Feddy Wanditya Setiawan
Feddy Wanditya Setiawan Dosen

Science advances not by blind obedience to old answers, but by the courage to question

Selanjutnya

Tutup

Video

'New Year Without Thunder in the Sky'

31 Desember 2025   13:26 Diperbarui: 31 Desember 2025   21:36 95 2 1

New Year Without Thunder in the Sky [i. AI Curatorial Prompt by Feddy WS, 2025]
New Year Without Thunder in the Sky [i. AI Curatorial Prompt by Feddy WS, 2025]

Recommended Headphone

New Year Without Thunder in the Sky -[Link YouTube]

Lyrics:

[intro]

[verse]  
The year fades into silent night  
The city glows but hides its light  
No colors burst across the sky  
Just Sumatra's prayers rise high  

Jakarta waits in night's embrace  
No fireworks no cheers to chase  
For grief outshines the brightest flame  
The sky joins us in prayer's name  

[pre-chorus]  
In Aceh dawn meets president's eyes  
With those who lost their sunlit skies  
Papua's guards stand firm and true  
Holding dark so light breaks through  

[chorus]  
New year without a skyward sound  
No bangs no shouts to echo round  
We light the hope inside our hearts  
Not in the air where spark departs  

New year without a skyward cry  
Yet hope still burns it won't deny  
We step ahead though steps are slow  
With wounds that learn how time can grow  

[verse]  
Trains depart with stories told  
Thirty-five stops hearts unfold  
Some come home some say goodbye  
Seeking dawn as night drifts by  

Red on calendars we see  
January smiles but hearts agree  
Year's change means no festive cheer  
But who stays true through pain severe  

[pre-chorus]  
From Kiritimati's early ray  
To last who greet the new day's play  
Yet in our land we all unite  
To greet tomorrow calm and bright  

[chorus]  
New year without a skyward sound  
No colored storms to shake the ground  
We choose the quiet as our speech  
To heal the wounds our hands can reach  

New year without a skyward light  
Yet hope still shines so clear and bright  
When we believe in human grace  
Tomorrow's dawn we'll gently face  

[outro]

------

Musik sebagai Narasi Sosial & Doa Kolektif

Lagu New Year Without Thunder in the Sky (Tahun Baru Tanpa Dentum di Langit) dibangun sebagai musik naratif-konseptual, yaitu:

musik yang tidak hanya menyampaikan emosi, tetapi juga menceritakan peristiwa sosial nyata dan membingkainya dalam satu konsep besar yang konsisten dari awal sampai akhir.

Konsep besarnya adalah:

Pergantian tahun di Indonesia yang tidak dirayakan secara meriah karena duka nasional akibat bencana (banjir Sumatera), sehingga perayaan berubah menjadi ruang refleksi, doa, dan solidaritas.

Musik ini tidak berfungsi sebagai hiburan, melainkan sebagai ritual emosional kolektif.

Struktur Naratif Lagu

Malam Tahun Baru Tanpa Perayaan

"No fireworks no cheers to chase"
"For grief outshines the brightest flame"
"Just Sumatra's prayers rise high"

Di sini lirik langsung menempatkan banjir Sumatera sebagai pusat konflik emosional.
Banjir menjadi alasan moral mengapa:

  • tidak ada kembang api,
  • tidak ada sorak,
  • langit pun "berdoa bersama manusia".

Langit bukan hanya ruang visual, tetapi simbol kesadaran kolektif bangsa.

Narasi Bergerak: Indonesia sebagai Satu Tubuh

Lagu bergerak secara geografis:

  • Sumatra -> Jakarta -> Aceh -> Papua -> Kiritimati

Perjalanan ini menunjukkan:

Indonesia sebagai satu kesatuan emosi, dari pusat pemerintahan sampai wilayah terjauh, semua terhubung oleh duka yang sama.

Kehadiran presiden di Aceh dan penjagaan di Papua memberi kesan:

negara hadir dalam penderitaan rakyatnya.

Refrain Konseptual: Menolak Perayaan, Memilih Kesunyian

Reff:

"New year without a skyward sound"

menjadi ide sentral lagu:

Tahun baru bukan perayaan eksternal, melainkan pekerjaan batin.

Diam, tidak menyalakan kembang api, menjadi sikap etis terhadap korban banjir Sumatera.

Simbolisme Banjir Sumatera

Banjir tidak digambarkan secara eksplisit teknis, tetapi sebagai:

  • luka kolektif
  • kehilangan cahaya
  • sunlit skies yang hilang

Ini membuat tragedi tidak terasa sebagai "berita", tetapi sebagai pengalaman emosional nasional.

Banjir Sumatera berfungsi sebagai:

poros makna seluruh lagu.

Transformasi Emosi: Dari Duka ke Harapan

Lagu membentuk kurva emosi:

  • Duka & kehilangan
  • Hening & solidaritas
  • Penerimaan
  • Harapan yang perlahan tumbuh

"With wounds that learn how time can grow"

Ini adalah filosofi penyembuhan kolektif:

Luka tidak dihapus, tetapi belajar hidup bersama waktu.

Epilog Konsep Artistik

Secara keseluruhan, lagu ini adalah:

Doa musikal nasional untuk para korban banjir Sumatera,
yang menolak kegembiraan kosong dan menggantinya dengan
kesadaran, empati, dan harapan yang tenang.

Musik ini mengubah malam tahun baru menjadi:

ruang berkabung + ruang penyembuhan + janji masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4