Gatot Hertanto
Gatot Hertanto Mahasiswa

Undergraduate Comunications Of Muhammadiyah Universty

Selanjutnya

Tutup

Video

Yang Baru Tetap Sama? Santai, Healing Tambah Enak!

22 Juni 2025   23:29 Diperbarui: 22 Juni 2025   23:46 181 2 2

Di era di mana perhatian sangat terbatas dan informasi datang bertubi-tubi, iklan yang mampu menyentuh hati akan selalu memiliki tempat istimewa. Perpaduan storytelling yang menyentuh, pendekatan emosional yang tulus, dan pemanfaatan media digital yang kreatif merupakan resep ampuh dalam menciptakan iklan yang tidak hanya ditonton, tapi juga dikenang. Di balik setiap produk yang digunakan sehari-hari, tersimpan cerita dan nilai yang bisa menginspirasi. Ketika iklan mampu menangkap esensi itu, ia tak hanya menjual tetapui juga ia menghidupkan makna. 

2. Membangun Makna Lewat Representasi Nilai Sehari-hari : 

Salah satu kekuatan dari iklan berbasis narasi emosional adalah kemampuannya merepresentasikan nilai-nilai hidup sederhana yang sering kali terabaikan. Dalam beberapa kampanye iklan terbaru, penekanan diberikan pada momen-momen kecil namun penuh makna seperti kebersamaan saat memasak, kepedulian antar anggota keluarga, atau semangat bangkit dari kesulitan hidup. Representasi seperti ini bukan hanya menyentuh hati, tapi juga memberikan validasi terhadap pengalaman audiens. Iklan yang menyentuh realitas kehidupan sehari-hari memperlihatkan bahwa merek memahami konsumennya bukan hanya sebagai pasar, tetapi sebagai manusia yang memiliki cerita, tantangan, dan emosi. Hal ini memperkuat positioning merek sebagai "teman dekat" dalam kehidupan konsumen juga bukan sekadar penyedia produk.

3. Emosi sebagai Jembatan Pengalaman Konsumen :

Lebih jauh, pendekatan emosional juga meningkatkan experiential value sebuah produk. Ketika konsumen melihat produk digunakan dalam konteks yang menyentuh hati misalnya, saat memasak untuk keluarga tercinta atau membantu sesama produk tersebut mulai diasosiasikan dengan makna positif. Konsumen tidak lagi melihat hanya dari sisi fungsi, tetapi juga dari pengalaman dan kenangan yang mungkin tercipta bersamanya. Emosi seperti rasa bangga, cinta, atau ketulusan memberikan konteks emosional yang membuat produk lebih berharga. Ini merupakan bentuk "pemaknaan ulang" dari produk yang dulunya hanya dipandang secara rasional. Saat iklan berhasil membangun pengalaman emosional, maka produk menjadi bagian dari cerita hidup konsumen.

4. Menghindari Emosi yang Artifisial

Namun, penting juga untuk menjaga agar pendekatan emosional tidak terkesan artifisial. Konsumen saat ini sangat peka terhadap pesan yang terasa "dibuat-buat" atau terlalu dramatis. Otentisitas dan kesederhanaan justru menjadi kunci. Iklan yang menyajikan cerita tanpa berlebihan, yang membiarkan audiens merasakan emosinya secara alami, justru memiliki dampak lebih besar dan lebih tulus. Transparansi dalam narasi juga berperan penting. Misalnya, menampilkan proses perjuangan atau momen ketidaksempurnaan dalam kehidupan justru menciptakan kedekatan yang nyata. Konsumen merasa bahwa cerita tersebut bisa saja adalah cerita mereka sendiri.

5. Iklan Bukan Sekadar Promosi, Tapi Cermin Sosial : 

Pada akhirnya, iklan yang menyentuh emosi dan menghadirkan cerita yang relevan memiliki dampak sosial yang lebih luas. Ia mampu menciptakan dialog, membentuk opini, bahkan mengangkat nilai-nilai yang kadang terlupakan. Di tengah banjir informasi yang kompetitif, iklan yang beresonansi dengan nilai dan hati nurani akan selalu diingat dan diapresiasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2