Omjay Labschool
Omjay Labschool Guru

Blogger Handal di Era Global wa 08159155515

Selanjutnya

Tutup

Video

Spirit PGRI yang Tak Pernah Padam Di Ultahnya yang ke-80 Tahun Untuk Mewujudkan Pendidikan Untuk Semua

5 November 2025   06:50 Diperbarui: 5 November 2025   06:50 156 3 2


Berikut ini adalah artikel kisah Omjay yang sudah diperhalus agar lebih menyentuh hati, menggugah semangat guru, dan mengalir seperti tulisan reflektif khas Omjay sebelumnya, dengan tambahan komentar pribadi Omjay di bagian akhir tulisan:

Pendidikan untuk Semua dan Spirit PGRI yang Tak Pernah Padam

Oleh: Wijaya Kusumah (Omjay) Guru Blogger Indonesia

Beberapa waktu lalu, Mendikdasmen Abdul Mu'ti mencanangkan sebuah gagasan yang menggugah nurani bangsa: "Pendidikan untuk Semua." Sebuah kalimat yang tampak sederhana, namun sesungguhnya mengandung cita-cita luhur dan tanggung jawab besar --- memastikan bahwa tak satu pun anak Indonesia tertinggal dari haknya untuk belajar.

Gagasan mulia ini hadir di bulan yang sangat istimewa --- Bulan Guru Indonesia, bulan di mana kita mengenang kelahiran organisasi tercinta Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) pada 25 November 1945. Tepat delapan puluh tahun sudah PGRI berdiri tegak, menjadi rumah besar bagi para pendidik yang tanpa lelah menjaga api pengabdian.

Guru anggota PGRI menyalami muridnya/PGRI
Guru anggota PGRI menyalami muridnya/PGRI

PGRI: Delapan Puluh Tahun Menyalakan Cahaya Ilmu

Sejak awal berdirinya, PGRI tidak sekadar menjadi organisasi profesi, tetapi juga simbol perjuangan dan persatuan guru Indonesia. Lahir dari semangat revolusi kemerdekaan, PGRI menjadi wadah para guru yang tak hanya mengajar, tapi juga berjuang mempertahankan kemerdekaan melalui pena, papan tulis, dan semangat kebangsaan.

Dari ruang-ruang kelas di masa kolonial hingga era digital yang serba cepat, api perjuangan itu tak pernah padam. Guru tetap menjadi garda terdepan dalam membangun karakter bangsa. PGRI terus bertransformasi --- memperjuangkan kesejahteraan guru, profesionalisme pendidikan, serta keadilan dalam kebijakan publik.

Pendidikan untuk Semua: Antara Cita dan Realita

Kini, di usia ke-80 PGRI, gagasan "Pendidikan untuk Semua" kembali mengingatkan kita bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang belum selesai. Masih ada anak-anak di pelosok negeri yang berjalan puluhan kilometer menuju sekolah. Masih banyak guru yang mengabdi di daerah terpencil dengan sarana terbatas. Masih ada siswa yang tertinggal karena akses internet yang tak merata.

Pendidikan untuk semua bukan sekadar membuka pintu sekolah bagi semua anak, tetapi juga memastikan setiap anak mendapatkan kualitas pendidikan yang sama baiknya. Dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Rote, semua anak bangsa berhak memiliki guru hebat, lingkungan belajar aman, dan kesempatan untuk bermimpi besar.

Guru: Pahlawan dan Pilar Peradaban

Tak dapat dipungkiri, keberhasilan pendidikan bertumpu pada sosok guru. Guru adalah jantung dari pendidikan, penggerak utama perubahan, dan penjaga masa depan bangsa.

Mereka bukan sekadar pengajar, tetapi juga pendidik, pembimbing, bahkan orang tua kedua bagi anak-anak negeri ini. Di balik wajah lelah dan senyum sabar mereka, tersimpan semangat luar biasa untuk terus menyalakan cahaya ilmu, meski kadang dengan keterbatasan yang melingkupi.

Karenanya, saat kita berbicara tentang "pendidikan untuk semua", sejatinya kita juga harus berbicara tentang "kesejahteraan untuk guru." Tidak akan ada pendidikan berkualitas tanpa guru yang dihargai, sejahtera, dan dimanusiakan.

Refleksi Omjay: Menulis, Mengabdi, dan Menginspirasi

Sebagai bagian kecil dari keluarga besar PGRI, saya, Wijaya Kusumah (Omjay), merasa bangga dan haru menyaksikan perjalanan panjang organisasi ini. Dari masa ke masa, semangat guru Indonesia tak pernah padam --- terus menyesuaikan diri, berinovasi, dan menginspirasi.

Bagi saya, menulis adalah bagian dari perjuangan. Lewat tulisan, saya ingin menyuarakan hati para guru: kegigihan, kesetiaan, dan cinta mereka terhadap profesi ini. Ketika guru menulis, sejatinya ia sedang menanamkan nilai, mencatat sejarah, dan menyalakan inspirasi bagi generasi berikutnya.

Saya sangat percaya, kekuatan pena guru bisa lebih tajam dari pedang. Dengan tulisan, guru mampu menggugah kesadaran masyarakat dan menembus batas ruang serta waktu. Maka, jangan pernah berhenti menulis. Karena dari sanalah semangat pendidikan abadi mengalir.

Suara dari Para Pemimpin Pendidikan

Mendikdasmen Abdul Mu'ti yang hari ini akan berpidato di UNESCO menegaskan,

"Kami berupaya agar setiap anak di Indonesia, di manapun mereka berada, dapat mengakses pendidikan yang relevan dan berkualitas. Pendidikan harus berpusat pada manusia --- mencakup aspek jasmani dan ruhani."

Sementara itu, Ketua Umum PB PGRI, Prof. Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd, mengingatkan pentingnya perlindungan bagi guru:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2