Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.
Yang Terhormat Pembaca kompasiana tercinta . Info PGRI tentang ranting sebagai basis anggota PGRI menjadi kisah Omjay kali ini di kompasiana. Semoga bermanfaat buat pembaca kompasiana.

Ranting Sebagai Basis Anggota PGRI: Menguatkan Peran dari Akar Rumput
Oleh: Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd
Dalam struktur organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), ranting menempati posisi yang sangat strategis. Ranting bukan sekadar unit kecil dalam susunan organisasi, melainkan basis utama kehidupan organisasi di tingkat desa atau kelurahan. Di sinilah denyut kebersamaan, solidaritas, dan semangat profesi guru benar-benar tumbuh dan berakar kuat.
Menurut Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) PGRI, ranting dibentuk di wilayah desa atau kelurahan, yang menaungi beberapa satuan pendidikan --- mulai dari PAUD, SD, SMP hingga SMA/SMK yang berada di wilayah tersebut. Semua guru dari satuan pendidikan di wilayah itu menjadi bagian dari ranting yang sama. Struktur ini memungkinkan koordinasi lintas jenjang, mempererat hubungan antar guru di satu wilayah, serta memperkuat rasa kebersamaan sebagai satu keluarga besar PGRI.
Seperti disampaikan oleh Pak Prameswara, salah satu pengurus PGRI senior:
"Ranting menurut hemat saya adalah wilayah desa atau kelurahan, di mana terdapat beberapa satuan pendidikan. Dari lembaga-lembaga itu terbentuklah satu ranting dengan kepengurusan yang sudah diatur dalam AD/ART, kecuali bila ada ranting khusus."
Pandangan ini penting agar kita memahami bahwa ranting bukan milik satu sekolah, tetapi milik bersama guru di satu wilayah. Dengan begitu, PGRI benar-benar hadir di akar rumput --- dekat dengan anggota dan mampu menjangkau seluruh guru di berbagai jenjang pendidikan.
Kepala Sekolah dan Guru Sebagai Penggerak di Wilayah
Meski ranting berada di tingkat desa atau kelurahan, peran kepala sekolah dan guru-guru di satuan pendidikan tetap sangat penting dalam menjaga hidupnya ranting. Kepala sekolah dapat menjadi penghubung aktif antara sekolah dan pengurus ranting. Misalnya, saat rapat dewan guru, kepala sekolah bisa menyelipkan informasi tentang kegiatan ranting, hasil musyawarah, atau agenda PGRI di tingkat cabang.
Dengan cara ini, meskipun organisasi berada di luar struktur formal sekolah, semangat dan kegiatannya tetap dapat dirasakan langsung oleh guru di tempat kerja mereka. Inilah yang disebut mendekatkan organisasi kepada anggota --- bukan dengan menambah kegiatan baru, melainkan dengan menyinergikan yang sudah ada.
Ranting: Wadah Pembinaan dan Solidaritas Guru di Wilayah
Ranting berfungsi sebagai wadah pembinaan, advokasi, dan penguatan profesionalisme guru. Di tingkat inilah informasi tentang kebijakan pendidikan, tunjangan profesi, maupun pelatihan dapat disampaikan secara langsung. Lebih dari itu, ranting juga menjadi tempat guru-guru lintas sekolah membangun kebersamaan --- baik melalui pertemuan rutin, kegiatan sosial, hingga pelatihan bersama.
Sebagai contoh, Ranting PGRI Jatiasih di Kota Bekasi aktif mengadakan kegiatan bulanan berupa forum diskusi guru kreatif. Di forum ini, guru-guru SD, SMP, dan SMA di wilayah tersebut saling berbagi praktik baik pembelajaran dan saling memberi dukungan dalam menghadapi berbagai tantangan profesi. "Kami ingin ranting bukan hanya formalitas, tetapi menjadi rumah bagi guru di wilayah kami," ujar Ibu Sri Wahyuni, S.Pd, salah satu pengurus ranting setempat.
Menurut Prof. Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd, Ketua Umum Pengurus Besar PGRI,
"Kekuatan PGRI terletak pada ranting yang hidup dan aktif. Kalau rantingnya mati, organisasi kehilangan jantungnya. Tapi kalau rantingnya hidup, maka darah perjuangan guru akan terus mengalir ke seluruh tubuh PGRI."
Pernyataan ini sangat menggugah, karena menegaskan bahwa kehidupan organisasi sesungguhnya tidak hanya bergantung pada pengurus di tingkat pusat atau provinsi, tetapi justru bertumpu pada semangat dan aktivitas di ranting.
Perlu Pembinaan dan Dukungan Berjenjang
Agar ranting benar-benar berfungsi optimal, dibutuhkan dukungan nyata dari pengurus PGRI di tingkat cabang, provinsi, hingga pusat. Pembinaan rutin, pelatihan kepemimpinan, dan pendampingan administrasi organisasi harus terus dilakukan. Dengan begitu, ranting tidak hanya menjadi simbol struktur, tetapi benar-benar menjalankan fungsinya sebagai basis pembinaan dan perjuangan guru di tingkat akar rumput.
Kepala sekolah dan guru perlu ikut aktif menjadi penggerak ranting di wilayahnya. Dengan menjalin komunikasi intens antara sekolah dan pengurus ranting, sinergi antara dunia kerja profesi (sekolah) dan dunia organisasi profesi (PGRI) akan semakin kuat.
Penutup
Kekuatan PGRI tidak ditentukan oleh seberapa megah rapat pengurus pusatnya, tetapi oleh seberapa hidup kegiatan di ranting. Ketika ranting di setiap desa dan kelurahan aktif, maka seluruh struktur organisasi akan terasa kokoh dan dinamis. Dari pertemuan sederhana di ruang guru hingga kegiatan lintas sekolah di tingkat kelurahan, semangat solidaritas dan profesionalisme guru akan terus menyala untuk mewujudkan pendidikan Indonesia yang lebih bermutu.
Bekasi, 31 Oktober 2025
Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd
Guru Blogger Indonesia / Anggota PGRI Aktif
Sekjen ikatan guru informatika PGRI
Blog https://wijayalabs.com
