VLOMAYA (Vlogger Kompasiana Pemerhati Budaya), bagi mereka yang suka menulis, yang suka membuat vlog atau video untuk berbagi. Berbagi apa saja, yang penting bermanfaat. Tagline: 'explore your (local) culture.' Ayo gabung bersama kami di wa group kami. Silakan kirim wa ke: 0852-1072-7788 atau email kami di: vloggerkompasiana@gmail.com See you guys .... ;)
Horeee....literasi videografi yang diselenggarakan dalam bungkus 'Cucurak Vlomaya' hari Sabtu lalu, tanggal 14 Oktober 2023 dihadiri oleh sekitar 20 peserta - dari rencana 15 peserta.
Videografi selalu menjadi hal yang menarik diikuti perkembangannya, mengingat canggihnya teknologi per-hape-an di negara kita, walau kita masih sebatas konsumen saja. Kang Bugi - Founder dan Ketua Vlomaya sempat menyinggung hal tersebut dalam sambutan awalnya. Termasuk menyampaikan bagaimana media sosial sangat berkembang pesat berseliweran di bumi Nusantara ini.
Media sosial nomor satu yang paling banyak diakses oleh masyarakat Indonesia adalah Whatsapp, lalu Instagram, lalu diurutan ketiga adalah....dan diurutan keempat yaitu. Youtube turun peringkat menjadi hanya berada diurutan....
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa media sosial tetap memiliki dua sisi mata uang. Sisi baik dan sisi buruk. Sisi buruk, diantaranya adalah dengan berkembangnya per-hoaks-an dan sejenisnya dan lain sebagainya.
Sedangkan sisi positifnya adalah bahwa media sosial (dalam hal ini difokuskan hanya pada Instagram - dengan Reelsnya dan Tiktok) menyediakan banyak informasi-informasi singkat baik ilmu pengetahuan, informasi umum bahkan hingga pengajian.
Seperti pengalaman kang Bugi yang menyatakan bahwa ia suka mengikuti kajian-kajian singkat keIslaman melalui Tiktok.
"Kalau dulu ada istilah ngaji kultum (kuliah tujuh menit), dengan adanya Tiktok dan Reels, tidak perlu sampai tujuh menit, cukup 1 menit hingga 3 menitan - sesuai dengan durasi maksimal di Tiktok dan Reels."
Narasumber utama, yaitu mbak Erni Hendrawati memulai presentasinya dengan memperlihatkan peralatan yang dibutuhkan atau biasa digunakan saat mbak Erni sedang membuat konten videonya.
Ada hape (jelas), lalu speaker, tripod serta rencana - semacam skenarionya kita akan membuat video tentang apa.
Persiapan skenario ini diperlukan untuk membuat video yang akan kita buat itu menjadi runtut atau disebut dengan memenuhi kaidah storytelling. Kecuali video yang fun, tidak terlalu diperlukan skenario, melainkan fokus di latihan gerakan agar sama seragam dan enak dilihat.
Mbak Erni yang tinggal di Jakarta ini melanjutkan pemaparannya tentang aplikasi yang mudah digunakan untuk membuat dan mengedit video (yang sering digunakan mbak Erni adalah aplikasi capcut), lalu pentingnya membuat niche postingan kalau ingin serius membuat konten.