Sustainable lifestyle learner | Book sniffer | another me : irerosana.com | email : irerosana@gmail.com
Tidak sampai 2 menit, pesanan kami pun mendarat di meja. Sesuai namanya, ukurannya kecil-kecil seperti batu kerikil. Entah ada berapa jumlahnya kami tidak menghitung tapi yang jelas mereka terlihat unyu -- unyu dan berkeroyokan memenuhi mangkok bakso kami.
Menu ini dilengkapi juga dengan tahu pong, sawi serta kuah bening yang segar. Rasanya seperti bakso pada umumnya namun sensasi ketika memakannya berbeda. Seperti tidak habis-habis.
Kok bisa ya kepikiran membuat bakso berukuran kerikil? Itulah yang ada di pikiran saya kala itu.
Berawal dari ketidaksengajaan
Beberapa sumber menyebut, bakso kerikil di ciptakan pertama kali oleh paman dari Pak Alex. Semua itu berawal dari sebuah ketidaksengajaan.
Dulu Pamanya berjualan di depan rumah Gubernur Akmil, pojok Taman Badaan. Dari semua pelanggan yang datang, tak jarang mereka membawa serta anak kecil. Namanya anak kecil pasti berulah, ada yang menangis ada pula yang mengacak-acak dagangan.
Pamannya pun berinisiatif menciptakan bakso kecil-kecil untuk menenangkan mereka. Karena terlihat unik, para orang tua malah tertarik untuk memesan bakso yang berukuran kecil. Dari situ lahirlah bakso kerikil yang sampai sekarang masih berjalan.
Karena keunikan itulah makanan ini menjadi salah satu kuliner khas orang ketika berkunjung ke Kota Magelang. Fenomena ini menarik perhatian masyarakat sekitar untuk membuat kuliner serupa. Jadilah taman Badaan ini menjadi area pusat bakso Kerikil di Kota Magelang.
Di pinggiran taman berbaris aneka kuliner bakso kerikil dengan owner yang berbeda-beda. Ada Bakso kerikil Bu Suwanti, Bu Mul, Pak Bendot dan lain-lain. Pelanggan tinggal pilih saja suka-suka!