Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.
Setiap keluarga memiliki cerita unik mereka sendiri ketika merayakan hari besar, dan keluarga kami tidak terkecuali. Setelah kepergian kedua orang tua kami, Ayah dan Ibu, perayaan Iedul Fitri di keluarga kami mengalami perubahan yang signifikan.
Transformasi Lebaran Iedul Fitri
Sebelum Ayah dan Ibu berpulang, Iedul Fitri selalu menjadi momen istimewa bagi keluarga besar kami untuk berkumpul dan merayakan kebersamaan di kampung halaman. Namun, sepeninggal mereka, tradisi ini mulai berubah. Kini, setiap anggota keluarga memiliki prioritas masing-masing. Ada yang memilih untuk mengunjungi orang tua dari pasangan suami atau istri, ada pula yang merayakannya dengan kerabat dekat lainnya atau bahkan menghabiskan waktu berlibur di suatu tempat.
Meskipun tradisi berkumpul saat Iedul Fitri mulai pudar, ikatan silaturahmi di antara kami tetap terjaga. Kami selalu berusaha saling mengunjungi setelahnya, meski tidak selalu pada waktu dan tempat yang bersamaan.
Momen Kebersamaan di Iedul Adha
Namun, yang menarik adalah bagaimana Iedul Adha membawa kami kembali berkumpul dengan lebih kompak. Ternyata, momen Iedul Adha menawarkan fleksibilitas waktu yang lebih besar dibandingkan Iedul Fitri. Hal ini memungkinkan kami untuk merencanakan pertemuan keluarga dengan lebih leluasa dan tanpa tekanan.
Persiapan untuk Iedul Qurban pun dilakukan dengan antusias. Kami mulai membenahi tempat berkumpul yang telah kami pilih, sebuah rumah kayu sederhana berdinding anyaman bambu dan beratapkan ijuk. Meski sederhana, suasana pedesaan dengan pesawahan dan kebun yang mengelilingi rumah tersebut memberikan kebahagiaan tersendiri.
Kebersamaan yang Hangat di Malam Hari