Malam tiada berbintang, gelap bersemu abu-abu. Sementara sang rembulan terlihat samar dan ragu. Tersembunyi dalam gelapnya langit malam(Aku, rooftop dan kopi sachet: Isti Yogi)
Ayah mengajak bersantai di rooftop sambil ngopi-ngopi. Kopi sachet tak masalah, yang penting syahdu. Hehehe...
Untuk kopi lokal, jarang ada yang sachet sekali seduh. Biasanya sachetan berupa kopi murni dengan berat netto minimal 100 gram.
Meski begitu, kopi murni sachet an ini juga sangat praktis untuk penyuka kopi hitam tanpa gula. Tinggal ambil sesendok, masukkan gelas, dan seduh dengan air mendidih.
Tapi untuk penyuka kopi manis, harus menambahkan gula juga. Sedang kopi buatan pabrik, yang beredar secara nasional, biasanya sudah 2 in 1, bahkan 3 in 1, termasuk gula di dalam nya. Tentunya lebih praktis untuk penggemar kopi variatif yang lebih beragam.
Suami Aku menyukai kopi hitam tanpa gula. Sedang Aku lebih menyukai kopi yang sudah di-mix. Dari kopi susu, capucino, moccacino, duet coconut, apa saja Aku suka mencoba nya. Kopi hitam pun sebenarnya aku tak menolak, tapi jarang mengonsumsi.
Untuk kopi lokal Madiun, ada kopi Kare, kopi Lanang, kopi Kandangan yang terkenal karena di sana terdapat perkebunan kopi. Di Ngebel pun kini ada produk kopi lokal juga.