang positif, begitu pula di mata masyarakat citra nya positif. Namun di dalam, ia justru tidak menghargai prestasinya sendiri sehingga sejatinya ia tidak punya citra diri positif. Bagaimana menurut kamu? Banyak kan, yang seperti itu. Ada yang posisinya sudah Kepala Cabang Bank besar..., melihat posisi nya saja sudah seperti terintimidasi hehe. Lihat foto profil dan posisinya pun orang-orang langsung mencitrakan dirinya secara positif. Tetapi begitu ia duduk di meja makan di sebelah saya, ia mulai kasak-kusuk. "KS, saya kok begini begitu?". Nah, lho! Orang bisa saja berusaha menunjukkan citra dirinya secara positif diluar, namun di dalamnya apakah ia positif atau negatif, hanya ia dan Tuhan yang tahu.

Diddunnya ini, banyak orang yang menggunakan topeng untuk menunjukkan citra dirinya. Orang baru merasa bercitra positif kalau di backup oleh aksesori. Bahkan, di sejumlah kalangan ada yang suka menggunakan "sesuatu" untuk menimbulkan citra positif. Lalu, citra diri seperti apa yang ideal menurut kamu? Hehehe. Kasih tau ga yaaa? Banyak orang menggunakan topeng supaya orang lain melihat citra diri mereka positif. Citra diri positif itu sederhana, yaitu ketika seseorang menjadi dirinya sendiri apa adanya. Contoh yang paling mudah dicerna masyarakat adalah sosok Tukul Arwana. Tukul memiliki citra diri yang positif, walau penilaian ini bisa salah karena kita melihatnya dari luar. Kenapa Tukul positif, karena indikasinya mengarah ke sana. Orang bercerita positif biasanya mampu mengolok-olok dirinya dalam konteks bukan untuk menutupi kelemahannya. Tetapi memang begitulah adanya. Orang suka bercanda "Tukul", lepas topengnya...., lepas topengnya dulu!'. Tetapi, dalam hal citra diri, ia sebenarnya apa adanya, tanpa topeng.

Tukul Arwana menjadi contoh yang sangat pas pribadi dengan citra positif. Ia berani menampilkan diri seutuhnya. Sebab, ia melihat dirinya dengan benar. Ia tahu dirinya tidak ganteng dan itu ia akui. Ia tidak bisa bahasa Inggris, alias bahasa Inggris nya ngaco, itupun ia akui. Ia menjadi unik karena ia menjadi dirinya sendiri, dan itu citra diri yang positif. Bila manusia sudah tidak menjadi dirinya sendiri, ia tidak istimewa lagi. Seandainya ada orang yang mengkloning kamu, semuanya diikuti mulai dari cara berpakaian sampai potongan rambut, gaya bicara, dan aksen, kira-kira berharga enggak orang seperti ini? Tentu tidak berharga lagi. Mana ada barang palsu berharga?

Saya ingin mendapat penegasan, apakah citra diri bisa dibentuk kembali? Misalnya, ada orang yang tidak berhasil menemukan hal yang berharga dalam dirinya. Citra dirinya pasti negatif. Bagaimana caranya citra dirinya bisa diubah menjadi lebih positif? Bisa. Mereka yang bercitra diri negatif, harus bisa ditangani supaya citra dirinya menjadi positif. Citra dirinya harus dibentuk ulang. Ini hanya masalah cara pandang. Satu hal yang saya tekankan disini, Tuhan yang menciptakan kita tidak pernah berubah penilaian-Nya terhadap kita. Justru kitalah yang sering tidak konsisten menilai diri kita sendiri. Dimata Tuhan, kita tetap sama. Kamu dan saya, kita semua sangat berharga. Jadi, tidak ada alasan untuk tidak bisa mengubah citra diri menjadi positif.

Tuhan mengibaratkan kita sebagai biji mata-Nya. Biji mata merupakan organ yang kemampuannya luar biasa dan kita ditempatkan disitu. Kalau Tuhan menganggap kita begitu berharga, sayapun melihat kamu berharga. Siapa yang setuju bahwa kita berharga silahkan angkat tangan! Berdiri! Dan bertepuk tangan! Sekarang kembali kepada kamu. Kalau kamu sendiri tidak bisa menghargai diri kamu, tidak satupun mahkluk di muka bumi ini yang bisa menyelamatkan kamu! Dewa Zeus pun tidak akan menolong kamu. Bahkan, Tuhan pun tidak bisa menolong kamu jika kamu tidak mengakui bahwa kamu berharga. Kadang mereka kaget. Tuhan tidak bisa menolong? Tidak bisa bukan berarti tidak mampu, ya! Harus dibedakan. Bisa itu terkait dengan sistem dan aturan kehidupan. Tetapi mampu itu jelas soal kemampuan.

Jujur, saya membentuk ulang citra diri saya pas dari beranjak remaja ke dewasa. Tanpa bantuan teman-teman. Saya tergerak setelah membaca buku David J. Schwartz, Berpikir dan Berjiwa Besar. Salah satu yang diajarkan bahwa, yang paling penting adalah membuat daftar kekuatan diri sebanyak-banyaknya. Di kolom kedua, kita diminta menuliskan keistimewaan menurut kita sendiri. Lupakan kata orang lain, inventarisasi lah sedetail mungkin. Sebanyak apapun itu. Jangan ragu menuliskannya. Kolom ketiga yang harus diisi adalah kelebihan-kelebihan kita. Disini kita membandingkan keistimewaan yang kita miliki dengan apa yang tidak dimiliki oleh orang-orang yang kita kagumi, idolakan, dan hormati.

Dari sini kita akan melihat, "Ternyata walaupun kita tidak sehebat atau sekaya orang itu, kita memiliki keistimewaan yang tidak ia miliki". Misalnya, saya punya rasa humor yang tinggi, sampai-sampai orang menunggu-nunggu humor-humor terbaru saya. Sementara orang yang saya hormati dan kagumi tidak memilikinya, bahkan mungkin semua kabur kalau orang itu mencoba berhumor. Dari situ akan timbul kesadaran bahwa ternyata saya memiliki kelebihan dibandingkan idola saya tersebut. Contoh lain, saya bisa menulis dan menyanyi, tetapi bos yang saya hormati walaupun kaya raya ia tidak bisa menulis atau menyanyi.

Nah, kita punya kelebihan, punya kebanggaan. Sampai jumpa di KS Story Episode Selanjutnya !

#KSStory #KSMotivasi #KSLifestyle
#PejuangMimpi #Episode88
#DahsyatnyaCitraDiriPositif