Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Lifestyle | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com
Gultik atau Gulai Tikungan mulai populer sejak tahun 1997. Meski begitu para penjual gulai ini diperkirakan sudah mulai berdagang sejak akhir 1980an. Nama "tikungan" diambil dari lokasinya yang berada di sepanjang tikungan Bulungan, di jalan Mahakam kawasan Blok M.
Memang tak salah jika gultik dikategorikan sebagai makanan legendaris kota Jakarta. Bahkan ada istilah belum tinggal di Jakarta kalau belum mencoba gultik! Tandanya penganan yang satu ini sudah menjadi ikonik yang cukup melekat dengan kota Jakarta.
Para pedagang gultik cukup mudah dikenali, mereka berbaris di trotoar dengan gerobak pikul dan payung pantainya. Di sekitar gerobak ada meja dan bangku kecil dan pendek untuk para pembeli.
Begitu datang penjual akan menyuguhi sepiring lauk persataian seperti sate telur puyuh, sate usus dan sate rempela ati. Porsinya tidak besar dan harganya cukup murah mulai dari 10 ribu rupiah saja. Tapi saya tidak yakin ada orang yang ke sana hanya cukup memesan satu porsi saja.
Saya kira sekalipun ia bukan pencinta kuliner tetap butuh setidaknya 2 porsi untuk mengenyangkan perutnya.
Saya datang ke kawasan itu menjelang bedug maghrib. Langit belum begitu gelap dan banyak kursi masih tak bertuan. Saya pesan 2 porsi untuk 2 orang dan benar, ketika bertemu suapan terakhir saya sudah memesan 2 porsi lagi. Meja di sebelah kami malah sudah pesan 3 porsi untuk masing-masing orang. Buset dah!
Strategi porsi sedikit semacam ini bisa dibilang sangat cerdik. Di satu sisi bisa mengakomodir pesanan pembeli sesuai kebutuhan dan di sisi lain bisa menimbulkan kesan murah yang padahal kalau ditotal-total jumlahnya sama saja dengan harga di rumah makan yang lain.
Di luar harga, soal rasa saya kira tidak mengecewakan. Saya bahkan ingin kembali ke sana lagi untuk menjajal porsi yang lebih banyak tapi di luar bulan ramadan.
Berbeda dengan gulai-gulai kebanyakan yang ada di kota kelahiran saya, Ungaran, gultik punya kuah yang lebih encer dengan bumbu rempah khas Solo. Rasanya gurih dan dagingnya empuk!