Sabtu malam Minggu, 16 Agustus adalah waktunya tasyakuran di hampir semua tempat di Indonesia untuk menyambut Hari Proklamasi NKRI, 17 Agustus yang kini sudah memasuki Hari Ulang tahun kemerdekaan yang ke-80.
Apakah malam tasyakuran adalah pemborosan dan kesia-siaan? Tentu tidak.
Bila dikelola dengan hemat, cermat dan bersahaja (jadi ingat Dasadarma Pramuka, hehehe ...)tasyakuran bukanlah suatu pemborosan apalagi kesia-siaan.
Contoh nyata adalah seperti tasyakuran yang dilakukan warga RT 11, Desa Krandegan Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun ini.
Acara yang nyaris spontan ini terdiri dari sambutan, menyanyikan Indonesia Raya, doa bersama, pembagian hadiah lomba agustusan, dan ramah tamah, makan bersama.
Apakah malam tasyakuran menyedot biaya besar? Tidak!
Segala keperluan tasyakuran dicukupi warga dengan menyediakan konsumsi bersama. Hanya 5 orang yang bersedia membawa nasi beserta lauk pauknya(ambeng). Yang lain tidak bersedia? Tidak begitu tentunya. Tapi acara ini dilaksanakan dengan Potluck dari warga RT sendiri. Potluck, atau orang Sunda biasa menyebutnya botram adalah saweran makanan.
Jadi acara tasyakuran ini salah satunya acara makan bersama yang makanannya berasal dari makanan yang disediakan warga bersama -sama. Meski berkonsep membawa makanan yang ada, bersyukur semua kebutuhan makan bersama bisa terpenuhi cukup lengkap.
Nasi, sayur, lauk, aneka camilan, aneka buah, aneka minuman bisa tersedia meski tanpa diatur.