Meski sebenarnya rumahnya sudah diwariskan ke adik laki-laki, tapi kakak tertua yang tinggal bersebelahan yang merawat dan membersihkan. Kami memang tidak saling mempermasalahkan hak milik, kecuali kalau memang ingin dikelola sendiri dan membutuhkan, kami juga membebaskan. Tapi saat ini kami tinggal berjauhan, beruntung ada kakak sulung yang merawat peninggalan orang tua.
Kalau kami mudik, kami bergantian membersihkan dan menyediakan konsumsi. Kakak tertua biasanya sudah menyiapkan ayam dan ikan peliharaan nya untuk kami masak.
Siapa yang longgar yang menyiapkan, atau kalau semua longgar masak bersama tanpa terkecuali meski sesuai gaya dan selera masing-masing, tapi semua bisa dan boleh mencicipi. Kebersamaan saat lebaran dan liburan yang indah.
Sementara untuk keluarga suami juga kedua orang tua dan saudara -saudaranya sudah meninggal semua, jadi kami menyempatkan nyekar di awal puasa. Saat lebaran kami bisa nyaman mudik ke Purworejo tanpa harus bolak-balik ke Surabaya karena sudah dicicil di awal puasa. Sangat bermanfaat dan cara smart menghemat social energy.
Nyekar, ziarah kubur menjelang atau saat Lebaran, adalah bentuk penghormatan kepada leluhur. Batu nisan menjadi simbol keberadaan orang tua yang telah tiada.
Momen ini seringkali mengharukan dan sarat makna. Namun, perjalanan ke makam, terutama jika lokasinya jauh, bisa memakan waktu berjam-jam, melelahkan dan menyerap social energy kita.
Jadwal kunjungan yang padat bisa membuat lelah, jadi kita harus pandai-pandai mengatur social energy yang kita miliki.
1. Prioritaskan
Diskusikan dengan keluarga, mana ziarah yang wajib dilakukan dan mana yang bisa digabung. Buat jadwal kunjungan silaturahmi yang realistis dan bisa diterima semua anggota keluarga.
2. Efisiensi
Jika memungkinkan, lakukan nyekar bersama-sama dengan keluarga besar. Selain menghemat waktu, momen ini bisa mempererat kebersamaan, dan tetap terhubung dengan orang tua yang telah tiada dalam doa dan kunjungan ke makam tempat orang tua dan leluhur disemayamkan.