Sepertiga malam terkulai dalam gulita,
Langit menangis di dinding-dinding doa.
Sepucuk suratmu tiba tanpa suara,
Kubaca perlahan, bergetar seluruh jiwa.
Kutulis namamu di hela nafas tasbih,
Di antara sunyi dan sujud yang setia.
Bukan rindu dunia yang ingin kupilih,
Melainkan cahaya Tuhan di setiap kata.
Di setiap bait tercium wangi sajadah,
Air mata luruh memeluk iman.
Cinta dan doa menyatu pasrah,
Menjadi jalan panjang sebuah keteguhan.
Ku usap air mata di sajadah yang renta,
Bersama ayat-ayat yang kian menguat.
Kupercaya perjuanganmu tak sia-sia,
Meski iman diuji hingga nyaris runtuh dan retak.
Langkahku tertatih menjemput ridha,
Dalam penantian yang panjang dan perih.
Kusebut namamu lewat bahasa langit-Nya,
Agar Tuhan hadirkan sabar di setiap letih.
Sepucuk surat, doa, dan kesetiaan,
Bertemu di batas takdir Ilahi.
Hingga nafas pulang pada ketentuan,
Dalam peluk kasih Yang Maha Mengasihi.
Jika lelah menjelma bara di dada,
Beristirahatlah bersama tanah dan udara.
Menyapalah pada Tuhan lewat doa,
Sebab cinta sejati lahir dari iman dan sabar.