Opa Jappy Official
Opa Jappy Official Jurnalis

Pegiat Literasi Publik, Pro Life Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Video

Percepat Pembangunan Jaringan Pipa Gas Rumah Tangga

6 Februari 2025   16:20 Diperbarui: 6 Februari 2025   16:20 66 0 0


Percepat Pembangunan Pipa Gas Rumah Tangga 

Sekitaran Pasca Sarjana UI, Depok Jawa Barat |  Sumber Badan Pusat Statistik atau BPS menunjukkan bahwa pada Tahun, jumlah "Rumah" Rumah Tangga di Indonesia mendekati 100 Juta. Ini juga bermakna peningkatan signifikan dari Tahun 2020, yang mencapai sekitar 75 juta. 

Sebarannya terkonsentrasi di Metropolitan,  Kota, Kecamacamatan, Kelurahan; sekitar 50% di Desa, Dusun, dan jauh dari pusat kegiatan ekonomi, pendidikan, pemerintahan. Sayangnya, tak ada tentang Jumlah Kepala Keluarga (dan Keluarga) yang memiliki rumah sendiri dan mandiri secara ekonomi, keuangan, pengambilan keputusan, sosial, psikologis, dan lain sebagainya. 

Apalagi, Data dari Badan Pusat Statistik 2023, bahwa lebih dari sepertiga penduduk Indonesia, tepatnya 36,85% Keluarga tinggal rumah yang tidak layak huni; dalam artian, 36 hingga 37 dari setiap 100 Rumah Tangga hidup dalam kondisi yang jauh dari layak. Termasuk ruang gerak per orang yang di bawah standar (Standar Nasional, 9 M persegi; Standar Internasional, 12 M persegi). 

Dari angka tersebut, bisa juga bermakna bahwa dari 200 Juta lebih penduduk Indonesia, tak semuanya memiliki rumah sendiri. Dalam artian di/pada satu rumah, dihuni oleh 1, 2, atau lebih keluarga; atau rumah besar dengan sejumlah Kepala Keluarga (+ isteri, anak) di dalamnya. 

Walaupun data (di atas), tidak mencakup seluruh Rumah Tangga dan Rumah untuk masing-masing Keluarga Indonesia, terutama yang tinggal di daerah terpencil atau tidak terdaftar secara resmi, tapi dapat digunakan sebagai acuan dalam perencanaan pembangunan dan kebijakan publik. Termasuk, pemenuhan kebutuhan dasar setiap Rumah, Keluarga, Rumah Tangga Rakyat Indonesia. 

Pada perkembangan kekinian, "kebutuhan wajib" setiap Rumah Tangga (mandiri dan bersama), tak hanya berkisar sembako, air, listrik, pendidikan, dan layanan kesehatan. Namun, juga jaringan internet dan gas untuk rumah tangga. Kebutuhan Jaringan Internet, mulai tertasi dengan adanya Menara BTS. 

Tapi, bagaimana dengan pemenuhan kebutuhan gas (sebagai bahan bakar dan pengganti BBM)? Ini yang sering menjadi problem. Padahal, Indonesia adalah salah satu sumber dan produsen gas terbesar di Dunia. Tapi, Indonesia adalah "Negara Terminim" jaringan gas untuk Rumah Tanggaa. 

Bayangkan, hinggga 2024, Pemerintah "baru" menargetkan 2,5 juta sambungan jaringan gas rumah tangga. Lalu, kapan bisa memenuhi ketersediaan jaringan pipa gas untuk sekitar 100 Juta rumah di Indonesia. 

Padahal, jaringan pipa gas sekaligus bisa sebagai peningkatkan akses energi bersih dan murah untuk masyarakat. Bahkan, penggunaan jaringan pipa gas rumah tangga, sangat berdampak positif, antara lain,

  • mengurangi beban subsidi Bahan Bakar Minyak dan Liquefied Petroleum Gas; rata-rata mencapai sekitar Rp 125 T per tahun
  • penggunaan energi yang lebih bersih dan ekonomis
  • mendukung kemandirian energi Nasional
  • tak ada lagi "gas langka, gas hilang, ngantri gas"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2