Seorang kakek yang telah pensiun dari hiruk pikuk dunia, banyak menulis fiksi di FIXEN (https://fixen.id) Bantu saya dengan komentar dan penilaian atas tulisan saya.
Matahari pagi 24 Agustus menyelinap lembut melalui jendela kamar, seolah tahu hari ini adalah momen luar biasa. Aku terbangun dengan senyum di wajahku. Aku tahu, ini bukan sekadar hari biasa---ini hari istimewa yang dipenuhi lapisan cinta, sejarah, dan kehidupan baru.
Di dapur, aroma kopi bercampur dengan harum bunga mawar merah muda yang telah kususun semalam untuk istriku, sang belahan jiwa. Hari ini, ulang tahun istriku yang ke-56, ulang tahun pernikahan kami yang ke-33, dan sebuah babak baru dalam hidup kami: kelahiran cucu pertama kami.
Pagi itu, aku menyiapkan sarapan spesial. Pancake berbentuk hati dan potongan buah segar kusajikan dengan sirup maple. "Selamat ulang tahun, sayang," kataku, menyerahkan bunga dan ciuman hangat. Mata istriku berbinar penuh kebahagiaan, tapi aku tahu ada satu hadiah lagi yang akan membuat air mata haru jatuh.
Setelah sarapan, telepon dari rumah sakit berbunyi. Anak sulung kami mengabarkan kabar yang telah kami tunggu: bayi kecil bernama Nara baru saja lahir, membawa cahaya baru ke keluarga kami. Aku dan istriku segera bergegas ke rumah sakit, membawa energi penuh cinta dan antusiasme.
Di ruangan bersalin, kami melihat cucu pertama kami untuk pertama kalinya. Bayi kecil itu, dengan pipi merah muda dan mata tertutup rapat, terasa seperti perpaduan seluruh harapan, cinta, dan doa yang pernah kami ucapkan selama bertahun-tahun.
Aku, yang biasanya tak mudah tersentuh, merasa ada sesuatu yang mendorong hatiku untuk mengekspresikan rasa syukur dan kebahagiaan. Dalam perjalanan pulang, inspirasi muncul seperti aliran air di sungai. Aku menulis lagu untuk cucuku, "Baby Nara."
Malamnya, saat keluarga besar berkumpul di rumah, aku mempersembahkan lagu tersebut dengan tool AI. Aku pilih Indie Pop, dengan nada-nada hangat mengalun, lirik sederhana tetapi penuh makna menceritakan bagaimana Nara membawa kebahagiaan baru dalam hidup kami. Semua orang terdiam, terhanyut dalam lagu yang lahir dari hati seorang kakek.
24 Agustus berakhir dengan pelukan, tawa, dan harapan untuk masa depan yang cerah. Bagi kami sekeluarga, hari itu menjadi lebih dari sekadar tanggal di kalender---ia menjadi tonggak cinta, komitmen, dan awal yang baru.