Bandros solusi keliling Bandung tidak boros (dokpri)
Begitu mendengar bahwa dalam paket wisata yang Saya ikuti ada agenda naik Bandros tentu saja membuat hati bergembira. Saya membayangkan naik Bandros di bagian lantai dua bus yang terbuka tentu sangat menyenangkan. Namun dari informasi yang saya dapatkan ternyata bus yang ada sekarang tidak lagi menyediakan tempat duduk di lantai dua bus. Hal ini dilakuakan karena keberadaan lantai dua pada bus sangat membahayakan penumpang.
Hal ini dibuktikan dengan terjadinya penumpang Bandros yang tewas terjatuh dari atas bus menghempas jalan raya karena tersangkut oleh kabel yang melintang di jalan raya dekat Balai Kota Bandung. Saat itu pemuda itu dikabarkan sedang asyik mengambil gambar yang ada disekitarnya dengan posisi berdiri. Akhirnya nyawa pemuda yang terjatuh itu tak terselamatkan, walaupun sempat mendapat perawatan di rumah sakit. Nah sejak saat itu pengelola mempertimbangkan untuk menghilangkan fasilitas penumpang di lantai dua bus guna menghindari kejadian yang mengenaskan tersebut terulang kembali.
Bandros sendiri singkatan dari Bandung Tour on Bus, dilunucrkan untuk pertama kali pada tahun 2014 . Dengan tiket Rp 20.000 per orang untuk sekali jalan dan Rp 40.000 per orang untuk multitrip atau full day.Penumpang dapat naik Bandros dengan gaya art deco yang warna catnya beragam.
Sebagaian bus dicat dengan warna cerah seperti merah,biru kuning, putih bahkan pink. Tentu saja penumpang dapat memilih sesuai selera warna. Masyarakat Bandung sendiri lebih senang menyebut bandros dengan istilah bus peremen. Bus Bandros beroperasi setiap hari, dari Senin sampai dengan Minggu. Sementara, jadwal bus Bandros mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan 16.00 WIB.
Untuk kali ini saya naik Bandros dari halte yang berada di depan Museum Geologi Bandung. Untuk rute ini, penumpang bus Bandros akan diajak berkeliling melewati Jalan Diponogoro, Citarum, Lombok Aceh, Sumatera, Tamblong, Asia Afrika, Alun-alun, Banceuy, Cikapundung, Braga, Suniaraja, Perintis Kemerdekaan, Wastukancana, LLRE Martadinata, Ir H Djuanda, dan kembali ke Jalan Diponogoro.
Selama dalam perjalanan penunpang didampingi seorang pemandu. Pemandu ini menjelaskan tentang hal-hal yang menarik terkait rute yang dilalui bandros. Yang menarik dalam menyampaiakn penjelasan pemandu sering menyelipkan lelucon-lelucon yang memancing tawa penumpang. Gaya humor nampkany menjadi standar pelayanan para pemandu di bus bandros.
Tidak hanya sejarah jalan dan gedung yang dilalui pemandu juag menceritakan kisah misteri dari sebuah jalan atau gedung. Seperti rute yang saya lewati ini penumpang di perlihatkan rumah kentang yang konon angker dan berhantu. Atau cerita hantu Nancy yang sangat populer di masyarakat bandung. Diceritakan tentang pelajar keturunan belanda yang bersekolah di SMA yang dilewati bandros meninggal karena bunuh diri terjun dari lantai dua di sekolah tersebut.
Hingga saat ini, Hantu Nancy dipercaya masih ada di SMA itu. Terkadang Hantu Nancy suka menampakkan dirinya di salah satu jendela yang tidak pernah bisa ditutup pada sekolah itu. Jika ingin melihat hantu ini, seseorang harus mengelilingi sekolah itu selama tiga kali pada malam hari. Nah, pas cerita hangtu para penonton terbawa suasana seram yang dinarasikan pemandu. Tentu saja kepiawaian pemandu dalam bercerita dibumbui dengan humor dan horor menjadikan perjalan meggunakan bandros menjadi terasa singkat. Tanpa terasa Saya sudah sampai pada pemberangkatan awal di jalan Diponegeoro.
Oh ya, naik bandros disamping bisa darai depan museum geologi atau jalan Diponegoro bisa juga naik dari alun-alun Bandung tentu saja dengan rute yang berbeda. Nah sobat semua sudah belum naik bandros ?. Kalau belum yuk, agendakan beserta keluaraga, teman atau rombongan kantor untuk wisata ke kota bandung dengan naik bandros. Lets go !
