Saya memulai hidup ini dengan menulis puisi dan cerita pendek, kemudian jadi wartawan, jadi pengelola media massa, jadi creative writer untuk biro iklan, jadi konsultan media massa, dan jadi pengelola data center untuk riset berbasis media massa. Saya akan terus bekerja dan berkarya dengan sesungguh hati, sampai helaan nafas terakhir. Karena menurut saya, dengan bekerja, harga diri saya terjaga, saya bisa berbagi dengan orang lain, dan semua itu membuat hidup ini jadi terasa lebih berarti.
Sepak bola memiliki kemampuan unik, untuk menghubungkan orang-orang melalui bahasa dan pengalaman bersama. Itu temuan National Literacy Trust London, setelah riset selama 20 tahun. Liga Jakarta U-17 Piala Gubernur 2025 digulirkan, untuk menyemai benih literasi sepak bola kepada orang-orang muda, usia 16 dan 17 tahun. Agar mereka kuat secara individu dan tangguh dalam team work.
Sepak Bola: Individual Work Sekaligus Team Work
Sepak bola itu unik. Skill individu berpadu dengan skill kelompok. Ketepatan berpikir, sama pentingnya dengan kemampuan mengelola emosi. Semua keputusan di lapangan, berlangsung sangat cepat, bahkan dalam hitungan tak sampai satu detik.
Dampak dari tiap keputusan yang tepat dan atau tidak tepat di lapangan, langsung segera terukur. Bahkan, dalam hitungan tak sampai satu detik. Karena itulah, sepak bola menjadi prototipe dari individual work sekaligus team work.
Dibutuhkan bertahun-tahun latihan intens, sebelum seorang pemain sepak bola bisa berdiri di podium dan menggenggam medali emas. Dengan kata lain, tak ada yang instan dalam sepak bola. Satu musim kompetisi berlangsung panjang, melalui puluhan kali pertandingan, bahkan dengan model kompetisi berjenjang.
Atas dasar pemahaman yang menyeluruh tentang Deoxyribonucleic Acid (DNA) sepak bola itulah, Liga Jakarta U-17 Piala Gubernur 2025 digulirkan. Ini liga untuk orang-orang muda usia 16 dan 17 tahun. Mereka masih remaja, masih memiliki waktu yang panjang untuk tumbuh dan berkembang.
Yosef Erwiyantoro, selaku Head of Liga Jakarta U-17, menilai, ini adalah momentum penting untuk menanamkan benih-benih literasi sepak bola kepada tunas-tunas bangsa tersebut. Orang-orang muda usia 16 dan 17 tahun ini, adalah para pelajar yang menimba ilmu di sekolah umum.
Mereka tidak mendapatkan literasi sepak bola di sekolah. Kalaupun ada, hanya sangat sedikit persentasenya. Dengan demikian, dalam konteks literasi sepak bola, Liga Jakarta U-17 sesungguhnya adalah pendidikan luar sekolah yang penting, untuk tumbuh-kembang tunas-tunas bangsa.
Dalam hal ini, karena sepak bola adalah wahana yang kompleks untuk pendidikan. Baik untuk individu, maupun kelompok. Baik untuk pikiran, maupun emosi. Muhadjir Effendy, semasa menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), bahkan ingin agar tiap sekolah memiliki lapangan sepak bola seperti di Inggris.