Sulistyawan Dibyo Suwarno
Sulistyawan Dibyo Suwarno Freelancer

citizen jurnalis yang berkantor di rumah

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Begini Prosesi Pembuatan Gunungan Keraton Yogyakarta

28 Mei 2019   16:49 Diperbarui: 28 Mei 2019   16:59 20 0 0

Menjelang pelaksanaan  Grebeg Syawal maupun Grebeg Idul Adha ,  Keraton Yogyakarta  secara rutin melaksanakan tradisi Tumplak Wajik. Tradisi ini merupakan  prosesi awal   pembuatan gunungan Grebeg yang  rutin dilaksanakan usai sholat Iedul Fitri maupun Idul adha. Tradisi yang telah berusia ratusan tahun ini sampai saat ini terus dipertahankan dan menjadis alah satu agenda wisata budaya di Yogyakarta

Tumplak Wajik  yang berlangsung di Kemagangan Komplek Keraton Yogkarta. Prosesi dimulai  dengan tetabuhan  gejog lesung ,seiring dengan hadirnya  putri  Sulung  Sri Sultan Hamengku Buwono X, GKR Mangkubumi , yang keluar dari  dari kompleks keraton bersama para abdi dalem Keraton   yang membawa uba rampe  atau perlengkapan prosesi. Kemudian,  gunungan kemudian dirangkai dengan iringan  suara  lesung , setelah terlebih dulu diolesi  adonan Dlingo- Bengle  serta  rempah-rempah.

Biasanya, pada saat  prosesi berlangsung, banyak masyarakat maupun wisatawan yang menyaksikannya. Usai  prosesi tersebut berebut sisa-sisa adonan dinglo-bengle  dan mengoleskan  pada beberapa  bagian tubuhnya. Hal ini diyakini sebagai upaya  tolak bala dan penyakit yang  akan menimpa mereka.


Pada prosesi Grebeg  Keraton Yogyakarta  mengeluarkan  sejumlah gunungan  yang berjumlah 3 sampai 7 buah. Jenis Gunungan tersebut  terdiri dari Gunungan Lanang, Gunungan Wadon serta Gunungan Darat.  Sebelum diperebutkan kepada masyarakat, Gunungan dibawa dari Keraton Yogyakarta dan   dibawa  menunju Masjid Gede Kauman Yogyakarta , Kantor  Kepatihan Yogyakarta  serta  Istana Puro Pakualaman Yogyakarta.

Dari sisi filosofis, gunungan  terbuat dari  makanan, sayur dan buah-buahan  sebagai symbol  kemakmuran Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat , yang sebagian besar rakyatnya berprofesi sebagai petani.  Nantinya Gunungan ini  akan diperebutkan kepada masyarakat sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan YME. (*)