Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Guru

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Kisah Mengagumkan di Balik Tradisi Festival Lampu Colok di Riau

20 Maret 2024   18:13 Diperbarui: 20 Maret 2024   18:39 848 34 9

Menikmati tradisi lampu colok di Pekanbaru. (foto Akbar Pitopang)
Menikmati tradisi lampu colok di Pekanbaru. (foto Akbar Pitopang)

Di balik gemerlapnya lampu-lampu yang menerangi langit pada malam 27 Ramadhan, tersimpan sebuah tradisi yang kaya akan nilai agamis, gotong royong, dan kebersamaan. Inilah tradisi Lampu Colok, sebuah warisan turun-temurun yang masih hidup dan berkembang di tanah Riau, terutama di kota-kota seperti Pekanbaru dan Bengkalis.

Lampu Colok bukanlah sekadar hiasan semata, namun simbol kekuatan spiritual bagi masyarakat setempat. Dibuat dengan penuh keahlian dan dihiasi dengan berbagai motif islami seperti miniatur masjid, lafadz Allah, dan ayat suci Alquran, lampu-lampu ini menciptakan suasana yang penuh kekhusyukan dan keagungan pada malam-malam Ramadhan.

Proses pembuatan Lampu Colok pun tak luput dari nilai-nilai gotong royong. Masyarakat saling bergotong royong dalam membuatnya, mengumpulkan kaleng bekas sebagai bahan utama, dan merangkainya dengan penuh kehati-hatian. Setiap lampu diberi sumbu dan bahan bakar minyak tanah atau solar, kemudian dinyalakan dengan cara khas menggunakan tongkat kayu yang menyala di ujungnya, dikenal sebagai "colok".

Tradisi ini tidak hanya menjadi hiasan semata, namun juga memiliki makna yang dalam bagi masyarakat Riau. Pada masa lalu, Lampu Colok bukan hanya menjadi hiasan, tetapi juga berfungsi sebagai penerangan jalan bagi warga yang ingin membayar Zakat Fitrah pada malam 27 Ramadhan. Di tengah kegelapan malam, lampu-lampu colok menjadi penunjuk jalan yang aman bagi warga, menghindari bahaya di tengah perjalanan mereka.

Pemahaman akan pentingnya pelestarian tradisi ini membawa Pemerintah Provinsi Riau untuk mengadakan Festival Lampu Colok Kreatif. Melalui festival ini, tradisi Lampu Colok diangkat menjadi sebuah ajang untuk memperkuat rasa kebersamaan dan menjaga kekayaan budaya yang identik dengan ciri khas Melayu. Ribuan lampu colok dipasang di berbagai tempat strategis seperti halaman rumah dinas gubernur, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan Pemprov Riau, dan kelurahan-kelurahan.

Festival Lampu Colok tidak hanya sekadar perayaan, tetapi juga ajang untuk membudayakan dan melestarikan tradisi Lampu Colok di bumi Riau. Diharapkan, melalui kegiatan ini, generasi muda dapat terinspirasi untuk menjaga dan mengembangkan tradisi yang begitu kaya makna ini.

Seiring berjalannya waktu, semoga tradisi Lampu Colok terus berkembang dan menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Ramadhan di Riau. Keindahan dan makna di balik gemerlapnya lampu-lampu ini tidak hanya mengundang decak kagum, tetapi juga merangkul kita pada nilai-nilai kebersamaan dan keagungan.

Semoga informasi ini bermanfaat..


Salam berbagi inspirasi
== Akbar Pitopang ==