Saya memulai hidup ini dengan menulis puisi dan cerita pendek, kemudian jadi wartawan, jadi pengelola media massa, jadi creative writer untuk biro iklan, jadi konsultan media massa, dan jadi pengelola data center untuk riset berbasis media massa. Saya akan terus bekerja dan berkarya dengan sesungguh hati, sampai helaan nafas terakhir. Karena menurut saya, dengan bekerja, harga diri saya terjaga, saya bisa berbagi dengan orang lain, dan semua itu membuat hidup ini jadi terasa lebih berarti.
Yang juga patut disikapi serta dievaluasi oleh KAI Commuter, adalah apa yang terjadi pada Kamis, 21 November 2024 malam di Stasiun Depok, Kota Depok, Jawa Barat. Pada Kamis malam itu, seluruh penumpang yang turun di Peron 2, diarahkan petugas untuk keluar melalui Pintu Khusus. Itu pintu untuk ibu hamil dan lansia.
Karena, pada Kamis malam itu, underpass Stasiun Depok digenangi air. Di hujan-hujan sebelumnya, underpass tersebut juga digenangi air, tapi masih bisa dilalui penumpang. Ini tentu positive warning dari hujan di musim hujan, terhadap sarana dan pra-sarana stasiun, karena sudah beberapa kali underpass tersebut digenangi air.
Dari 21 Juta, Baru 4 Juta
Himbauan untuk menggunakan transportasi publik, terus bergema dari tahun ke tahun. Sarana dan pra-sarana pun dibangun, terutama di wilayah perkotaan. Di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) misalnya, ada KAI Commuter, Mass Rapid Transit (MRT), Light Rail Transit (LRT), dan TransJakarta.
Lonjakan pengguna transportasi publik pun, meningkat signifikan. Pada Juni 2024, misalnya, jumlah penumpang TransJakarta mencapai 31,62 juta orang. Melonjak 42 persen, jika dibandingkan dengan data Juni 2023. Jumlah penumpang LRT pada Juni 2024 mencapai 102.707 orang. Meningkat 22,26 persen dibandingkan Juni 2023.
Itu berdasarkan rekapitulasi Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta, yang dilansir pada Kamis, 1 Agustus 2024 lalu. Meski lonjakan tersebut menggembirakan, tapi menurut saya, tantangan untuk mengalihkan pengguna kendaraan pribadi ke transportasi publik, masih menghadapi tantangan yang cukup besar.
Dari sekitar 21.750.000 data perjalanan tahun 2023 di Jakarta, yang sudah menggunakan transportasi publik, baru sekitar 4 juta. Artinya, baru di kisaran 18,86 persen. Itu diungkapkan Wakil Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta, Syaripudin, dalam diskusi Publik Institut Studi Transportasi (INSTRAN) secara zoom, pada Kamis, 4 Juli 2024 lalu.
Saya menilai, segmen pertama yang berpotensi untuk dialihkan ke transportasi publik, adalah pengguna sepeda motor. Kenapa? Karena, tiap hari, sebanyak 997.669 kendaraan bermotor dari Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek), masuk ke Jakarta. Dan, 77,2 persen dari jumlah tersebut adalah kendaraan roda dua, sepeda motor.
Artinya, keberadaan KAI Commuter, MRT, LRT, dan TransJakarta, belum sepenuhnya menjawab kebutuhan 768.205 pengguna sepeda motor tersebut. Media Kompas.id pada 4 Februari 2022 | 05:50 WIB Sepeda Motor Pilihan Utama Berkomuter di Jabodetabek mencari tahu, apa faktor yang membuat mereka belum beralih.
Pertama, secara biaya, selisih menggunakan angkutan umum dengan pakai sepeda motor, tidak signifikan. Dengan sepeda motor, biaya yang harus mereka keluarkan, hanya lebih mahal 1-4 persen, dibandingkan dengan menggunakan angkutan umum.
Kedua, secara waktu tempuh dengan angkutan umum, 55-62 persen lebih lama ketimbang menggunakan sepeda motor. Dengan kata lain, bagi mereka, sarana dan pra-sarana transportasi publik di Jabodetabek, belum menjadi tawaran menarik untuk beralih ke angkutan umum.