Saya memulai hidup ini dengan menulis puisi dan cerita pendek, kemudian jadi wartawan, jadi pengelola media massa, jadi creative writer untuk biro iklan, jadi konsultan media massa, dan jadi pengelola data center untuk riset berbasis media massa. Saya akan terus bekerja dan berkarya dengan sesungguh hati, sampai helaan nafas terakhir. Karena menurut saya, dengan bekerja, harga diri saya terjaga, saya bisa berbagi dengan orang lain, dan semua itu membuat hidup ini jadi terasa lebih berarti.
Silakan cermati Mendikbud Ingin Tiap Sekolah Miliki Lapangan Sepak Bola seperti di Inggris di mediaindonesia.com, pada Jumat, 4 Mei 2018 | 22:10 WIB. Hal itu ia ungkapkan ketika membuka kompetisi sepak bola Gala Siswa Indonesia tingkat Kota di Sekolah Global Jaya, Bintaro l, Tangerang Selatan, Banten, pada Jumat tersebut.
Alangkah eratnya pendidikan dengan sepak bola, dalam konteks tumbuh-kembang tunas-tunas bangsa. Di Inggris, ada National Literacy Trust, sebuah lembaga non-profit di London. Lembaga itu mengungkapkan, "Kami telah menghabiskan lebih dari 20 tahun bekerja sama dengan para mitra, untuk menggunakan sepak bola sebagai alat "literasi secara diam-diam" untuk melibatkan kaum muda dalam membaca dan menulis.
National Literacy Trust sampai pada kesimpulan, sepak bola memiliki kemampuan unik, untuk menghubungkan orang-orang melalui bahasa dan pengalaman bersama. Tapi, kenapa Inggris? Karena, sepak bola modern lahir dan dikembangkan di Inggris. Aturan resmi pertama sepak bola, ditetapkan di Inggris, pada tahun 1863.
Impian Menjelma Keinginan Kuat
Menjadi pemain sepak bola hebat. Berdiri di podium, menggenggam medali emas. Boleh jadi, semua itu baru sebatas impian orang-orang muda usia 16 dan 17 tahun ini. Justru, Yosef Erwiyantoro, selaku Head of Liga Jakarta U-17, ingin mereka bermimpi sekaligus membangun mimpi. Dimulai dari mimpi, yang diharapkan menjelma menjadi kenyataan, karena didorong oleh keinginan yang kuat.
Dalam konteks mimpi sebagai pemotivasi yang kuat tersebut, mari sejenak kita cermati novel Sang Alkemis karya Paulo Coelho. Novel itu diterbitkan di Brazil pada tahun 1988 dan telah diterjemahkan ke dalam 56 bahasa di dunia. Kita tahu, Brazil adalah salah satu kiblat penting dalam persepakbolaan dunia.
Tokoh Raja Tua di novel itu mengungkapkan, "Ketika seseorang memiliki keinginan yang kuat, maka seluruh semesta akan berusaha untuk mewujudkannya." Jadi, jangan takut bermimpi. Jangan takut membangun mimpi. Karena mimpi memotivasi kita untuk memiliki keinginan yang kuat.
Untuk memotivasi tunas-tunas bangsa ini, agar mereka berani bermimpi, Yosef Erwiyantoro sengaja mengajak Maman Suryaman dan Tyas Tono Taufik melakukan kick off Liga Jakarta U-17 pada Sabtu, 19 April 2025 lalu. Kick off dilakukan di Lapangan Sepak Bola TNI AU Pancoran, Pancoran Soccer Field, Jakarta Selatan.
Maman Suryaman adalah gelandang bertahan nasional, peraih medali emas di SEA Games 1991. Tyas Tono Taufik, bek kiri legendaris nasional, yang juga peraih medali emas di SEA Games 1987. Kedua sosok penting di sepak bola nasional tersebut, menjadi talent scouting selama 30 kali pertandingan dalam satu musim Liga Jakarta U-17 ini.
Tyas Tono Taufik dengan telaten mencermati tiap pertandingan. Ia memberi nilai kepada tiap pemain dari tiap klub yang bertanding. Itu ia lakukan terhadap 18 klub yang menjadi peserta Liga Jakarta U-17 Piala Gubernur 2025 ini. Di waktu-waktu tertentu, Tyas Tono Taufik berdialog dengan para pengurus klub. Tujuannya, tentu untuk meningkatkan kualitas klub, sekaligus menaikkan mutu pertandingan.
Dalam skala menyeluruh, Yosef Erwiyantoro, selaku Head of Liga Jakarta U-17, mencermati dengan detail alur pertandingan. Mulai dari persiapan sebelum pemain turun ke lapangan, kesiapan wasit dan hakim garis sebagai penyelenggara pertandingan, serta pencatatan mekanisme di tiap pertandingan.