Kisah PNS Asyik Bertani Di Sebuah Kebun Mini Miliknya, KS Garden Kuansing Namanya. (Kebun Buah Yang Disinari Matahari, Sayuran Yang Berwarna Cerah, Mimpi Yang Dipanen, Keranjang Berlimpah, Usaha Yang Membuahkan Hasil, Akar Yang Bersemangat, Panen Manis, Dari Ladang Ke Meja Makanš )
Pejuang Mimpi Episode 77
Leverage Terhebat Adalah Kepercayaan Diri Sejati
Pernahkah kamu melihat orang yang tiba-tiba berubah perilakunya, lebih tepatnya kepercayaan dirinya ketika kehilangan barang-barang andalannya? Orang tersebut, yang semula sangat percaya diri berbicara atau tampil di depan publik, tapi karena baju atau arloji bermereknya tertinggal dirumah, ia tiba-tiba menjadi orang yang serba salah, kikuk, dan sangat tidak nyaman? Padahal sebelumnya orang lain mengenalnya sebagai pribadi yang selalu tampil prima, penuh percara diri, dan enjoy sekali dengan pembawaan dirinya.
Inilah yang disebut percaya diri karena aksesori atau atribut-atribut tertentu, bukan percaya diri yang tumbuh melekat dari dalam. Inilah rasa percaya diri kondisional, percaya diri beserta syarat tertentu. Artinya, apabila syarat kepercayaan dirinya tidak terpenuhi, sirna pula kepercayaan dirinya.
Pada episode ini secara khusus saya menekankan pentingnya membangun kepercayaan diri yang orisinal, yang ditumbuhkan dari dalam, percaya diri tanpa syarat, atau percaya diri yang sungguh-sungguh mewujud karena penerimaan dan keyakinan yang besar pada diri kita seutuhnya. Mengapa ini penting?
Karena percaya diri inilah yang saya sebut leverage terhebat dalam hidup kita. Sebab, orang yang memiliki kepercayaan diri sejati akan sanggup berkembang dan mewujudkan apapun yang diinginkannya dalam hidup ini.
Pengalaman Pribadi;
Saya selalu bertanya pada diri sendiri. Semacam saya yang bertanya, saya pula yang menjawab ha-ha-ha.
*Soal kepercayaan diri ini, kira-kira modal apa yang bisa saya gunakan untuk memperoleh kesadaran sejati?* Modalnya, saya harus berani menjadi diri sendiri. Syaratnya, saya harus bisa merasa aman untuk tampil seutuhnya diri saya, apa adanya. Itu saja bekal sesungguhnya.
*Bagaimana jika bekalnya itu sendiri yang masih jadi persoalan? Untuk mengatasi ini saya butuh bantuan yang dinamakan WAKTU. Saya perlu menemukan waktu yang tepat untuk membuka diri saya seutuhnya. Itulah sebabnya, ini tidak bisa dilakukan hanya dalam sehari dua hari. Saya butuh waktu yang cukup panjang..., lalu saya akan memberi stimulus dengan testimoni-testimoni langsung dari mereka yang sudah berhasil duluan. Saya akan menunjukkan orang-orang yang akan mengintimidasi kesadaran saya.
Kepercayaan diri ini, terbukti menjadi sukses bagi setiap orang. Karena semua pilarnya ada disana. Ibaratnya anatomi tubuh kita. Kepercayaan diri ini saya ibaratkan backbone atau tulang belakang. Sederhana, menyandar di tubuh tetapi jangan salah disitu ada sumsum tulang, saraf, dan lain sebagainya. Koordinasi otak bisa berantakan kalau ada saraf terjepit di tulang punggung. Ada yang mengatakan bahwa otak kita lebih penting atau hati lebih penting.
Benar, bahwa otak kita, mindset, dan hati atau jantung kita, itu luar biasa perannya. Tetapi, orang sering lupa satu hal, yaitu tulang belakang. Disini saya maksudkan kepercayaan diri. Orang yang punya mindset yang hebat, atau hati yang ikhlas..., tetapi tidak memiliki kepercayaan diri, __tidak akan berbuat banyak, tidak berarti banyak. Orang yang punya hati suci, hati emas, tetapi tidak percaya diri, tidak akan mampu menyampaikan maksud hatinya dengan baik. Ia tidak akan mampu menerjemahkan maksud dan tujuannya dengan baik. Apakah kamu setuja dengan saya?
Saya punya asumsi, mungkin karena terlalu sering disebutkan, kepercayaan diri ini justru dianggap klise. Apakah kata "percaya diri" sudah kehilangan makna dan esensinya? Ya, saya ingat istilah "so what gitu lho!". Bahkan ada filem dan lagunya juga, kan? Saya sedih dengar itu. Sebab, istilah itu menghilangkan kesakralan makna istilah "so what gitu lho!". Sebab"so what gitu lho!" yang diucapkan dari dalam hati yang penuh dengan kesadaran itu, akan menjadi suatu dekralasi bahwa ia sudah menerima dirinya secara utuh.
Oprah Winfrey juga mengatakan begitu, "saya sudah diperkosa, so what? Live must go on, kan?". Nick Vujicic setelah menerima diri apa adanya bahwa dirinya cacat, so what gitu lho?
Terus kenapa? Ada masalah apa? "Tentu ada yang harus saya kerjakan di muka bumi ini!". Disitulah pijakan awalnya, disitulah makna terdalam dari istilah "so what gitu lho!". Pendeknya, kepercayaan diri adalah kata-kata yang sering diucapkan sehingga kehilangan makna dan kehilangan kesaktiannya. Disebut PD saja kadang sudah menghilangkan kesaktiannya. Susahnya, yang disebut PD adalah yang kondisional lagi.
Padahal yang dibicarakan disini kepercayaan diri yang mampu menjadi leverage untuk menjungkitkan diri pada kehidupan kita sesungguhnya atau bahkan menuju puncak pencapaian hidup. Contoh sederhana adalah saya yang dulu nya rambut pendek, tomboy, ga makeup-an, kemudian berubah. Dan saya memperbaiki penampilan saya. Saya mengubah gaya rambut..., belajar lisptik -an,
orang pake lipstik aja pertama pake langsung patah hahahaha. Saya mencoba menggunakan blazer merah jambu, bahkan merah menyala. Kata orang kan ke saya waktu itu, "Orang item ituuw ga pas pake baju meraaah, dendeng balado aja kau...!". Hhaha, saya jawab, saya memang item..., tapi seumur hidup masa sih saya ga bisa pake baju merah? Ah mau dendeng balado kek, dendeng batokok kek, tapi kamu suka kan...? Item, so what gitu lho! Ga harus nunggu putih dulu, saya baru coba pake merah. "Pake aja lagi!". Yang ada, yang ngeledek saya, yang tertawa. Bukannya saya yang menangis. Dibodoamatin aajaah.
Itulah kepercayaan diri saya yang besar. Tidak semua orang berani memakai baju warna merah. Sebab, ada orang yang merasa aman kalau hanya memakai baju putih..., atau hitam saja. Saya sudah berubah banyak. Soal penampilan, tapi kan saya tetap aja masih seperti aslinya. Aslinya yang humoris, serius pada saat yang tepat, dan romantis, kekanak-kanakan ha-ha-ha. "So what gitu lho?". Hanya saja, sudah sefeminim ini xixixi. Aslinya, masih tetap hore tetap happy dan suka-suka. Saya kalau lagi pengen mix match in baju orange saya sama sepatu ijo, ga pa-paa, pake aja. Ga ada yang larang koq. Kalau mau merah jambu aja semua dari atas sampe bawah, juga gapa-apa.
Sesuai momen aja. Mau fesyen formal berarti ke kantor, itupun ada hari-hari saya yang semi formal. Kadang sepatu tenggi, xixixi. Kadang teplek ajah. Kadang boot, kadang sporty. Nyesek saya kadang kalo pake baju kurung tu, sesekali gamisan. Sesekali ya dasteran lah, tapi pas dirumah ajaaa. Sesekali compang-camping, kan ke kebun. Sesekali ke kebun pake fesyen gaya-gaya, itu juga ga pa-paa. Bisa aja kan, abis dari mana. Pokoknya stecu-stecu, stelan cuek. Yang penting pas momennya. "Gue melindungi diri gue dengan..., ya udah gue punya hidup sendiri aja. Yaah, gue ga tau orang lain mo ngomongin apa..., berkomentar apaa..., ya udah..., biar aja orang lain". Citra diri yang berubah terkait erat dengan kepercayaan diri.
Disini saya mau bicara banyak, bahwa kepercayaan diri saya menjadi daya ungkit untuk mengubah hidup saya. Naik karir pun, juga karena kepercayaan diri. Mau berhentipun berkarir dulu, juga karena kepercayaan diri. Saya pernah buka usaha a, b, c dan d, itu karena kepercayaan diri. Bahkan, sampe sekarang saya masih bercocok tanam pun di sini, juga karena kepercayaan diri. Itulah daya ungkit yang luar biasa dari kepercayaan diri.
Saya juga mau menyebutkan adanya leverage terhebat dalam hidup kita. *Apa sebenarnya leverage terhebat itu?* Leverage terhebat itu sebenernya rasa percaya diri kita. Sebab, kepercayaan diri itu merupakan intisari pengembangan diri. Jadi, kalau saya ingin membuat satu perubahan yang dramatis dalam hidup saya, yang harus saya lakukan adalah membangun kepercayaan diri saya.
*Dan bagaimana pula pengembangan diri itu? Bagaimana?* Begini. Saya dulu dari kecil suka berpikir untuk melakukan lompatan dalam hidup saya. Saya SD aja sudah belajar bahasa Inggris pada teman ayah, om Nasrun namanya. Oom itu sering lho, ngajak bule ke rumah, ada Georged dari Amsterdam. Ia suami istri tidur di rumah saya. Ha, berduyun-duyun lah orang kampung ingin bertemu Georged itu. Kemudian ada lagi om Nasrun juga ajak bule dari Jerman kerumah, ia datang pas saya mau berangkat karnaval. Saya SMP waktu itu. Pas saya pakai pakaian Polwan. Ia mengiringi saya sambil bercakap-cakap dengan saya karena ia asik sekali melihat acara itu. Cuaca panas..., mukanya memerah semacam kebakar. Kan ia putih banget nget nget. Cakeeep. Haaa, berebut-rebut pula orang kampung mau foto bersama nya dekat pohon kelapa, wkwka.
Proses pengembangan diri saya ini, nampaknya perlu juga dicatat sebagai sejarah. Pun berkaitan dengan kisah ini pulalah saya SMP tu nilai bahasa Inggris selalu dapat nilai bagus. Saya ingin masuk sekolah favorit di Riau. Namun, dibalik tercapainya itu, tentu saya belajar. Saya membaca lebih banyak dari teman seumur saya yang lain. Karena mau berproses itulah, saya bisa bersekolah disitu. Semua karena kepercayaan diri.
Lalu, kuliah. Jauh. Ga cuquup bawa baju dua stel. Artinya apa? Saya harus siap dengan keputusan saya itu. Saya harus berani jalan sendiri. Saya harus tidak takut bertemu orang baru. Saya tidak boleh rendah diri ketemu anak horangkaya. Saya harus banyak belajar dan membaca agar enggak kikuk ketemu orang pintar. Nah. Seiiring berjalannya waktu, muncul keinginan bahwa saya ingin pandai menggambar teknik. Maka dulu saya pergi kursus autocad, 2d dan 3D, __bukan yang pergi ke toko bangunan. Terus, oh, kayaknya saya harus bisa bongkar pasang komputer, deeh. Maka saya dulu pergi ke tempat les teknisi komputer. Ga ada anak perempuan disitu.
Dan enggak tau kenapa, saya menemukan kesenangan mencopot-copot isi komputer ketika itu, lalu saya ingin berpikir keras memasangnya hahaha. Abis itu, eh koq kayaknya saya harus ngerti accounting juga yaa. Saya pergi kursus MYOB Accounting. Ah, saya ingin pandai buat program inventory, saya pergi ke tempat kursus pemrograman Visual Basic. Ga ada juga perempuan. Ha, pas saya les Microsoft Access dan Power Poin, baru deh ketemu sama cewek-cewek cantik. Jadi ya, banyak tempat saya Les dan Kursus di Jogja tu dulu. Saya pengen lagi bisa ngomong Inggris biar klo baca buku best seller yang banyak bahasa Inggris nya, saya dapat memahaminya dengan mudah. Maka saya pergi Les bahasa Inggris, saya datang ke LIA. Biar apa juga? Ya biar score TOEFLE saya diatas 500. Alhamdulillah diatas itu.
Ohiya, saya baru ingat klo saya dulu juga pernah mengajar di lembaga kursus milik mantan guru STM Pekanbaru, tepatnya di Arengka. Itupun saya dulu sambil kerja bank lho, mengajar MYOB Accounting. Hhmm, ada murid saya, sudah pemain bola terkenal sekarang. Dulu dia ga keren sih, cuma sejak jadi pemain bola terkenal bawaannya udah keren aja menurut saya ahahaha. Etapi saya mengajar itu ga lama. Karena kan, saya resign tu akhirnya dari tempat pekerjaan saya.
Terus kerja lagi, di bank lagi tapi disini. Dikampung. Saya menyiar radio sepulang kerja wkwka. Nah, keliatan kan saya hafal banget lagu-lagu Hits mulai dari lagu kenangan sampai barat sekalipun. Di zaman "Radio Setanggi, 93,4 FM" lagi hits-hitsnya di masa itu, terselip suara saya yang khas membumi sebagai kalimat pembukanya.
Begini kira-kira; "Radio tengah malam..., the sounds before bad time. Bunyi-bunyinya belum tidur masih bareng host kesayangan kamu, KS. Aniway, pas tadi kita lagi live ada yang nanyak cobak. KS..., kalo misalnya nggak dikabarin selama tiga hari itu harus oviti atau sadar diri yaa?". Hehehe. "Okeh, satu tembang buat kamu di malam ini yang lagi galau, KS kirim khusus ya agar kamu tenang. //Ku coba tuk bertahan..., dalam kisah ini.....! Ā Tak bisakah sejenak...., kau jangan pergi...!// Dengerin yaa!".
Next, hari berikutnya; "Kita mulai Radio Setanggi FM malam hari ini, ada Andra And The Backbone Main Hati. Silakan yang mau tidur selamat tidur, yang mau kerja semangat kerja, yang lagi lembur semangat lembur, yang nungguin balasan chat dari dia juga semangat, ya! Semoga aja chatnya segera dibalas. Hahaha".
Hari berikutnya lagi; "Masih nemenin kamu yang lagi capek banget setelah beraktivitas seharian, semoga semua lelahmu hari ini berkah. Berkah buat besok.., dan seterusnya. Dan yang buat lagi shift malam, tentunya semangat juga. Baru aja kamu dengerin lagunya Dewa 19, Aku Milikmu. View Lister setuju ga sih..? Kalo lagu Dewa nya yang ini tu, outro-nya enak banget. Dan gue tadi sempat browsing juga, ternyata lagu ini tuh rilis tahun 1994 lho. Beda 13 tahun aja sama gue hehehe. Okeh baik, kita lanjut lagi ke lagu berikutnya, masih dari Dewa kali ini dengan judul Larut, yang lirik awalnya tu, //Mungkin aku juga pernah merasakan cinta. Tapi tak seindah ini"//.
Ga lama setelah itu, saya diajak nikah, wkwkka. Ya udah, berhenti semuanya. Tapi kadang klo lagi sepi dimalam hari, saya juga sering siaran ecek-ecek kalo lagi dieman. Kayak gini misalnya. ; "Kamu masih dengerin radio tengah malam ga sih? Masih bareng sama KS, lagu berikutnya Republik. Hanya Ingin Kau Tau. Bambang punya rasa yang gede banget buat Mawar. Nah, menurut kamu berdasarkan lagu ini apakah Bambang pengen Mawar jadi kekasihnya? Atau kayak Bambang cuma pengen Mawar tuh tahu, kalo dia punya rasa yang gueedee bangeet yang ada di dalam hatinya. Nah, cobak tuliskan didalam kolom komentar. Apakah Bambang pengen Mawar jadi pacar atau enggak nih? Cuma pengen tahu aja. Dengerin yaa!". Doi ketawa sejadi-jadinya.
Bulan berikutnya, dieman lagi. Ha, saya siaran ecek-ecek lagi. Kayak gini; "Lagu berikutnya yang bakal gue putarin adalah Noah Separuh Aku. Seperti yang udah lo denger intronya. Lagu ini tuh bercerita tentang soulmate ga sih? Belahan jiwa.., karena separuh aku dirimu. Ada penggalan liriknya yang seperti itu. Romeo dan Juliet.., Rama dan Shinta.., mereka tuh emang udah ditakdirkan untuk bersama nggak sih? Kayak emang udah couple dari sananya. Nah, kamu tau nggak? Ternyata..., parfum juga ada yang versi couple -annya lho. Seperti Tanvir-Dear up couple series. Nah, kalo kamu couple-annya siapa? Boleh dong di spill. Tapi kasihan juga ya jomblo. Jadi ga tau mau nge-tag siapa? Yuk, yang jomblo. Pedekate-an, cobain yang lebih rapi dan lebih wangi lagi. Kali aja kesan pertamanya jadi lebih mantap. //Dan terjadi lagi.., kisah lama yang terulang kembali...!// Dengerin yaa!". Doi ketawa lagi sejadi-jadinya.
Pas dieman lagi; "Gue mau ajak lo sedikit mundur ke belakang duluk. Kali aja lupak ama lagu ini. Ini ada lagu dari Vagetoz judulnya Betapa Aku Mencintaimu. Lagu ini tuh rilis tahun 2007 dan pada saat itu gue udah nikah ama doi. Atau baru aja kelar jadi anak baru gede. Nah kalo lo taon 2007 itu ngapain? Betapa Aku Mencintaimu.., dengan sepenuh hatiku..!". Hahaha. Kami ngakak bareng. Sambil minum kopi. Jadi nya ya, ga pernah ada yang diemannya lebih dari satu hari. Cuma itungan jam malah.
Tiba-tiba, doi bawain buku yang aneka ragam masakan. Itu artinya, saya besok harus kursus memasak..., agar bisa membuat semua yang ada di buku ini. Etapi, aku mau kursus menjahit dulu. Yo wes, besoknya saya naik becak menelusuri dimana sebenarnya orang-orang kursus menjahit di kota Rengat. Terus kan kursus menjahit. Kalo make up saya ga pernah mau kursus. Soalnya saya suka yang biasa aja sih ya, natural. Enggak yang pake bulu mata palsu..., cetak alis atau apalah. Ga percaya diri malah kalo itu.
Hari bertambah, kesibukan pun berbeda. Hari-hari hanya bisa nyempetin menulis. Itupun kadang bolong-bolong. Pengen nulis tentang kepercayaan diri. Menurut saya, leverage terhebat tetaplah kepercayaan diri. Sebab, dengan kepercayaan dirilah, orang bisa mengembangkan dirinya. Belajar apa saja. Jadi, ada yang namanya believe, self-confidence, self-esteem, dan self-acceptance. Banyak orang tu lupa bahwa ada satu proses lagi yang kurang mereka perhatikan. Penerimaan diri justru membuahkan self-esteem. Bahasa kepercayaan diri ini memang yang paling mudah dipahami orang. Kalau orang sudah memiliki self-confidence, kepercayaan diri, otomatis produktivitasnya akan naik dan pasti deal with dengan dirinya sendiri. Jadi, jantungnya selalu kepercayaan diri.
Yang saya maksud adalah kepercayaan diri yang sejati, yang orisinil. Kalau boleh saya sampaikan, kepercayaan diri yang ada di dunia ini sifatnya kondisional. Namun orang tidak sadar akan hal itu. Banyak orang merasa percaya diri karena sudah menjadi karyawan perusahaan multinasional atau karena memegang gelar dan posisi tertentu. Tetapi yang lucu lagi, karena rumahnya terletak di belakang rumah Pak Mentri hihihi atau ia kenal dekat dengan Pak Bupati, xixixi.
Misalnya, ia jadi percaya diri banget, dan sering membanggakan orang besar itu bahkan menjual namanya seolah-olah itu beneran saja. Terus kan, begitu mereka sudah tidak diposisi itu, orang dekat tersebut ada yang namanya post-power syndrome. Itu bukti bahwa kepercayaan diri yang dimiliki seseorang itu kondisional.
Contoh lainnya, orang percaya diri saat masih menjadi jenderal. Tetapi begitu purnawirawan kepercayaan dirinya langsung lenyap atau down. Ā Ibu rumah tangga yang dulunya mau bertemu Pak RT, enggak pede kalo ga dandan dulu. Berbenah dulu. Ia pede tapi ada kata if. Ada yang pede ketika ia masih jadi dirjen. Kalau sudah pensiunan? Kepercayaan dirinya hilang seiring habisnya masa jabatan. Jenis kepercayaan diri kondisional ini yang paling dominan di masyarakat.
Dan diddunnya ini, beribu-ribu tahun hingga hari ini, orang mencari kepercayaan dirinya dengan cara-cara yang keliru. Mereka pikir dengan memakai Hugo Boss atau Rolex mereka akan percaya diri. Ketika Rolex tertinggal, bisa jadi ia memilih untuk tidak pergi ke pertemuan. Saya ga mau seperti itu. Dan ini terbukti, saya ga pernah malu klo misalnya tahun 2007 saya ke pasar hanya naik becak. Kepercayaan diri saya segitu aja tuh. Tetap biasa. Tapi ketika 2008, masih naik Tiger kemana-mana sama doi, itu juga gapapa. 2009 awal pake Avanza, saya merasa biasa aja. 2010 pake Hilux, tetap selooww. 2011 pake Camry, juga ga merubah cara bicara saya. Orang tahun 2012 aja saya pake L200 ke pasar ahahaha. 2013 aja pernah bawa colt diesel, efek doi minta tolong bener, lagi ga ada yang disuruh. Tetap tawa saya segitu-gitu aja kalo ketemu orang. 2014 pake Jazz, saya juga ngerasa ga berubah. Pergaulan saya tetap engga memilih. 2015, saya pake R3, bukan kuda, aslinya makan tetap dipinggir jalan. 2017 pake CRV, ga ada yang berubah dari diri saya. Tiba-tiba pake plat merah, saya juga masih ngerasa biasa aja. 2020, saya pake Mazda4x4 doi ke kantor, orang juga ga ngeliat KS orang toko bangunan. 2021 pake Altis, saya tetap makan rujak&lotek. 2023, saya keluar pake Etios, irit sih. Ekonomi lagi sulit. Orang disini ga tercengang mau KS sekalipun bawa bus, tetap ngomongin, " Arteis serba bisa mau lewat huahaha, atau "KS gitu lho, pake apa aja tetap masuk!", candanya. Kadang saya hanya naik motor kemana-mana, dan tidak lupa pula pake kacamata reben. Tetap hore, tetap happy! Ā
So, ini artinya? Saya percaya diri bukan karena kondisi. Percaya diri itu bersifat interpersonal. Percaya diri yang interpersonal itu lebih yakin dan percaya diri karena kemampuan sendiri. Saya begitu yakin dengan apa yang saya kerjakan. Kemaren, saya mencangkul disini, emang saya yang mau. Sebelumnya, saya membuat kue dan kemudian menjualnya hahaha, lha emang saya yang mau. Saya yakin dengan apa yang saya kerjakan. Dan.., saya merasa yakin menyangkut urusan dengan orang lain atau dunia luar. Misalnya, saya tidak merasa takut atau segan ketika diminta bertemu dengan orang yang jabatannya tinggi.
Saya hanya mengingatkan, apakah rasa percaya diri yang kamu miliki itu bersifat hakiki atau kondisional, yang hanya membebani, menghabiskan uang, dan sia-sia? Mau sampai kapan kamu terombang-ambing oleh ketidakpercayaan diri? Berapa banyak uang yang harus disiapkan untuk urusan percaya diri? Kalau percaya diri datangnya dari dalam, kamu akan memiliki kepercayaan diri yang orisinil, pure, dan genuine. Memang, kepercayaan diri yang Tuhan mau adalah yang nonkondisional, yang orisinil. Jadi, kenapa tidak percaya diri? Kita ini istimewa. Banyak sekali yang tidak tahu soal mendasar ini. Orang baru percaya diri "kalau...kalau...". Itulah rasa percaya diri yang bersyarat.
*Pasti keliatan ya, mana percaya diri bersyarat dan mana percaya diri dari dalam?*
Ya, dan saya setuju Dewi Hughes dulunya. Pas ia gemuk, keliatannya percaya diri dari dalam. Ternyata, kok malah enggak. Begitu ia merubah bentuk tubuhnya, saya hanya menyukai ia yang dulu. Cantiknya, di gemuk itu. Begitu, ia kurus sekarang. Saya tidak mendapati dirinya seperti dulu lagi. Melly Goeslaw, saya begitu menyukainya dulu pas zaman kuliah. Bahkan saya mengejarnya pas ia konser di Jogjakarta. Ha, berfoto saya dulu dengannya tu, wkwka. Saya pernah jingkrak-jingkrak begitu ia menyanyikan "Bagaikan langit, di sore hari. Berwarna biru, sebiru hatiku" Ā dan saya meleleh juga ketika ia membawakan lagu "Bunda. Kubuka album biru... Penuh debu dan usang... Kupandangi semua gambar diri.... Kecil, bersih, belum ternoda... Pikirku pun melayang... Dahulu penuh kasih... Teringat semua cerita orang... Tentang riwayatku... Kata mereka..., diriku s'lalu dimanja... Kata mereka..., diriku s'lalu ditimang... Oooh ooh bunda....". Begitu sekarang ia kurus, saya tidak lagi menyukai nya kecuali karya-karyanya terdahulu. Karena ia telah mengubah bentuk tubuhnya, saya merasa tidak mengenalnya lagi. Mahalini. Saya begitu menyukai lagunya Sisa Rasa dan hidungnya yang asli meski agak sedikit bonyok. Tapi sejak ia merubah bentuk hidungnya, meskipun karena sinusitis katanya. Mendadak..., saya tidak menyukainya lagi. Apalagi yang namanya LM, AA. Ga tau tulang hidung udah di jidat, ga punya prestasi pulak. Cuma mau nebeng populer doang liwat RK. "Kasyan deh lo, pelakor!"
*Ah. Kita sudah membahas kepercayaan diri yang bersyarat, kondisional, atau artifisial. Bagaimana dengan kepercayaan yang murni, dari dalam?* Saya juga lihat Andrie Wongso. Ia merupakan contoh tipikal bagaimana orang dengan segala keterbatasannya akhirnya justru mampu tampil, sukses, dan punya nama besar. Semua berkat rasa percaya dirinya yang luar biasa. Kenapa Andrie Wongso seperti itu? Karena ia sudah deal with. Ia mau menerima dirinya seutuhnya sehingga bisa jadi percaya diri banget. Ia sungguh sadar bahwa SD saja tidak tamat. Lalu kenapa kalau SD tidak tamat? Ia masih merasa beruntung dapat belajar bahasa Mandarin selama beberapa tahun. Ini kan soal bagaimana orang menyikapi citra dirinya. Jadi benar, Andrie Wongso merupakan contoh yang sangat kuat dalam hal citra diri positif dan rasa percaya diri yang tinggi. Dan ada lagi sih sebenernya, yang ga bisa saya sebutkan namanya.
Idealnya, kepercayaan diri yang murni itu dari dalam. Orang merasa percaya diri tanpa menggunakan merek-merek tertentu, pakai mobil jenis tertentu, rumah dengan luas tertentu, atau dengan gelar tertentu. Tanpa itu ia bisa percaya diri dalam arti yang sesungguhnya. Percaya diri tidak tergantung pada seberapa tebal dompet seseorang. Lalu dari mana asalnya rasa percaya diri yang murni? Ini berasal dari penerimaan diri atau deal with. Seseorang mampu menerima diri seutuhnya, secara komprehensif sebagaimana adanya, satu paket dalam kekurangan dan kelebihannya. Di titik itulah..., ia akan memiliki citra diri yang sesungguhnya, __seutuhnya. Jadi, kalau orang sudah berdamai dengan diri, deal with dengan dirinya, self-acceptance, citra diri itu akan berubah secara internal.
*Jadi kepercayaan diri yang tak kondisional sesungguhnya justru mempermudah hidup seseorang. Apakah begitu?* Benar. Orang seperti ini akan tetap percaya diri. Penggunaan barang tanpa merek pun bukan masalah lagi. Karena ia sudah memiliki citra diri yang sehat. Orang yang memiliki citra diri yang baik, mau tak mau akan memiliki kepercayaan diri yang kuat. Dampak terhebat dari rasa percaya diri adalah timbulnya keyakinan diri yang kuat dalam berkarya, achievement, meraih sukses, dan lain sebagainya. Itulah cara yang benar dalam meraih kepercayaan diri, yaitu dengan penerimaan diri yang tuntas.
*Seperti apa ciri-ciri orang yang memiliki kepercayaan diri yang inherent atau melekat dalam dirinya?* Kalau bicara ciri-ciri pasti visual, ya? Cara melihatnya begini, orang itu konsisten dalam membawakan diri. Kalau orang yang bertopeng, percaya dirinya artificial, kondisional, biasanya tidak konsisten. Bertemu dengan A gayanya begini, bertemu dengan B gayanya begitu. Pagi bilang A, siang bilang B, sore C, malam D. Orang yang percaya dirinya orisinal, sikap dan penampilannya konsisten dimana pun dan dengan siapa pun ia bergaul.
*Apakah memiliki rasa percaya diri seperti itu seolah-olah memiliki personal magnetism?*
Ya, dan itulah rahasia inner beauty yang sesungguhnya. Jika dikatakan inner beauty- nya tidak keluar, pasti itu karena ia memakai topeng. Apakah kamu pernah mendengar komentar begini? "Kenapa sih orang ini bertingkah seperti ini? Ia tidak perlu bertingkah seperti itu karena ia sudah cantik kuq! Bertingkah seperti itu, cantiknya malah hilang...". Komentar itu muncul karena orang itu memakai topeng. Maka, dalam kontes kecantikan..., itulah yang seharusnya dilatih, cara mengeluarkan inner beauty, __kecantikan yang asli dari dalam. Kalau inner beauty-nya keluar..., juri tidak akan menilai dengan mata, tetapi dari hati. Sebab, ia akan menemukan sesuatu yang lain.
*Apakah orang yang kepercayaan dirinya tinggi memunculkan aura tersendiri, seperti memiliki lingkaran pengaruh?* Ya. Kita bisa merasakan sesuatu yang berbeda ketika berdekatan dengan orang seperti itu. Manusia adalah makhluk yang bervibrasi. Jangankan manusia, semua benda pun bervibrasi. Manusia memiliki vibrasi, frekuensi tersendiri. Itulah sebabnya ada orang yang tidak berdekatan, tetapi bisa melihat. Ini karena telepati-nya bekerja, karena frekuensinya. Jadi, orang yang memiliki rasa percaya diri yang orisinal akan kita rasakan pengaruhnya, keberadaannya. Sungguh mengasyikkan bisa melihat orang seperti ini. Kita merasa nyaman berada di dekat orang yang percaya diri. Sementara, orang yang berpura-pura percaya diri akan sangat kelihatan. Orang ini akan berusaha keras memesona kita, akhirnya sesuatu menjadi tidak konsisten dan tidak stabil.
*Orang yang punya kepercayaan diri biasanya punya pesona tersendiri tanpa melakukan action apa pun. Kadang kita bisa menyetujui, mengakui, atau memakluminya. Benarkah begitu?* Benar, dan itulah yang dirasakan semua orang, yaitu inner beauty, _"dan itu bukan hanya milik perempuan lho! Adakalanya kita melihat orang itu enggak cakep, tetapi charming banget. Ia orang yang nyaman sekali dengan dirinya. Ia tidak peduli omongan orang. Itulah inner beauty.
Kalau inner beauty dibuat-buat, akan keliatan sekali. Dan akan mudah mendeteksi sesuatu yang dibuat-buat di depan umum. Coba kita amati orang-orang yang berbicara di depan umum, akan sangat kelihatan bahwa itu bukan dirinya. Jadi entah kenapa, ketika orang berkesempatan berbicara di depan publik, ada kecenderungan orang tiba-tiba menjadi sosok yang tidak ia kenal. Dan setelah melihat penampilannya sendiri di muka umum melalui video, ia merasa risih. "Lagi ngapain sih saya?, ini siapa sih?". Ha-ha-ha. Ada ya, gitu ya. Pencitraan... Lebay. Dramatis sekaleee.
Saya tidak pernah mengikuti kursus public speaking secara khusus. Tetapi yang saya baca dari begitu banyak buku dan juga hasil pengamatan di lapangan, mereka memang lebih mementingkan hal-hal yang memukau audiens. Membuat audiens terkesima..., dengan pembukaan yang baik, penutupan yang dramatis..., yang peak keatas. Jadi itu semua lebih pada hal-hal teknisnya. Ada juga yang mengajarkan bahasa tubuh. Padahal ketika berbicara di muka umum, bahasa tubuh tidak perlu dipelajari. Saya paling suka mengamati orang, di bandara. Saya mengamati orang yang berjalan dengan percaya diri seolah bandara itu menjadi catwalk mereka. Tetapi begitu mereka kehilangan tiket, baru keliatan aslinya seperti apa ahahaha. Lawak ekspresinya.
*Apakah semua orang tanpa kecuali bisa memiliki kepercayaan diri yang orisinal?* Ya, 100 persen bisa! Kenapa? Selama sekian puluh tahun saya melihat-lihat orang dengan cara yang variatif. Ada junkies, orang-orang terpelajar, dan banyak lagi macamnya. Bicara kepercayaan diri tak ubahnya seperti bicara soal agama. Semua orang membutuhkan agama. Ketika proses beribadah, tidak peduli pengusaha, jenderal, atau presiden. Semua sama di mata Tuhan. Kepercayaan diri sama seperti itu. Kita semua sama di hadapan Tuhan, atau di hadapan Tuhan kita harus membuka topeng, tidak peduli siapa diri kita.
Okeh dear, sekian dulu episode ini. Sampai jumpa di KS Story selanjutnya!
#KSStory Ā #KSMotivasi Ā #KSGarden Ā #KSLifestyle #KSFamily
#onthisday #KisahInspiratif
#PejuangMimpi #Episode77
#LeverageTerhebatAdalah
#KepercayaanDiri Sejati
#Reels #Fbpro #Fyp #Vod