
Di balik kegemilangan prestasi atlet kickboxing Indonesia pada SEA Games Thailand, tersimpan kisah penuh tekanan, intimidasi, dan tuduhan yang mengguncang internal cabang olahraga tersebut. Perjalanan tim kickboxing Indonesia tak hanya diwarnai deportasi salah satu pengurus, tetapi juga sederet dugaan pelanggaran yang berujung benturan diplomatik olahraga antara Indonesia dan federasi kickboxing Asia.
Kisruh ini memuncak ketika Rosi Nurasjati, pengurus pusat PP KBI, sekaligus manajer yang mendampingi atlet, menerima surat suspensi dari Wako Asia (AKC) berisi 17 tuduhan. Tuduhan itu bukan hanya memotong langkahnya dalam mengikuti event internasional, namun juga berujung pada deportasi dirinya dari Thailand.
Latar Belakang Masalah: Ketika Program Resmi Negara Dipertentangkan
Permasalahan bermula dari program resmi pembinaan dan keikutsertaan atlet kickboxing Indonesia di bawah payung Kemenpora. Menurut Rosi, seluruh program telah berjalan sesuai persetujuan pemerintah dan prosedur resmi. Namun, keberangkatan tim justru dibayangi tekanan dari pihak luar, hingga berujung pada surat suspensi dari Wako Asia.
"Program yang kami jalankan tidak ada yang menyimpang dari Kemenpora... tuduhan ini fitnah 100% dan sangat tendensius. Akibat suspend ini saya tidak boleh mengikuti event internasional, termasuk SEA Games," ujar Rosi dengan suara bergetar menahan emosi.
Surat suspensi itu kemudian memicu reaksi berantai. PP KBI memanggil Rosi untuk meminta klarifikasi. Ia mengaku langsung menjawab semua poin yang menyeret namanya serta mengirim surat pribadi kepada Presiden Wako Asia untuk menjelaskan posisinya dan meminta maaf bila ada kekurangan.
Namun, setelah surat itu dikirim, badai bukannya mereda. Justru tekanan semakin besar, hingga puncaknya deportasi terhadap dirinya saat mendampingi atlet di Thailand.
"Kemana Saya Harus Mengadu?" --- Rosi Merasa Tidak Dilindungi
Dalam keterangannya, Rosi menegaskan bahwa tuduhan itu tidak hanya kejam, tetapi juga merusak moral dan integritasnya---baik sebagai pengurus olahraga maupun sebagai seorang ibu yang mendampingi atlet muda berjuang membawa nama bangsa.
"Ini kejam... kemana saya harus berlindung?" ucapnya.
Ia juga mengaku kecewa karena tak mendapat perlindungan dari lembaga olahraga Indonesia ketika menghadapi tekanan dari federasi luar.
"Ketika saya laporkan ke Ketum PP KBI, jawabannya hanya, 'Saya sedih mendengar ini.' Harusnya ada perlindungan. Saya ini wakil presiden, masih berjuang membersihkan nama saya. Masa seorang wanita yang menjaga mental atlet malah dibiarkan sendiri?"
Lebih menyakitkan lagi, ketika ia mencoba meminta arahan sebelum memutuskan kembali ke Indonesia.
"Saya sudah telepon sekjen, WA ketua NOC... saya jelaskan semua kondisi. Dijawab: 'Tidak usah pulang, Mbak Rosi.' Tapi setelah saya pulang, mereka susah sekali dihubungi."
Desakan Penolakan Tuduhan: "Kalau Tidak Ditolak, Kita Dianggap Mengakui Fitnah Ini"
Rosi menegaskan bahwa tuduhan dari Wako Asia tidak boleh dibiarkan begitu saja. Menurutnya, jika tidak ada sikap resmi dari PP KBI, NOC, maupun pemerintah, maka federasi internasional akan menganggap bahwa Indonesia menerima tuduhan tersebut.
"Ini menyangkut kehormatan bangsa. Jangan sampai kita difitnah dan diam saja. Kalau tidak ada dukungan penolakan, saya lebih baik mundur."
Atlet Turun Tangan: Ultimatum, Seruan Keadilan, dan Kekecewaan pada Politik Olahraga
Kisruh ini tidak hanya mengguncang Rosi---para atlet yang selama ini ia dampingi juga ikut bersuara lantang.
1. Toni Kristian Hutapea -- Juara Asia Dua Kali dan Juara SEA Games
Atlet Sumut kelas -54kg ini menegaskan tidak akan melanjutkan karier jika sosok yang dianggap sebagai pembina moral mereka seperti disingkirkan.
"Kalau bunda (Rosi) tidak ada lagi di Kick Boxing, saya sebagai atlet Kick Boxing yang sudah meraih dua kali juara Asia dan juara Sea Games lebih baik mundur dari cabang olahraga Kick Boxing," tegas Toni.
2. Andi Mesyara Jerni Maswara atlet Point Fighting Putri-50kg, mengatakan, "saya orangnya pejuang dan saya ingin keadilan itu tetap berdiri tegak ya, yang saya lakukan saya sudah berusaha untuk bertemu Komisi X DPR dan saya juga berharap pak Menteri bisa membantu manager kami, kalau bisa bapak Presiden yang terhormat kalau bisa ikut turun tangan juga saya berharap, karena ini sudah sangat urgent sekali, dan ini menyangkut nama baik kami para atlet yang mengharumkan nama Indonesia dan juga nama baik manager kami serta harga diri," ujar Jerni.
3. Jefri Hamonangan Lumbanbatu -- Peraih Emas Low Kick -63,5kg SEA Games Thailand 2025, mengaku sudah lelah dengan adanya politik di dalam dunia olahraga.
"Yang saya sampaikan kepada pemerintah jangan ada politik, karena saya sebagai atlet sudah lelah dengan politik-politik yang ada di dalam olahraga, apalagi menyangkut manager kami, sampai adanya fitnah kami, jadi saya sudah lelah dengan politik, dan saya juga siap jika harus keluar dari kick boxing tida apa-apa saya keluar dari atlet mungkin nanti Tuhan akan memberikan jalan yang terbaik untuk saya dan manager saya," tegas Jefri.
"Dan saya juga mempersembahkan medali emas yang saya raih d SEA Games Thailand ini untuk manager saya, bukan untuk cabang olahraga ataupun induk olahraga Indonesia, tapi ini untuk manager saya yang saat ini sedang di fitnah dan dituduh secara tidak benar," tutup Jefri
Kisruh yang Belum Usai
Hingga kini, belum ada sikap resmi dari PP KBI, NOC, maupun pemerintah terkait 17 tuduhan yang dijatuhkan Wako Asia dan dugaan tekanan yang dialami kontingen Indonesia di Thailand.
Rosi berharap pemerintah, bahkan Presiden dapat turun tangan untuk menolak tuduhan yang dianggap merusak martabat olahraga Indonesia.
Di balik medali emas dan sorak kemenangan SEA Games, ada drama panjang yang menanti jawaban. Drama yang mempertaruhkan bukan hanya karier seorang pengurus, tetapi juga nama baik atlet, federasi, dan bangsa.