Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1
Kira-kira seratus meter dari kompleks pusara Kanjeng Sepuh Sidayu bisa Anda temukan sisa (reruntuhan) bangunan masjid yang dulu menjadi tempat beribadah (bersujud) atau biasa disebut Pesujudan Kanjeng Sepuh Sidayu Gresik.
Terlihat dengan jelas bahwa kala itu bangunan masjid didirikan tanpa menggunakan perekat semen. Benar-benar sebuah bangunan masjid yang didirikan tanpa campur tangan penguasa kala itu.
Hanya susunan batu bata merah yang direkatkan dengan adonan pasir dicampur kapur atau gamping. Besi beton (beton eser) yang biasa digunakan sebagai tulang atau kerangka bangunan terlihat berukuran kecil bak kawat biasa.
Semen atau besi beton kala itu merupakan barang yang sangat langka dan mahal atau bahkan belum diproduksi secara besar-besaran oleh rezim kolonial Belanda kala itu.