Malam tiada berbintang, gelap bersemu abu-abu. Sementara sang rembulan terlihat samar dan ragu. Tersembunyi dalam gelapnya langit malam(Aku, rooftop dan kopi sachet: Isti Yogi)
Ayah mengajak bersantai di rooftop sambil ngopi-ngopi. Kopi sachet tak masalah, yang penting syahdu. Hehehe...
Untuk kopi lokal, jarang ada yang sachet sekali seduh. Biasanya sachetan berupa kopi murni dengan berat netto minimal 100 gram.
Meski begitu, kopi murni sachet an ini juga sangat praktis untuk penyuka kopi hitam tanpa gula. Tinggal ambil sesendok, masukkan gelas, dan seduh dengan air mendidih.
Tapi untuk penyuka kopi manis, harus menambahkan gula juga. Sedang kopi buatan pabrik, yang beredar secara nasional, biasanya sudah 2 in 1, bahkan 3 in 1, termasuk gula di dalam nya. Tentunya lebih praktis untuk penggemar kopi variatif yang lebih beragam.
Suami Aku menyukai kopi hitam tanpa gula. Sedang Aku lebih menyukai kopi yang sudah di-mix. Dari kopi susu, capucino, moccacino, duet coconut, apa saja Aku suka mencoba nya. Kopi hitam pun sebenarnya aku tak menolak, tapi jarang mengonsumsi.
Untuk kopi lokal Madiun, ada kopi Kare, kopi Lanang, kopi Kandangan yang terkenal karena di sana terdapat perkebunan kopi. Di Ngebel pun kini ada produk kopi lokal juga.
Jenisnya ada robusta dan arabica. Meski kopi robusta lebih dominan karena sesuai dengan ketinggian tempatnya sekitar 800 mdpl, maka kopi robusta bisa tumbuh lebih baik di daerah Jare dan Kandangan.
Kopi Arabika biasa ditanam di ketinggian di atas 1000 mdpl. Di ketinggian di atas 1000 mdpl itulah kopi Arabika bisa tumbuh dan menghasilkan buah yang optimal.
Ada lagi jenis kopi yang bisa ditanam di daerah dataran rendah di bawah 600 mdpl, yaitu jenis kopi exelsa dan liberika. Dua jenis kopi inilah yang banyak dibudidayakan di daerah rendah
Untuk masyarakat Madiun sendiri, dari pengamatan yang sering Aku lakukan, jarang sekali yang suka kopi Sachetan. Mereka lebih suka membeli biji kopi dan menggoreng (roasting) sendiri dengan racikan sesuai keinginan.
Ada yang menambah kan lamtoro, bahkan beras saat menyangrai kopi. Selanjutnya mereka menumbuk sendiri, menggiling sendiri, maupun membawa kopinya untuk dihaluskan menjadi bubuk kopi di penggilingan kopi yang banyak terdapat di sini.
"Lebih puas dan mantap rasanya" Begitu alasan mereka jika ditanya, kenapa lebih suka mengolah kopi sendiri.
Menikmati kopi adalah soal selera. Penikmat kopi mempunyai alasan sendiri, kenapa memilih kopi yang disukai nya. Tentunya itu hak prerogatif mereka sendiri untuk memanjakan selera.
Begitu pula Aku, yang tetap suka dan bisa menikmati kopi sachet sekali seduh yang rasanya bervariasi.
Yuk simak nikmat nya malam Minggu bersama kopi Sachetan.
Sumber: YouTube @Isti Yogiswandani channel