Omjay Labschool
Omjay Labschool Guru

Blogger Handal di Era Global wa 08159155515

Selanjutnya

Tutup

Video

Konsep dan Praktik Pembelajaran Mendalam Bersama Prof. Yuli Rahmawati, M.Sc, Ph.D

4 Agustus 2025   13:50 Diperbarui: 4 Agustus 2025   13:55 100 0 0

Omjay ucapkan terima kasih kepada Panitia dan Nara Sumber serta Penyelenggara atas ilmunya. Akhirnya dapat tambahan ilmu tentang pembelajaran mendalam, dan mengapa pembelajaran mendalam itu penting.

Pembelajaran mendalam/dokpri
Pembelajaran mendalam/dokpri

Menyambung pernyataan Bapak Rudi dan contoh Ibu Yuli tentang muatan pelajaran di Australia yang dialami putra beliau, saya berharap benar-benar dipikirkan banget oleh tim dan benar-benar terealisasi. 

Muatan pembelajaran yang sesuai tahapan perkembangan siswa, misalnya konsep dasar penjumlahan yang diajarkan secara mendalam hingga siswa mahir menyelesaikan permasalahan Matematika.

Hal ini sangat dibutuhkan hingga kelas 3, baru kelas 4 mereka belajar  konsep perkalian dan pembagian, atau fase A hanya mengenal bilangan saja (nilai tempat) hingga dapat menyelesaikan permasalahan terkait bilangan dalam kehidupan sehari-hari.

Nah, dalam fase B mengenal operasi hitung dan sebagainya (mohon maaf, saya masih perlu banyak belajar, ini saya sampaikan terkait kesulitan/permasalahan di lapangan atau di kelas).

Prof Yuli adek kelasku semasa kuliah s1. Salam kangen...bangga sekali saya sama Prof Yuli. Sehat selalu dan sukses selalu Prof Yuli.

Terimakasih atas ilmunya sangat bermanfaat dengan memberikan contoh kongkrit yg dialami oleh ibu sendiri. Nah, pada dasarnya pembelajaran memberikan pengalaman belajar pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Hal ini sudah mencakup deep learning.

Terimakasih banyak ilmu luar biasanya semoga bermanfaat bagi saya, dan teman-teman guru lainnya, Aamiiinn ya robbal alamiin.

Seorang kawan guru memberikan komentarnya. Dulu Kurikulum merdeka dan P5 sebagai pilot projek, sekarang layu sebelum mekar. muncul lagi PM dan ini juga sebagai Pilot projek,kapan menemukan apa yang akan dipakai. 

Berikut ini adalah artikel yang telah disusun ulang berdasarkan teks Anda agar lebih menarik dan mengalir dengan baik untuk pembaca di Kompasiana, tetap mempertahankan pesan, kesan, serta semangat reflektif dan apresiatif yang Anda sampaikan:

Refleksi Pembelajaran Bermakna: Harapan untuk Kurikulum yang Lebih Membumi

Pertama-tama, izinkan saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada panitia, narasumber, serta seluruh penyelenggara kegiatan ini. Terima kasih atas ilmu dan wawasannya yang begitu luar biasa, sangat menginspirasi dan membuka cakrawala berpikir kami para guru.

Menyambung pernyataan Bapak Rudi dan contoh dari Ibu Yuli---yang bercerita tentang pengalaman pendidikan putra beliau di Australia---saya merasa tergerak untuk menyampaikan sebuah harapan. Harapan yang saya rasa mewakili suara banyak guru di lapangan.

Pendidikan yang Sesuai dengan Tahapan Perkembangan Anak

Sungguh saya berharap, tim penyusun kurikulum benar-benar mempertimbangkan dengan serius muatan pelajaran yang disesuaikan dengan tahapan perkembangan siswa. Contoh yang disampaikan Ibu Yuli begitu konkret dan membumi: bagaimana konsep dasar penjumlahan diajarkan secara mendalam agar siswa benar-benar paham, bukan sekadar hafal rumus.

Bayangkan jika hingga kelas 3, siswa benar-benar menguasai konsep bilangan dan penjumlahan dalam kehidupan nyata. Lalu di kelas 4 mereka mulai memahami konsep perkalian dan pembagian. Fase demi fase terstruktur dengan rapi, sesuai dengan kesiapan belajar anak.

Fase A cukup mengenal bilangan dan nilai tempat, lalu menyelesaikan persoalan sederhana yang relevan dengan dunia mereka. Di Fase B, barulah mulai dikenalkan pada operasi hitung yang lebih kompleks. Saya mohon maaf jika masih perlu banyak belajar, tetapi inilah yang saya alami langsung di lapangan sebagai guru.

Antara Harapan dan Realita Implementasi Kurikulum

Prof. Yuli, yang ternyata adalah adik kelas saya semasa kuliah S1---saya bangga sekali dan kangen! Terima kasih Prof, atas ilmu yang luar biasa dan contoh yang begitu nyata dari pengalaman pribadi. Ini benar-benar menunjukkan bahwa pembelajaran seharusnya memberikan pengalaman yang utuh: pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Inilah esensi dari *deep learning* yang sesungguhnya.

Namun, di balik rasa syukur atas ilmu yang diberikan, saya juga ingin menyuarakan sedikit keresahan. Seorang kawan guru pernah berujar: "Dulu Kurikulum Merdeka dan P5 hanya sebagai pilot project. Belum benar-benar mekar, kini muncul lagi PM sebagai pilot project baru. Kapan kita benar-benar menemukan arah yang pasti?"

Keresahan ini bukan tanpa alasan. Kami para guru di lapangan kerap kali menjadi ujung tombak dari berbagai uji coba. Padahal yang dibutuhkan adalah keberlanjutan, konsistensi, dan kejelasan arah. Jangan sampai program-program hebat itu justru "layu sebelum mekar".

Mari Kita Kawal Bersama

Saya percaya, semua ini dilakukan demi perbaikan kualitas pendidikan Indonesia. Namun agar kurikulum tidak sekadar menjadi wacana atau proyek sesaat, mari kita kawal bersama. Guru-guru harus dilibatkan secara nyata dalam proses perumusan dan evaluasi. Suara dari ruang kelas harus didengar, karena dari sanalah pendidikan sejati berlangsung.

Terima kasih sekali lagi atas ilmu yang telah dibagikan. Semoga bermanfaat bagi saya pribadi, juga bagi para guru lainnya. Aamiin ya Rabbal 'Alamin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2