Kisah PNS Asyik Bertani Di Sebuah Kebun Mini Miliknya, KS Garden Kuansing Namanya. (Kebun Buah Yang Disinari Matahari, Sayuran Yang Berwarna Cerah, Mimpi Yang Dipanen, Keranjang Berlimpah, Usaha Yang Membuahkan Hasil, Akar Yang Bersemangat, Panen Manis, Dari Ladang Ke Meja Makanš )
Kuingin Bercerita Episode 1
Belajar Jadi Orang Yang Tegaan
Heeyy, selama ini aku memang suka menyenangkan orang lain, tapi setiap kali aku membela diri karena sering diperlakukan tidak adil, orang-orang/teman-temanku tidak menyukainya. Beberapa dari mereka kemudian mengabaikanku! Serius, apa-apaan ini?
Aku tidak akan minta maaf karena membela diri. Aku sudah berusia 40-an dan sepertinya aku lebih cocok dengan orang yang lebih tua hahaa. Teman-teman seusiaku hampir selalu memanfaatkan kebaikanku, dan ketika aku membela diri, mereka tidak menyukainya. Tapi sekarang aku tetap berpegang teguh pada keyakinanku, demi kebaikanku sendiri. Mereka memang menyakitiku sejak awal..., tapi mereka sepertinya tidak menyadarinya. Cukup self talk. Aku berbicara pada diri sendiri seperti aku berbicara pada sahabat terbaik aku. Semacam...., "Selalu lakukan apa yang menurutmu benar KS! Ini hidupmu, kamu juga perlu mencantumkan kebutuhanmu di sana!". Nah, kek gitu-gitu ajaaah!
Untuk menjadi orang yang lebih tegas, aku hanya perlu memahami bahwa memiliki pendapat dan keinginan sendiri itu sah-sah saja kuq, dan tidak perlu merasa bersalah. Aku bisa fokus pada cara mengkomunikasikan kebutuhan dan batasanku dengan jelas dan lugas..., sambil menjaga emosi dan menunjukkan empati. Kepercayaan diri juga krusial, dan aku yakin dengan pilihan dan keputusanku. Aku mana pernah membiarkan ketakutan akan penolakan menghalangi aku untuk bersikap tegas. Yang aku ingat..., adalah untuk tetap belajar dari setiap pengalaman, mengembangkan kemampuanku..., dan menjaga keseimbangan antara kebutuhanku dan orang lain. Dan yaaa, kadang-kadang, menjadi orang yang tegas bisa memberikan sensasi yang menyegarkan dan membuat hidupkuu lebih berwarna hahaha!
Oh iya. Beberapa tahun terakhir..., sesungguhnya aku sedang bermetamorfosis tak lagi menjadi orang yang ga tegaaan. Alasan perubahan ini adalah, karena aku peeeduliii pada perasaankuuu. Sebenernya sama seperti peduliku dulu pada perasaan orang lain..., tapi sekarang aku lebih memilih mengatakan maksudku kepada orang yang dengannya aku ada urusan. Dengan cara yang baik-baik..., dan memilih waktu yang tepat.
Dulu..., aku lebih dikenal jadi orang yang ga tegaaan. Hehehe. Itu kan, salah satu wujud bahwa hati aku tu berfungsi. Dalam batas normal perasaan tersebut adalah cara aku menghargai orang lain, refleksi dari rasa malu yang merupakan fitrah dari manusia. Namun jika diluar dari batas normal, rasa ga tegaaan itu justru akan mengganggu aku dalam pengambilan keputusan, right?. Karena nyatanya perasaan ini tidak melulu wujud dari kesantunan jika digunakan ditempat yang salah. Buruknya perasaan ini adalah, jika dibiarkan secara berlebihan akan membuka pintu ketidakadilan terhadap diri sendiri. Menggunakan perasaan untuk menghargai orang lain sangat..., sangat-sangat boleh, __tapi jangan sampai merugikan diri sendiri.
Di konten ini aku bakal nulis tentang cerita-cerita kehidupan lagi. KS Story yang bertajuk Kuingin bercerita, akan ada 100 episode lagi, niyyy. Pokoknya, aku akan bercerita banyak hal. Tentang slow living..., lifestyle, bincang-bincang publik, Ā cerita motivasi, semangat berkebun, dan cerita inspiratif. Episode1 ini, Belajar Jadi Orang Yang Tegaaan. Nah, lho! Ini cerita garis keras. Pake ditegasin segala, wkwka. Satu kondisi yang mungkin tanpa sadar kalian mengalaminya. Dan buat kalian yang penasaran baca konten ini sampai habis, ya! Tetap terhubung dengan KS Story!
Now,
Aku menuliskan sebuah manifesto. Manifesto adalah deklarasi tanpa ragu tentang siapa diriku. Manifesto itu adalah diri aku tanpa ragu. Manifesto ini umumnya ditujukan untuk aku, dan mencakup segala hal yang membentuk aku. Aku melupakan dan tidak peduli dengan apa yang mungkin dipikirkan orang lain. Ada banyak sumber daya yang bisa aku gunakan untuk ini, tetapi panduan Alexandra Franzen untuk menulis manifesto yang memukau adalah favorit aku. Kalian dapat menemukan panduannya di sini. Mengetahui apa yang aku perjuangkan, adalah salah satu fondasi terbaik untuk menjadi tegas.
Bagaimana cara KS mengatasi rasa tidak tegaan? Begini;
Aku berani bilang tidak, terutama bila hatiku memang tidak mau. Jujur saja pada diriku sendiri. Aku berhenti selalu ingin menyenangkan semua orang. Toh, tidak sepadan juga apabila itu membuat diri sendiri menderita. Aku berani tidak disukai. Aku berani untuk dibenci. Tidak apa-apa..., dibenci orang lain hanya gara-gara tidak sependapat atau menolak orang lain. Toh, aku ga bisa juga nyenengin semua orang. Aku ga ada mikirin orang lain bakal mikir apa tentang aku, karena seringnya yang aku khawatirkan itu, toh jarang juga kejadian.
Aku tak menggosipkan masalahku kepada orang lain...., aku pula tak menulis masalahku dengan orang lain di media sosial. Sebab..., aku tahu itu tak ada gunanya. Aku juga sedapatnya tak membuat orang lain merasa ga tegaan ketika berurusan denganku. Hhhmm, bagaimana caranya? Ya, bicarakan saja. Misalnya ya, aku dan kamu mau pergi makan bareng. Ya sepakati saja dari sebelumnya, siapa yang akan membayar. Bisa juga justru tak perlu membicarakannya, jika teman pergi makan itu setipe denganku, __yaitu sama-sama mudah saja untuk urusan membayari makan bersama. Kalau aku berniat mentraktir, maka kuusulkan saja baik-baik, tanpa maksud untuk sombong. Kebaikan yang dilakukan sambil sombong, kukira bukanlah kebaikan.
Dalam hidup, persoalan tetap ada saja, Sodara-Sodara. Ketika aku sudah bertransformasi menjadi orang yang merdeka mengambil keputusan atas urusan yang terhampar di hadapanku, kadang-kadang ada saja yang mengira aku melakukannya karena ga tegaan. Dulu iyaa, tapi sudah bertahun-tahun terakhir ini tidak lagi kuq. Dan dalam beberapa situasi, aku tak tahu bagaimana cara menjelaskannya bahwa aku bukan lagi seorang lemah yang memutuskan sesuatu karena ga tegaan pada orang lain. Aku bisa kuq..., berkata tidak, __kalau itu bertentangan dengan kata hati atau berisiko meruntuhkan integritasku. Berikan saja aku situasinya di mana jawabanku adalah "tidak", dan itu kuucapkan lugas tak pakai mutar-mutar.
Aku berhenti menjadi orang yang tidak tegaaan. Dengan cara yang bagaimana...? Ya, kukatakan saja dengan bahasa yang baik dan penuh hormat. "Tolong, helmnya jangan tarok di atas mobil saya ya hahaha. Enak aja lu". Haa. Ini kukatakan kepada teman yang tak sengaja bertemu di parkiran swalayan. Aku mau menegur sebenarnya tidak tega jugaaa haha, tapi dalam diriku sendiri ada perang batin ga jelas ternyata, wkwka. Nah, makanya aku tegur saja.
Pada saat itu, aah aku mungkin tidak berpikir dua kali. Aku hanya belajar untuk bersikap tegas. Keputusan yang aku buat tidak didasarkan pada rasa takut dan keinginan untuk menyenangkan orang lain, tapi untuk menyenangkan diri aku sendiri. Aku tak kan lagi mempertaruhkan banyak hal pada diriku sendiri demi orang lain.
Karena apaa?
Ya, karena dulu aku pernah takut bersikap tegas. Aku pikir, aku akan mengasingkan orang, menjauhi orang..., dan aku pikir orang-orang hanya akan menganggap aku menyebalkan. Ternyata, aku telah menghabiskan sebagian besar hidupku untuk menyenangkan orang lain. Meskipun aku berpakaian dengan warna-warna cerah dan berani (yang tidak pernah serasi), memiliki bahasa yang penuh warna, dan suka berpikir di luar kotak, aku kadang takut menyinggung atau bersikap kasar kepada orang lain, dan dihakimi.
Dan di situlah letak masalahnya. Ketika aku takut bersikap tegas dan sibuk menyenangkan orang lain, aku melihat hasilnya berdasarkan persepsi orang lain, __alih-alih memikirkan dampaknya terhadap aku. Dan menjadi orang yang selalu menyenangkan orang lain itu melelahkan, ternyata. Namun, hal-hal yang bahkan tidak aku pertimbangkan justru itulah yang paling merusak. Ketika aku sibuk menyenangkan orang lain, aku mengatakan pada diriku sendiri bahwa aku kurang penting, dan kebutuhan aku kurang penting.
Aku dah capek jadi orang tidak tegaan. Aku juga dah capeeek banget jadi orang yang ga tegaan. Aku tak mendasari perilakuku dengan apa yang orang lain butuhkan dan harapkan. Aku bahkan tak kan menghabiskan energi aku hanya untuk membuat orang lain menyukaiku. Kayak semacam..., "Sebenernya aku gak bisa, tapi gak enak sama dia kalo aku nolak," "Padahal kerjaanku juga belum kelar, tapi takut ntar dia kecewa kalo aku gak bantu." Nah, kira-kira seperti ini pergolakan batin aku dulu saat masih people pleaser saat ada orang lain yang meminta bantuan. KS tidak sedang berbicara tentang people pleaser lagi. Ini tentang tega atau tidak tega.
Tegaan dan tidak tega, ini itu bukan di kecerdasan intelek...., __melainkan di kecerdasan emosional. Jadi agak sulit juga sih sebenernya merubahnya dengan seketika. Pengalaman pribadi ya, aku butuh terapi penindasan baru untuk aku bisa merubahnya, __yaitu membiarkan diriku tertindas berkali-kali yang telah membuat aku lelah.
Barulah EQ aku akan merubahnya, dan orang biasanya menyebutnya balas dendam. Hh, padahal tidak. Kalo balas dendam itu kan, aku melakukan hanya kepada orang yang selama ini aku anggap jahat kepada aku. tetapi tidak seperti itu..., aku akan menjadi tidak perduli lagi kepada siapapun kecuali kepada diriku sendiri. Inilah yang di sebut perubahan dalam diri. Sayang ya EQ itu tidak seperti IQ (kecerdasan intelektual). EQ itu...., harus melalui proses. Sedangkan IQ...., ___tidak.
So, apa yang harus KS lakukan agar berhenti bersikap tidak tegaan? Aku mau share tentang bagaimana aku berhenti bersikap tidak tegaan ini. Simak yaaa!
Sesekali jadi orang yang tegaan boleh kalee. Sesekali menjadi tegaan dapat membawa manfaat. Akhir-akhir ini, aku menemukan arti seimbang antara kebaikan dan ketegasan dalam hidup. Aku menyadari, ada resiko jika membiarkan diriku jadi orang yang ga tegaan. Akhirnya, ya aku belajar juga jadi orang tega ahhaha. Biar sama kayak orang-orang. Karena klo aku ga tegaaan terooos, aku akan jadi keset kaki semua orang. Ya pasti aku ga mau lah..., Lakukan saja apa yang aku inginkan dalam hidup. Aku harus menjalani hidupku sesuai keinginanku. Jujur saja pada diri sendiri. Bahwa sebenarnya, template hidupku sangat berbeda dengan orang lain, dan mungkin cara aku melihat dunia bisa memberikan perspektif yang berguna.
Diperlukan kontrol yang baik untuk tetap bisa menyaring untuk siapa dan apa yang bisa aku simpati. Misalnya aku tidak tega ada meminta bantuan di sekitarku, ya aku coba lakukan solusi untuk mereka. Lalu aku pada waktu yang sama bisa saja punya kendala karena aku bukan siapa-siapa. Maka jadilah siapapun itu yang bisa membuatku campur tangan untuk menyelesaikan masalahnya. Semacam..., "Sekian dari aku, hanya itu cara yang terpikirkan olehku!". Dan pengakuan dari temanku bahwa cara-cara tersebut katanya cukup bagus tapi terlalu idealis. Hehehe.
Lagian memang kenapa klo bilang apa adanya? Dari pada aku bilang gini. "Oh iya, maaf nanti aku bantu yaa!". Lha nanti jadi kepikiran. Mending pake ditegasin. "Aku belum sempat bantu kamu nih. Nggak dulu deeh...!". Terus kan, ada ajakan teman nih yang padahal ga penting-penting amat. "Hhhm, aku harus ikut yaa?". Coret kalimat itu. Langsung saja, " Maaf banget, aku lagi ga ada energi buat pergi." Atau tidak perlu ada kalimat ini , "Oke, nanti aku bakal temenin kamu yaa!". Ga perlu basa-basi. "Maaf banget, aku lagi nggak ada uang dan kesulitan untuk menemanin kamu pergi kesana kemari. Aku capek dan pengen banget dimengertiin saat ini". Gitu aja keren kali yaaa hahahaa.
Aku ya gitu, kadang self talk pada diri sendiri semacam berbicara pada sahabat terbaik aku. "Kenapa harus ga tegaan, KS...? Kenapa kamu ga belajar jadi orang yang tegaan? Toh, ketika kamu susah, siapa yang membantu kamu? Ketika kamu terpuruk dan harus bangkit, siapa yang memaksa kamu untuk bangkit? Orang lain...? Bukan, KS. Bukan. Jawabannya hanya diri kamu sendiri. Jadi dari sekarang, kamu latihan untuk MENEMPATKAN PRIORITAS. Tempatkan dan prioritaskan diri kamu sendiri dulu, baru orang lain. Jika kamu merasa diri kamu masih sanggup mengatakan YA, maka kamu dengan ikhlas, __bantu orang tersebut. Jika kamu merasa diri sedang tidak bisa, lelah..., tidak mampu..., maka cukup katakan TIDAK dengan bahasa sopan dan halus, __serta penjelasan yang baik dan lugas.
Dengan mengatakan TIDAK..., maka orang lain dapat menilai aku pribadi adalah orang yang punya pendirian. Justru orang akan menghargai aku. Terlalu sering mengatakan YA at every things, akan membuat aku dinilai lembek dan mudah dimanfaatkan. Belum lagi gejolak di dalam hati, sebenarnya ingin marah..., dendam..., dan sedih. Lalu pertanyaan aku, siapa yang akan menanggung banyak kelelahan dengan gejolak pikiran yang tidak rasional dan overthinkingku ini?
Aku yang dulu bukanlah yang sekarang. Dulu mungkin saja , aku people pleaser. Tapi kalau aku yang sekarang, aku tidak mau sih. Aku lebih ingin menyimpan energi dan vibes positif agar supaya diriku bisa memproduksi hal-hal yang lebih bermanfaat ketimbang buang-buang waktu mentoksikasi hati pikiran dengan rasa gejolak "tidak tegaaan".
Tahukah kamu?
Dalam big 5 personality trait, ada trait yang namanya "Agreeableness". Aku orang yang skornya tinggi disini, aku sangat tidak menyukai konflik dari pada beresiko membawa konflik/pertikaian. Kadang, aku lebih memilih untuk diam saja atau setuju dengan lawan. Tapi pada satu waktu, skorku terlalu tinggi maka pada waktu itu aku bisa dianggap sebagai "yes woman". Lalu disini, aku mendeskripsikan "gak tegaan". Bisa saja "gak tegaan", ini memang akibat dari "Agreeableness" nya aku.
Yang namanya orang yes woman kan, mudah sekali dimanfaatkan apalagi kalau lawannya tahu kalau aku tidak bakal berkata tidak. Aku tentu akan mudah sekali dimanfaatkan, apalagi kalau orang tahu aku tidak melawan. Seandainya aku sudah sampai ke tahap "tega", berarti dalam lubuk pikiran dan hati aku tu memang sudah mencapai batas limit ahaha. Begini inilah solusinya. Aku kan pernah tu menjadi orang yang ga tegaaan, jadi "yes woman" yang ga berani berkata tidak. Tetapi disuatu waktu tertentu, aku mendadak mengambil potensi konflik dengan nyeletuk "woi yang sebelumnya lu bisa seenaknya deweh, but now, ga bisa lagiii wooyyy, ga bisa!". Ā
Begini inilah caraku memperbaiki sifat tidak tegas dan plinplan. Halooo!!! Pas banget nih tema ini. Aku juga kebetulan banget punya sifat ini duluu banget. Dan untungnya lewat beberapa pertemuan dan fated meeting ya, aku jadi tegas gas gas. Sedikit backstory, bahwa aku ini dulu seorang nerd yang dikira orang ga pandai begaul, wkwka. Padahal ya, Ā orang-orang itu aja yang ga bisa ngeliat aku sebagai seorang leader yang tegas garis keras. Aku kan, emang ga gampang terombang-ambing dan konsisten sama pendirianku. Bukan, yang orang kritik dikit langsung krisis eksistensial hahahaha. Itu dia, bukan KS namanya.
Aku memikirkan tentang belajar jadi orang yang tegaan ini baik-baik. Kalau aku tidak berkata tidak, dan terus mengiyakan orang lain yang ga bakal tidak tahu diri, selama aku tidak menolak, __orang tersebut bakal terus datang dan mengkontak aku. Namun yang bisa menimbang-nimbang itu ya aku sendiri, apakah ini teman aku yang memanfaatkan aku atau kerabat aku yang ingin memanfaatkan aku terus...? Semua tergantung aku. Apakah hanya aku sendiri yang ingin menjaga pertemanan? Apa karena teman itu susah untuk didapatkan? Atau apakah hanya aku sendiri yang hanya ingin berkerabat dengannya? Apa karena kerabat itu susah untuk dijauhkan? "Ga tegaan" nya aku ini gara-gara apa? Gara-gara teman/kerabat ga mau timbal balik..., atau karena aku yang memang masih butuh bantuannya.
Aku ada kenalan juga yang yes woman terus..., dimintai keluarga iparnya terus-terusan. Bahkan sampai tua uangnya ga pernah balik, baru akhirnya stop kontak setelah cerai dengan suaminya. Dan akhirnya, baru bisa menolak karena sudah bukan keluarga lagi. Selama dia tidak berkata tidak, ada resiko kejadian itu bakal terjadi seumur hidup. Atau sampai dia pergi atau dighosting. Rasa "tegaan" itu ga mungkin muncul tanpa sebab, apalagi kalau kejadiannya sampai berkali-kali. Otak manusia walaupun sebodoh-bodohnya bisa mengkalkulasi sedikit mengenai hubungan timbal balik sehari-hari. Ya kan...?
Sekarang..., aku tak lagi berusaha untuk menyenangkan orang sekitarku. Aku tak lagi sedang berusaha agar selalu dicintai dan disukai semua orang. Yang benci biarlah benci, toh yang suka tetap suka. Aku tak lagi ingin berusaha agar orang menganggap aku berprilaku baik. Karena apa? Jika aku selalu berusaha untuk menyenangkan orang sekitarku, tak jarang, akhirnya aku tidak dapat menjadi diri sendiri. Dan ini dapat membuat aku juga tidak dapat menolak permintaan orang sekitar. Aku bukan Peoplepleaser lagi, yang dapat dikatakan dimana aku sering merasa tidak tegaan, dimana aku akan meletakkan kepentingan orang lain di atas kepentingan aku sendiri. Oh, tidak. Aku hanya berusaha untuk menyenangkan orang-orang di sekitarku dengan bersyarat, __mereka berkontribusi atas bahagiaku. Egois? Oh iyaa, jelasss.
Aku memang harus berani bersikap egois, di keadaan tertentu. Tak peduli seberapa banyak dari kalian yang berpikir bahwa egois aku itu, adalah buruk. "Ya, itu memang benar". Tapi menurut aku yah, sedikit egois untuk diri sendiri atau sebagian kelompok itu mungkin baik. Sebagai contoh ya..., seperti saat ada kelompok yang ingin mengambil keputusan secara mayoritas tanpa mementingkan atau bahkan tidak mementingkan sama sekali hak dari kaum minoritas. Nah, disini kaum minoritas boleh egois dalam mementingkan hak-hak mereka, mungkin akan sedikit chaos tapi itu lebih baik.
Aku tau, mungkin kalian akan lebih memilih ngalah karna tidak tegaan pada orang-orang sekitar kalian. But first, think about yourself! Aku yakin kalian tidak nyaman juga dengan situasi tersebut, kan? Maka berani egoislah untuk dirimu sendiri, it's better for you. Learn to say "NO" to any offer which doesn't relate with your doing.
Pegang prinsip sederhana ini saja! Orang yang tidak memiliki kepribadian decisive/tegas saat membuat keputusannya sendiri, dia cenderung mudah meng-iyakan ajakan orang lain tanpa mempetimbangkan matang-matang. Save your future first and be contributor to other people. Kamu bisa jawab ke orang-orang yang suka ajak kamu yang sebenarnya unfaedah. "Maaf lain kali saja, aku ada keperluan lain". Tegas saja untuk diri sendiri!
Dan orang-orang tahu kuq, pendirian aku. Aku klo usaha keukeh sesuatu itu, ya itulah aku. Ketika aku mengiyakan sesuatu, teman-teman dan keluarga aku tahu aku serius, alih-alih menurutiku demi mempermudah hidup. Begitu pula dengan mengatakan tidak. Namun lucunya, menjadi tegas tidak membuatku jadi menyebalkan. Malah, aku merasa punya lebih banyak kendali atas hidupku, yang membuatku lebih bahagia. Dengan mempertahankan pendirianku, aku merasa orang-orang semakin menghormati aku dan kepercayaan diriku pun tumbuh.
Inilah cara aku berhenti menjadi seorang yang tidak tegaan. Cara menghentikan adalah dengan menemukan beberapa pengalaman yang tidak menyenangkan dan membuatku sedih. Tidak ada yang bisa menyarankan aku berhenti berbuat baik. Yang dapat menghentikan adalah diriku sendiri. Ikhlas adalah jalan terbaik memaafkan perbuatan keliru. Teruskan saja. Dan hentikan jika aku sudah lelah. Aku memahami kebutuhan moralku, orang lain hanya menilai yang mereka ketahui.
Aku belajar pelan-pelan tentang "Put yourself first". Sebenarnya teorinya simpel tapi praktiknya aja yang sulit. Ini skema ala-ala yang aku buat sendiri. Transisi yang sulit, dari seseorang yang khawatir dihakimi atas keputusan yang dibuatnya, menjadi seseorang yang menghadapi dunia dengan kebaikan yang sama, tetapi dengan cara yang lebih kasar, hh. Begitulah, dari aku yang pernah mengalaminya. Ada banyak hal yang bisa aku lakukan untuk membuatku sedikit lebih mudah dalam melanjutkan perjalanan ini.
Pada akhirnya,
Ada angan dalam pemandangan, maka jika kau hanya menjejak kaki dirumah dan takut menelusuri jalan panjang, __tak kan pernah kau temukan pemandangan. Hidup dan riuhmu hanya secangkir angan
#KSStory #KSMotivasi #KSGarden
#KSLifestyle #Berkebun
#KuinginBercerita #Episode1
#BelajarJadiOrangYangTegaan