KS Story
KS Story Petani

Don't forget to smile today🙂!

Selanjutnya

Tutup

Video

Potret Kehidupan Episode 93 Siapapun Berhak Bermimpi

25 April 2024   11:27 Diperbarui: 26 April 2024   17:59 595 0 0

Aku punya mimpi yang belum sedikitpun mampu untuk kuraih. Siapapun berhak bermimpi. Aku memang ingin hidup nyaman tanpa menyusahkan orang tua, tentu juga aku tak ingin memanfaatkan perasaan orang tertentu untuk mewujudkan keinginanku. Aku akan berusaha sendiri dengan segenap kemampuanku, namun bukan dengan cara seperti itu. Aku akan berikhtiarlah pokoknya..., oh kalo ada perasaan-perasaan menyakitkan, itu kuanggap sebagai cambuk positif bagi diriku. Mumpung otak masih fresh, aku harus segera mencari solusi, harus siap berjuang lebih keras. Iya, lebih keras. Karena aku bukan tipe orang yang mao menyerah pada hidup. Hidup harus dikalahkan. 

Suatu malam aku termenung, ingin rasanya menundukkan jiwa dan ragaku memohon petunjuk-Nya, meminta petunjuk langkah apa yang harus kuambil agar aku bisa membuat ayah ibuku bangga. Keesokan harinya, ayah menelponku. Ia akan menengokku. Tapi aku bilang pada ayah. Bahwa aku mao pulang besok, aku akan menceritakan banyak hal tentang kehidupan di kota.

Tinggal di kampung beberapa hari, mampu membuatku tambah bersemangat memikirkan cara untuk hidup lebih nyaman. Sebenarnya aku hendak resign itu, bukan soal gaji. Melainkan, impianku yang sebenarnya bukan ingin menjadi karyawan selamanya. Meskipun demikian, aku berusaha senang menjalani aktivitasku setiap hari di kantor. Tapi kan, tiap kali pulang, rasa sedih kembali menyergapku pelan-pelan. Hidupku hanya bergerak pelan, belum ada kemajuan luar biasa yang bisa diciptakan. 

Kalau sedang tidak ada nasabah, keheningan membawa hikmah bagiku. Aku tercenung. Sanggupkah aku menjalani bisnis kelak yang sebenarnya aku sendiri belum tau bisnis apa yang akan kujalani nantinya, dengan full heart? Dalam keheningan itu, aku teringat kembali doaku pada Allah, agar aku ditunjukkan jalan menuju kesuksesan. Mungkinkah resign ini jalan itu? Tiba-tiba aku merasakan dorongan dari dalam diri untuk resign dari bank. Nekad sudah untuk merasakan bagaimana gaji anjlok, haha. Hari itu, aku resmi menjadi penganguran. Esoknya, aku pulang ke kampung halaman. 

Meski aku telah bertekad terjun secara total mao mulai bisnis yang entah itu bisnis apa, cemoohpun datang sekali tiba. Keuanganku terganggu. Mana, gaji anjlok lagi. Modal ga ada, tabungan dah habis pulak, wkwka. Dalam keadaan bimbang dan cenderung rapuh, air mata membasahi pipiku. Kulirik jam dinding, pukul 2 pagi. Sebelum pagi tiba, aku terjaga dari tidurku yang lelap, aku menyediakan waktu untuk membaca buku kisah orang-orang sukses. Aku mendengarkan kisah mereka lewat kaset, dan kusimpulkan mereka adalah orang-orang yang berani mengambil resiko, tak mudah menyerah, dan tak pernah ambil pusing dengan berbagai bentuk penolakan. 

Dari keheningan aku banyak mendapatkan pelajaran berharga, apalagi pekerjaan di kantor sebelumnya tak jauh-jauh dari dunia bisnis. Rencana bisnisku sebenarnya sudah ada, tapi ga tau harus mulai kapan, ga tau harus mulai dari mana dan akan memulainya dengan siapa. Apapun itu, aku harus terus semangat. Karena tanpa semangat, hidup akan menggilasku. 

Dikampung halaman, aku bertemu dengan seorang teman lama. Cerita punya cerita, ia berpikir bahwa aku pantas ditugaskan di tempatnya bekerja untuk lebih banyak menarik nasabah. Bekerja lagi, bukan masalah besar bagiku. Pengalaman bekerja di bank sebelumnya sungguh memudahkan pekerjaanku untuk yang baru. Sekali lagi, ini bukan masalah gaji, tapi murni aku hanya ingin hijrah dari kota ke desa dan tinggal di kampung. Tak mengapa bisnis belum sempat dimulai, tak mengapa bisnis masih dalam angan. Namun, aku berusaha dengan keras untuk tidak pernah lagi mengeluh dalam menghadapi hidup. 

Siapapun berhak bermimpi, tinggal sekuat apa aku berusaha meraihnya. Meski kadang rasa perih itu sering datang menghampiri. Aku memiliki tekad hidup nyaman dan sejahtera layaknya orang lain. Tak peduli apapun rintangannya. Seperti nasihat ayah, lebih baik mencari solusi di balik masalah, bukan sebaliknya mencari masalah di balik solusi. 

Siapapun berhak bermimpi. Sebelum tidur, aku menyediakan waktu untuk menulis di buku impian. Semua mimpi-mimpiku, kutulis disana. Aku membuat target-target yang harus ku capai; punya mobil yang layak dan rumah sendiri. Ku gunting sebuah gambar mobil idamanku. Dizaman kepala cabang tahun 2004-2005 mobil dinasnya masih Toyota vios, inginku sudah Toyota Camry, xixiixi. Enggak tanggung-tanggung impianku. Ku tempel di buku impian. Begitu juga dengan gambar rumah sederhana. Tak akan kubiarkan orang lain mencuri mimpi-mimpiku. Semua mimpi-mimpi itu kucamkan baik-baik di benakku. Selanjutnya tinggal memikirkan cara bagaimana mimpi itu satu per satu menjadi nyata.

Ditengah malam, bintang gemerlap. Doa dan zikir dipanjatkan, mohon petunjuk jodoh terbaik dan cara terbaik agar dapat mewujudkan mimpiku. Keheningan slelsu membawa hikmah bagiku. Malam itu aku menulis. Dear diary! Jadi teringat dulu saat kerja bank di kota, suatu hari ada seorang laki-laki mapan yang telah lama menjadi nasabahku, datang. Ternyata ia ingin mengambil uang untuk membeli mobil baru. Karena udah kenal baik, maka ku beranikan diri untuk bertanya padanya. "Maaf pak. Aku heran sama bapak, seringkali bapak beli mobil. Kayak beli kacang goreng ajah". Dia tertawa oleh ucapku. "Apa bapak ada bisnis lain selain jadi pegawai negeri?".

Dari mulutnyalah keluar penjelasan yang mencerahkan. "Jangan lupa, KS! Bahwa untuk mencapai itu semua, aku harus mengorbankan waktu istirahatku untuk bekerja lebih keras. Sepulang kantor, aku msih harus bekerja. Bahkan disaat weekend aku masih harus bekerja. Hidup harus berubah. Untuk berubah, aku harus berusaha lebih keras. Aku bekerja dengan teamwork yang kokoh, saling support saat lelah menghampiri. Selain waktu istirahatku berkurang, rintangan lain yang tak kalah menyakitkan datang. Semacam bentuk hinaan dan cacian dari teman-teman kantorku. Namun, semua itu kuhadapi dengan senyuman. Aku yakin benar, untuk meraih kesuksesan itu pada awalnya terasa menyakitkan, namun akhirnya akan sangat membahagiakan. Semua hinaan dan cacian itu kujadikan cambuk untuk terus maju, berlari mengejar mimpiku. Sesibuk apapun aku di bisnisku, aku tak pernah menomorduakan pekerjaan utamaku. Aku sangat menjaga profesiku."  Ucap bapak itu padaku. Ternyata selama ini ia menggeluti bisnis diluar pekerjaan tetapnya. Aku sungguh kagum padanya😊.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3