Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Guru

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Mengajarkan Anak Berbisnis Sejak Usia Dini

14 Maret 2019   18:18 Diperbarui: 14 Maret 2019   18:19 83 4 0


Oleh Tabrani Yunis

Saat ini semakin sering kita mendengar dan membaca tentang sebuah kondisi masa depan yang mereka sebut dengan disrupsi. Sayangnya, banyak orang yang tidak memahami arti atau makna disrupsi tersebut. Bisa jadi, karena semakin banyak orang yang meninggalkan kegiatan dan kebiasaan membaca.

Akibatnya, ketika ada istilah-istila atau terminologi baru yang berkembang di era ini, banyak yang tidak tahu. Celaknya, walau tidak tahu apa maknanya,tetapi suka menggunakannya. Oleh sebab itu, selayaknya kita berikan pemahaman kepada mereka yang suka menggunakan istilah atau teminologi baru yang salah satunya adalah disrupsi. Kiranya, banyak yang mendefinisikan hal itu.

Kita ambil saja apa yang dijelaskan oleh Reinald Khasali di Koran Sindo, edisi 03 Januari 2018. Beliau mengatakan saat ini tengah terjadi suatu disruption atau disrupsi. Apa itu disrupsi? Dalam kamus besar bahasa Indonesia, disrupsi didefinisikan hal tercabut dari akarnya. Jika diartikan dalam kehidupan sehari-hari, disrupsi adalah sedang terjadi perubahan yang fundamental atau mendasar.

Satu di antara yang membuat terjadi perubahan yang mendasar adalah evolusi teknologi yang menyasar sebuah celah kehidupan manusia. Digitalisasi adalah akibat dari evolusi teknologi (terutama informasi) yang mengubah hampir semua tatanan kehidupan, termasuk tatanan dalam berusaha.

Disrupsi menyebabkan banyak pekerjaan yang kini, mungkin menjadi cita-cita banyak orang, lalu tak lama lagi akan banyak yang hilang, namun banyak pula pekerjaan lain yang muncul yang direproduksi akibat dari evolusi teknologi informasi. Sehingga, kondisi evolusi teknologi informasi dan komunikasi yang berubah dengan cepat tersebut menuntut kita mampu menyikapi keadaan tersebut.

Salah satu hal yang sangat penting dibangun dan diwarisi kepada generasi bangsa ini adalah membangun jiwa dan ketrampilan entrepreneurship. Bukan hanya kepada mahasiswa yang sedang bergelut belajar di bangku kuliah di Universitas, bahkan  peserta didik yang belajar di lembaga pendidikan dasar pun selayaknya sudah diajarkan dan diberikan kemampuan entrepreneurship yang sesuai dengan kesukaan anak-anak.

Artinya, para orang tua, guru dan pendidik yang berada di rumah dan di lembaga-lembaga pendidikan selayaknya sudah memperkenalkan dan membiasakan ( mengajar) anak-anak belajar wirausaha ( entrepreneurship) sejak usia dini. 

Video di atas, merupakan salah satu contoh untuk mengajarkan anak sejak dini bagaimana melakukan dan mempraktukan entrepreneurship pada anak-anak. Hal yang juga tidak kalah penting diajarkan kepada anak-anak adalah bagaimana mencari ide usaha atau ide bisnis. Ide bisnis sesungguhnya sama pentingnya dengan modal uang yang selama ini menjadi persoalan banyak orang yang mau buka usaha.

Kebanyakan orang yang mau buka usaha, bila ditanya apa masalah yang dihadapi, mereka akan dengan lantang berkata, ya masalahnya modal. Lalu, ketika ditanya, apa yang mereka maksudkan dengan modal, maka jawabannya, kalau bukan uang, apa lagi? Padahal, ada uang, tanpa ide, usaha juga tidak akan pernah ada. Maka, itulah sebabnya kita menyebutkan bahwa ide atau gagasan bisnis itu sama pentingnya dengan uang. Ide atau gagasan adalah modal usaha.

Nah, mengajarkan anak-anak dengan bisnis dan mengajak anak mencari ide bisnis sejak dini,adalah hal yang selayaknya kita lakukan sekarang. Apalagi saat ini, ketika kita bertanya kepada anak-anak tentang cita-cita mereka, kita tidak bisa  bertanya " mau jadi apa nanti?, tetapi kiata akan mengubahnya kalau besar nanti, kamu bisa buat apa?