Isson Khairul
Isson Khairul Jurnalis

Saya memulai hidup ini dengan menulis puisi dan cerita pendek, kemudian jadi wartawan, jadi pengelola media massa, jadi creative writer untuk biro iklan, jadi konsultan media massa, dan jadi pengelola data center untuk riset berbasis media massa. Saya akan terus bekerja dan berkarya dengan sesungguh hati, sampai helaan nafas terakhir. Karena menurut saya, dengan bekerja, harga diri saya terjaga, saya bisa berbagi dengan orang lain, dan semua itu membuat hidup ini jadi terasa lebih berarti.

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Upgrade Skill dan Ikhlas, Rahasia Aktris Yatti Surachman Jelang Hari Ibu

21 Desember 2024   11:09 Diperbarui: 21 Desember 2024   11:09 243 3 0


Usianya, sudah 67 tahun. Ia sudah menjalani karir 50 tahun di dunia perfilman dan tetap eksis hingga era digital kini. "Saya terus meng-upgrade skill. Saya tidak mau menjalani suatu profesi, hanya dengan bekal apa adanya," begitu komitmen Yatti Surachman.

Rezeki Tidak Akan Tertukar   

Yatti Surachman bongkar rahasia 50 tahun eksis di film, jelang Hari Ibu. Foto: Isson Khairul
Yatti Surachman bongkar rahasia 50 tahun eksis di film, jelang Hari Ibu. Foto: Isson Khairul

Kamis, 19 Desember 2024. Beruntung bisa bertemu dan ngobrol dengan aktris senior Yatti Surachman. Ia adalah Best Actress di Festival Film Asia Pasific pada 1980. Pada Kamis itu, ia berbagi inspirasi tentang bagaimana menjalani karir 50 tahun di dunia perfilman dan tetap eksis hingga era digital kini.

"Pekan lalu, saya shooting film di Jogjakarta. Salah seorang pemainnya adalah selebgram, artis medsos. Ia tentu saja dielu-elukan di lokasi shooting. Saat pengambilan gambar, artis medsos itu harus mengulang-ulang berkali-kali, untuk memenuhi kriteria akting yang diinginkan sutradara film tersebut," tutur Yatti Surachman.

Yatti menuturkan itu dalam Diskusi Riang Gembira Bersama Perempuan Hebat di Industri Film dan Musik. Diskusi tersebut diadakan Forum Wartawan Hiburan (Forwan) Indonesia, pada Kamis, 19 Desember 2024 siang, di Chic's Music, Rawamangun, Jakarta Timur. Diskusi itu untuk menyambut Hari Ibu, yang diperingati secara nasional, tiap tanggal 22 Desember.

Melalui tuturan tersebut, Yatti Surachman sesungguhnya hendak berbagi pengalaman, bahwa ber-akting untuk suatu film yang dipimpin oleh seorang Sutradara, berbeda dengan ber-akting di medsos. Di film, antara lain, ada naskah dan dialog yang terstruktur, sebagai acuan. Ada juga cameraman dan soundman, yang turut mengontrol akting tiap pemain.

Menjalani karir 50 tahun di dunia film dan tetap eksis hingga era digital kini, membuat Yatti Surachman sangat matang menyikapi keadaan. Ia sama sekali tidak iri, juga tidak takut, dengan kehadiran para artis medsos yang melambung-lambung serta meraup cuan dalam kurun waktu yang relatif singkat.

"Saya percaya, rezeki tidak akan tertukar," ujar Yatti Surachman enteng. Ia menilai, era medsos di era digital, telah melahirkan hal-hal yang instan. Itu menjadi bagian dari perubahan zaman, yang tidak terelakkan. Yatti Surachman bercerita, ia mulai main film tahun 1975, ketika itu usianya 18 tahun.

Ibunya penyanyi dan kakeknya pemain biola di Radio Republik Indonesia (RRI). Ketika ia manggung sebagai penyanyi di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara, seseorang memotretnya, lalu mengirim foto itu ke orang film. Ia memasuki dunia film, tanpa pernah belajar tentang film. Aksi panggung sebagai penyanyi, tentulah berbeda dengan ber-akting di depan kamera, itu yang disadari oleh Yatti Surachman.

Karena itulah, ia belajar tentang akting. Tak tanggung-tanggung, Yatti berguru akting ke dua tokoh, yaitu WS Rendra dan Torro Margens. Kita tahu, WS Rendra adalah penyair dan tokoh teater utama Indonesia. Dan, Torro Margens adalah aktor, penulis naskah film, dan sutradara Indonesia terkemuka di era tahun 1970-an dan 1980-an. Kedua sosok tersebut telah wafat.

"Saya memroses diri sekaligus berproses dalam dunia film. Saya tidak mau menjalani suatu profesi, hanya dengan bekal apa adanya. Proses yang saya jalani, tentu saja membutuhkan biaya dan waktu. Itu tidak murah. Bagi saya, semua itu adalah konsekuensi logis untuk suatu profesi," ujar Yatti Surachman lebih lanjut.

Komitmen Kepada Profesi

Kesungguhannya untuk terus-menerus meng-upgrade skill, itulah yang membuat Yatti tetap eksis menjalani karir 50 tahun di dunia film. Bahkan, tetap eksis hingga era digital kini. Padahal, secara usia, ia sudah 67 tahun. Sebagian besar rekan-rekan seangkatannya, sudah tak nampak lagi di peta perfilman nasional.

Saya pikir, sikap untuk meng-upgrade skill, tentu bukan hanya berlaku di dunia film. Itu juga relevan untuk berbagai profesi yang lain. Dalam persaingan kerja yang makin lama kian sengit, sesungguhnya yang dipertaruhkan itu adalah skill. Baik technical skills, maupun emotional skills.

Dalam peristiwa artis medsos yang gelagapan saat shooting tersebut misalnya, Yatti Surachman menyikapinya dengan bijak. Ia, meski sudah sangat senior, tak mau mentang-mentang di lokasi shooting. Bagaimanapun juga, pemimpin utama di lokasi adalah Sutradara. Ia ikhlas, meski tak disapa oleh para junior-nya di lapangan.

Sikap ikhlas itu pula yang membuatnya leluasa bekerjasama dengan crew film, yang umumnya adalah orang-orang muda. Ada pelajaran berharga tentang ikhlas, yang dipetik Yatti Surachman dari perjalanan hidupnya. Rumah tangganya kandas, setelah 8 tahun mengarungi bahtera perkawinan. Ia dua kali mengalami keguguran.

Sebagai perempuan, juga sebagai seorang Ibu, semua itu tentulah merupakan guncangan yang hebat. "Akhirnya, saya sampai pada kesimpulan, bahwa bersikap ikhlas adalah jalan terbaik untuk menjalani hidup ini," ujar Yatti Surachman di hadapan sekitar 200 orang yang hadir dalam Diskusi Riang Gembira Bersama Perempuan Hebat di Industri Film dan Musik tersebut.

Di dunia perfilman, Yatti Surachman juga beberapa kali tidak mendapatkan honorarium yang menjadi haknya, karena produser ingkar janji. "Kalau saya berkutat di urusan tagih-menagih, energi saya habis. Ya, sudah, saya ikhlaskan saja. Saya yakin, Yang Kuasa akan menggantinya dengan cara yang lain, dari tempat yang lain," ungkapnya.

Yatti Surachman mengaku, bersikap ikhlas terhadap berbagai keadaan, telah menjelma menjadi kekuatan dalam dirinya. Ia dengan penuh semangat terus menjalani karir di perfilman, meski banyak pendatang baru, meski zaman terus berubah. Film sudah menjadi pilihannya dan ia akan terus meng-upgrade skill, untuk menjawab segala tantangan.

Diskusi Riang Gembira Bersama Perempuan Hebat di Industri Film dan Musik tersebut, saya pikir, sangat tepat menampilkan Yatti Surachman, dalam konteks menyambut Hari Ibu. Insight Story dari Aktris Senior itu, sungguh menginspirasi untuk kaum Ibu di tanah air.

Di kesempatan itu, Forwan juga menampilkan perempuan-perempuan hebat lainnya. Ada Nita Yulianis (Plt Direktur Kewaspadaan Pangan dan Gizi Badan Pangan Nasional), Denit Putri (penulis novel), Madeena (penyanyi, pencipta lagu), dan moderator Telni Rusmitantri. Desainer Nina Nugroho secara khusus memberikan hadiah kepada tiga hadirin, yang berbusana terbaik. Sebagian besar perempuan yang hadir, mengenakan kebaya.

Jakarta, 21 Desember 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2