Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1
Dalam sejarah perkembangan Bangsa Indonesia, nama Airlangga merupakan nama yang sangat besar dan harum. Beliau adalah seorang raja Kahuripan (Kediri) yang pernah berjaya di masanya.
Ada banyak peninggalan berharga dari raja yang namanya diabadikan menjadi salah satu universitas ternama di Indonesia itu, salah satu di antaranya berupa batu tulis atau prasasti yang berhasil ditemukan di kawasan Dusun Klagen, Desa Tropodo, Kecamatan Krian-Sidoarjo, Jawa Timur.
Batu Prasasti Airlangga berupa lempengan batu andesit berukuran cukup besar dan di bagian depannya bertuliskan huruf Jawa kuno ( Sansekerta).
Sebagai orang awam kemampuan saya memahami huruf Jawa kuno merupakan kendala tersendiri namun berdasarkan informasi yang pernah digali oleh arkeolog Belanda (Nj Kroom) disebutkan bahwa kala itu Airlangga membangun waduk untuk membebaskan warga dan daerah sekitarnya dari banjir atau meluapnya Sungai Brantas di Jawa Timur. Selain itu sang raja juga membebaskan wilayah sekitarnya dari pajak.
Di bawah bangunan pelindung (payon) batu prasasti Airlangga juga kita temukan batu andesit tegak berukuran lebih kecil. Berdasarkan cerita turun-temurun warga setempat, batu berukuran lebih kecil tadi bisa tumbuh. Itu terlihat dari ukurannya yang semakin memanjang dari masa ke masa.
Menurut keterangan seorang warga asli Dusun Klagen yang rumahnya berada di dekat lokasi situs, batu itu dulunya seukuran ulegan cobek (segenggam tangan orang dewasa). Namun aneh bin ajaib, hingga kini batu itu tingginya mencapai setengah meter lebih.
Catatan terkait :