Laeli Nuraj
Laeli Nuraj Lainnya

Suka baca, ngopi, jalan pagi, dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Video

Lomba Kemerdekaan Semakin Rusuh Karena Kaesang Pangarep

27 Agustus 2024   23:25 Diperbarui: 28 Agustus 2024   00:50 200 7 1

Euforia Kemrdekaan | Dok. pribadi
Euforia Kemrdekaan | Dok. pribadi

Euforia kemerdekaan Republik Indonesia ke-79 masih membara di ujung Bulan Agustus. Diketahui melalui unggahan di sosial media, beragam perayaan masih diselenggarakan di beberapa tempat. Seluruh masyarakat Indonesia bersuka cita memperingati hari besar negeri ini dengan caranya masing-masing.

Ada yang menyelenggarakan tirakatan dengan hikmat di balai-balai desa, karnaval berkeliling kota yang sangat meriah, dan tentu banyak sekali yang menyelenggarakan perlombaan-perlombaan seru. Dari tingkat RT hingga nasional, dari lingkungan sekolah, lembaga, dan kantor, semua turut serta memeriahkan hari kemerdekaan tanah air tercinta.

Seperti halnya kantor-kantor lain, di kantor tempat saya bekerja pun menyelenggarakan perlombaan-perlombaan menarik dan kreatif. Mengusung tema Olimpiade Kemerdekaan dengan tujuan untuk menanamkan spirit para atlet yang sportif dalam berkompetisi. Perlombaan sederhana ini diadakan di ruang kantor pada Jumat sore, 23 Agustus 2024 lalu.

Euforia Kemrdekaan | Dok. pribadi
Euforia Kemrdekaan | Dok. pribadi
Terinspirasi dari atlet angkat besi Rizki Juniansyah, yang berhasil meraih medali emas pada Olimpiade Paris 2024 di nomor 73 kg putra,  tim panitia mengajak kami mengikuti perlombaan angkat galon kosong. Bercanda, ini hanya untuk gimmick saja. Perlombaan yang sesungguhnya bukanlah angkat galon kosong maupun angkat beban hidup, melainkan adu kecerdasan untuk menguji wawasan.

Setelah menyulap ruangan dengan pernak-pernik kemerdekaan bernuansa merah putih, berganti kostum dengan warna senada, kami dengan penuh antusias memulai lomba. Perlombaan pertama adalah menebak singkatan kata atau akronim. Random sekali kata-kata yang dipilih panitia, seperti "APILL", "basa basi", hingga "es doger". Terlihat mudah bukan, tapi ketika dilombakan tiba-tiba saja lupa mendadak.

Lomba berikutnya adalah tebak kata. Kami berdelapan dibagi ke dalam dua kelompok yang masing-masing beranggotakan 4 orang. Setiap kelompok menentukan 1 orang untuk menebak sosok dari clue yang diberikan oleh 3 orang lainnya. Masing-masing tim saling menyusun strategi untuk memenangkan lomba yang sangat bergengsi ini, bergengsi menurut versi kami.

Tiba giliran saya untuk menebak, clue-nya adalah "Anak", "Bungsu", "Laki-laki". Dengan penuh percaya diri dan lantang saya menjawab Kaesang Pangarep. Sontak semua orang tertawa terbahak-bahak atas jawaban yang saya lontarkan. Bagaimana tidak, jawaban yang dimaksud adalah nama putera bungsu founder kantor kami.

Semua merasa heran dan bertanya-tanya, mengapa Kaesang Pangarep?

Rupanya inilah dampak dari mengawal putusan MK (Mahkamah Konstitusi), lantaran DPR sempat akan mengesahkan revisi Undang-Undang (UU) pemilihan kepala daerah. Revisi UU ini diduga semata-mata bertujuan agar putera bungsu Presiden RI, Kaesang Pangarep, bisa mendaftar dalam pencalonan gubernur dan atau wali kota. Saking geramnya pada pemerintah yang semena-mena ini, sampai-sampai pikiran dipenuhi dengan isu yang semakin memanas.

Kembali ke lomba tebak sosok, sebenarnya ketiga clue "Anak", "Bungsu", "Laki-laki" sangat menggambarkan sosok yang sedang panas diberitakan, bukan? Namun tetap saja, bukan Kaesang Pangarep jawabannya, dan keputusan panitia tidak bisa diganggu gugat.

Perlombaan terus berlanjut hingga semuanya berhasil memenangkannya. Ya, kami semua pemenangnya. Perayaan kemerdekaan melalui lomba sederhana ini, semakin menambah rasa nasionalisme, cinta tanah air, dan sportivitas.

Hilang sudah ketegangan yang kerap terjadi di antara kami, perlombaan ini menjadikan kami  semakin bonding, kompak, dan bersatu. Bersatu salam keberagaman suku, agama, gender, dan generasi. Kami yang berasal dari Suku Batak, Melayu, Chinese, Jawa; kami yang beragama Islam, Katolik, Budha; Kami yang lahir pada tahun 80-an hingga 2000-an; bersatu dalam Indonesia.

Merdeka!