Didi Suprijadi ( Ayah Didi)
Didi Suprijadi ( Ayah Didi) Guru

Penggiat sosial kemasyarakatan,, pendidik selama 40 tahun . Hoby tentang lingkungan hidup sekaligus penggiat program kampung iklim. Pengurus serikat pekerja guru.

Selanjutnya

Tutup

Video

Pohon Raksasa Keramat di Kampung Wisata Jatinegara Kaum Jakarta Timur

7 Juli 2025   18:26 Diperbarui: 7 Juli 2025   18:26 68 2 1

Pohon Raksasa Keramat Beringin Pencekik sumber dokpri 
Pohon Raksasa Keramat Beringin Pencekik sumber dokpri 

https://youtu.be/GPn1El611E4?feature=shared

Mahasiswa asing sedang mencoba mengelilingi pohon Beringin Pencekik. Sumber dokpri 
Mahasiswa asing sedang mencoba mengelilingi pohon Beringin Pencekik. Sumber dokpri 

Pohon Raksasa Keramat di Kampung Wisata Jatinegara Kaum, Jakarta Timur.

Oleh ayah didi

Hari itu Kampung Wisata Jatinegara Kaum kedatangan tamu mahasiswa asing dalam program pertukaran budaya. Mahasiswa asing yang ikut pertukaran budaya berasal dari berbagai negara tetapi yang paling banyak berasal dari negara negara kawasan Asia Tengah.

Mahasiswa asing berkunjung ke Kampung Wisata Jatinegara Kaum yang dikelola oleh KTH rumah kaum Jayakarta. Sebagai koordinator kegiatan mahasiswa asing yang datang ke Jatinegara Kaum adalah prodi usaha perjalanan wisata UNJ. UNJ menjalin kerjasama dengan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dalam program ini.

Selain mengunjungi tempat kegiatan urban farming, budidaya magot hingga mengunjungi masjid tua Asyalafiyah. Masjid tua Asyalafiyah berlokasi di kompleks makam Pangeran Jayakarta. Makam Pangeran Jayakarta berlokasi di RW 03 Kelurahan Jatinegara Kaum Kecamatan Pulau gadung Jakarta Timur.

Kompleks makam Pangeran Jayakarta suasana nya adem, sejuk dan nyaman karena masih banyak tumbuh pohon yang besar nan rindang. Salah satu pohon besar nan rindang di kompleks makam Pangeran Jayakarta adalah pohon Beringin Pencekik/Kiara Pencekik/Kiara atau Grasak/ Krasak.

Pohon Beringin Pencekik bentuk nya besar, tinggi menjulang dan rindang. Membuat mahasiswa asing yang datang melihat berdecak kagum. Pak Nino dosen prodi usaha perjalanan wisata UNJ sebagai pemandu, langsung mengambil insiatif. Sebelum melakukan kunjungan ke galery Budaya dan ziarah ke makam Pangeran Jayakarta, mahasiswa oleh pak Nino diajak mendekat ke batang pohon yang besar tersebut. Pak Nino perintahkan kepada mahasiswa untuk mengukur panjang lingkar batang pohon tersebut.

Serentak mahasiswa asing  yang terdiri dari pria dan  wanita tersebut mengikuti aba aba perintah dari pak Nino. "Segera untuk mendekatkan diri ke pohon, kemudian ujung telapak tangan saling berpegangan mengitari pohon tersebut." perintah dosen berbadan tinggi tegap lantang melalui megaphonen. Tidak kurang 13 orang dari mahasiswa berpegangan tangan mengitari pohon raksasa itu.

"Berapa panjang lingkar pohon tersebut " teriak pak Nino bertanya dengan menggunakan bahasa inggris dengan lancar. Maklum lancarnya bicara bahasa Inggris, karena pak Nino dosen prodi usaha perjalanan wisata UNJ lulusan Belanda.

Tidak ada jawaban yang pasti dari mahasiswa, hanya keluar decak kagum dari mulutnya. Bisa dibayangkan bila 13 orang dewasa bergandengan tangan, kemudian dibariskan berapa panjangnya. Hitung sendiri masing masing dirumah.

Pohon Raksasa Beringin Pencekik

Beringin Pencekik (Ficus annulata) adalah salah satu tumbuhan khas Indonesia. Tumbuhan ini dapat ditemui di Taman Nasional Ujung Kulon.

Beringin Pencekik termasuk dalam ordo Rosales dan memiliki nama ilmiah Ficus annulata. Beringin pencekik memiliki sinonim nama ilmiahnya yaitu Ficus balabacensis, Ficus flavescens, Ficus valida, Urostigma annulatum, dan Urostigma flavescens.

Selain dikenal sebagai Beringin Pencekik, tumbuhan ini juga dikenal dengan nama Ara Pencekik. Masyarakat lokal Kalimantan menyebut tanaman ini dengan sebutan Bulu atau Ara Susu.

Berbeda dengan masyarakat Kalimantan, orang Sunda menyebut Beringin Pencekik dengan sebutan Kiara Bodas atau Kiara Oneng sedangkan orang Jawa menyebutnya Grasak/Krasak.( Wikipedia)

Nama populer dari pohon Kresek/Krasak atau Grasak adalah Beringin Pencekik atau Kiara Pencekik. Secara umum Beringin Pencekik hidupnya jarang yang sengaja ditanam  oleh manusia. Pohon Beringin Pencekik hidup di tanam tanpa sengaja setelah disebarkan oleh hewan.  Hewan pemakan buah seperti Kampret, Kalong dan Burung sering tanpa sengaja menyebarkan biji pohon tersebut. Buah yang dimakan hewan menyebabkan terjadinya penyebaran biji buah pohon Beringin Pencekik ke mana mana.

Awalnya biji Beringin Pencekik yang terbawa oleh hewan menempel  pada batang atau ranting pohon inang, lalu kemudian menempel dan tumbuh. Setelah tumbuh pohon Beringin Pencekik mulai mengulurkan akar sulur atau akar udaranya ke permukaan tanah, disisi lain pohon Beringin Pencekik  memperpanjang batang dan cabang keatas menuju datangnya sinar matahari.

Selanjutnya pohon Beringin Pencekik yang mulai tumbuh besar dan dewasa  memulai proses persaingan hidup dengan inangnya.  Pohon Beringin jelas lebih unggul dalam persaingan, karena selain mendapat nutrisi dari akar napas yang dijulurkan ke tanah, pohon ini juga menghisap nutrisi dari tumbuhan inangnya.Lama kelamaan pohon Beringin Pencekik menguasai pohon inang, pohon inang mati, lalu muncul Beringin Pencekik sebagai pemenang dan tumbuh secara mandiri .

Sering kali pohon inang yang mati karena tercekik oleh batang, cabang dan akar sulur Beringin terkadang dapat menciptakan rongga di balik batang pohon Beringin. Karena Beringin dianggap hidupnya mencekik pohon inangnya, hingga pohon inangnya mati maka disebut Beringin Pencekik.

Di sekitaran kompleks makam masih banyak pohon Beringin Pencekik tumbuh,walau ukuran nya tidak sebesar yang tumbuh di samping Masjid. Ada yang tumbuh di atas pohon Aren ada juga yang tumbuh diatas pohon Jamblang.
Menurut cerita Beringin Pencekik  yang tumbuh di samping Barat Masjid Asyalafiyah, awalnya tumbuh diatas pohon Asem sebagai inangnya. Setelah mengalahkan pohon Asem sebagai inangnya,terlihat seakan akan pohon Beringin Pencekik itu berdiri tegak diatas tanah, padahal didalamnya masih tampak sisa sisa pohon asem sebagai inang yang sudah keropos kering dan mati.

Belum ada yang memastikan kapan Beringin/Kiara Pencekik itu tumbuh hingga tidak bisa memastikan usia pohon tersebut. Hanya saja karena besar dan tua nya pohon tersebut serta lokasinya terletak antara bangunan Masjid Asyalafiyah dengan Bangunan Kompleks Makam Pangeran Jayakarta maka menambah nilai mistis tersendiri. 

Tidak jarang masyarakat yang berziarah ke makam Pangeran Jayakarta menengok Pohon Raksasa tersebut sambil mulut nya komat kamit entah apa yang diucapkan. Konon banyak masyarakat yang percaya bahwa pohon Beringin Pencekik tersebut pohon Keramat. Wallahu alam bi sawab.

Bila para pembaca penasaran ingin melihat pohon besar ada di ibukota, maka berkunjung lah ke Kampung Wisata Jatinegara Kaum. Bukan hanya melihat pohon besar yang dikeramatkan tetapi masih banyak obyek yang perlu dikunjungi. Bisa mengambil pelatihan budidaya Magot, pengolahan sampah, urban farming budidaya tanaman anggur hingga belajar sejarah sambil ziarah ke makam pendiri Jakarta, Pangeran Akhmad Djaketra bergelar Pangeran Jayakarta.



Monggo ditunggu sila hubungi 

ayah didi

Jangan lupa like komentar dan share videonya 

https://youtu.be/GPn1El611E4?feature=shared