Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan
"Kami tertarik mengunjungi Sam Poo Kong, selain karena arsitek bangunannya yang menarik, didominasi dengan warna merah, juga karena ada nilai sejarahnya. Bagaimana Laksamana Cheng Ho bisa berlabuh di Jawa dan tiba di daerah Simongan ini" ujar salah satu pengunjung saat membeli tiket masuk reguler sebesar 8 ribu.
Awalnya, Jay melihat dan mengelilingi semua klenteng yang ada di komplek Sam Poo Kong. Klenteng Dewa Bumi, Klenteng Juru Mudi, Klenteng Sam Po Tay Djien dan Klenteng Kyai Jangkar. Bahkan, sempat mendekati tempat souvenir pernak-pernik khas China dan pakaian tradisional China.
Berbagai informasi yang terpahat di bawah patung Cheng Ho (Ma San Bao), dia baca dan di video ia berusaha menjelaskan tentang siapa sebenarnya Laksama Cheng Ho atau Zheng He yang lahir pada tahun 1371. Ia melakukan 7 kali pelayaran (1404-1433) di berbagai tempat di Asia dan Afrika.
"Sam Poo, nama lain dari Cheng Ho yang berasal dari propinsi Yunan, China. Nama Cheng ada kaitannya dengan Kaisar Cheng Qinhua, Kaisar ke 8 dari dinasti Ming, Ia seorang pelaut dan penjelajah asal Tiongkok yang berlayar ke Asia Tenggara hingga Indonesia" ungkap Jay mencoba menerangkan sosok Cheng Ho di hadapan saya.
Turis China ini juga menerangkan simbol-simbol dari patung-patung yang ada di komplek Klenteng Sam Poo Kong.
"Kaki Singa yang mencengkeram bola, itu lambang bahwa segala sesuatu yang ada di bumi ini harus ditaklukkan (dikuasai). Singa yang mengaum, dengan memperlihatkan taring tajamnya adalah lambang keberaniannya menghadapi segala rintangan. Sedangkan, kaki yang kuat lambang semua usaha harus ditopang dengan kekuatan" lanjutnya.
Cerita dan kesan dari Mister Jay ini memberikan wawasan baru tentang kota Semarang, kota kelahiran saya. Karena terlalu asyik bercerita, panasnya cuaca Semarang tak terasa menyengat di badan. Namun, tetap saja tenggorokan saya terasa kering dan minta dibasahi sebagai tanda kehausan.