Opa Jappy Official
Opa Jappy Official Jurnalis

Pegiat Literasi Publik, Pro Life Indonesia, Digital Journalism, Pengelola Jakarta News dan Ruang Biblika Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Video

Silent Night Sepanjang Masa

21 Desember 2025   11:14 Diperbarui: 21 Desember 2025   18:55 68 2 1

Silent | Opa Jappy 
Silent | Opa Jappy 

Silent Sepanjang Masa 

Di sudut ini, mereka mengenal nada-nada Malam Kudus dan Silent Night, tapi hanya di situ.

Mereka hanya tahu, sesaat lagi, "Banyak Orang Tiba"
Tak sedikit yang mereka kenal; namun banyak yang sudah akrab. Akrab karena selalu hadir ketika mereka tak berdaya.

Di sudut itu, Silent Night tak hanya sekitar 25 Desember, melainkan sepanjang waktu.
Mereka selalu dalam Kesunyian Malam yang tanpa batas; tanpa batas berharap dalam pengharapan


Pengharapan bisa beranjak dari Sudut Itu menuju Tanah Impian, Rumah Keadilan untuk Semua

(Opa Jappy)

https://video.kompasiana.com/opajappypellokila8327/69476388c925c4672730a6f2/3-versi-silent-night




Membedah Kesunyian Sistemik

Narasi besar perayaan hari keagamaan, sering kali terjadi romantisasi terhadap kemiskinan yang justru melanggengkan marginalisasi. Puisi Opa Jappy hadir sebagai dekonstruksi terhadap kenyamanan tersebut.

Melalui pendekatan kritik sosial, puisi ini dapat sebagai gugatan terhadap struktur masyarakat yang memelihara ketimpangan di balik topeng filantropi.

Komodifikasi Simbol dan Keterasingan Sosial

Puisi ini dibuka dengan penggambaran "nada-nada Malam Kudus" yang hanya dikenal di permukaan. Secara sosiologis,  menunjukkan adanya keterasingan (alienasi). Simbol-simbol kebahagiaan Natal telah menjadi komoditas budaya yang hanya bisa dikonsumsi secara utuh oleh kelas menengah ke atas. Pada kaum di "sudut" itu, Agama dan Perayaannya sering hadir hanya sebagai estetika pendengaran, bukan kekuatan transformatif yang mengubah nasib ekonomi mereka.

Performative Charity (Kedermawanan Performatif)

Mereka akrab dengan orang-orang yang hadir hanya saat "tak berdaya" menyentuh fenomena filantropi musiman. Dalam sosiologi, bisa dilihat sebagai tindakan yang menjaga status quo.

Bantuan yang datang hanya menjelang 25 Desember sering  bersifat karitatif (pemberian langsung) yang menempatkan kaum marginal sebagai objek pasif. Kehadiran para penderma,  cenderung bersifat performatif; mereka hadir untuk memvalidasi moralitas diri sendiri, namun membiarkan struktur kemiskinan tetap utuh. Akibatnya, hubungan yang terbangun adalah interaksi ketergantungan, bukan pemberdayaan.

"Silent Night" sebagai Eksklusi Sosial Permanen

Reinterpretasi Silent Night oleh Opa Jappy menjadi "kesunyian sepanjang waktu" merujuk pada konsep eksklusi sosial. Kesunyian tanpa batas adalah simbol  absennya suara kaum marginal dalam ruang publik. Mereka hidup dalam "malam" yang permanen karena sistem politik dan ekonomi sering kali menutup mata terhadap keberadaan mereka.

Di sini, "kesunyian" bukan lagi soal ketenangan spiritual, melainkan isolasi sistemik dari akses kesehatan, pendidikan, dan perlindungan hukum. Suatu penekanan bahwa mereka yang tertindas, penderitaan tidak mengenal kalender liturgi; ia ada setiap hari.

Transformasi dari Charity menuju Social Justice

Visi utama puisi ini terletak pada perpindahan dari "Sudut Itu" menuju "Rumah Keadilan untuk Semua." Ini adalah tuntutan akan Keadilan Distributif. Suatu ketegasan bahwa kaum marginal tidak membutuhkan belas kasihan yang bersifat sementara (paliatif). Yang mereka butuhkan adalah "Rumah Keadilan," metafora sistem kewarganegaraan yang menjamin kesetaraan akses bagi setiap individu tanpa memandang kelas. Harapan dalam puisi ini bukanlah harapan eskatologis (akhirat) semata, melainkan perubahan struktural di Dunia Nyata.

Essay di atas bahwa Opa Jappy menunjukkan manifesto kemanusiaan. Ia menuntut semuanya agar melampaui seremoni dan mulai melihat kemiskinan bukan sebagai takdir sasaran belaskasihan, melainkan kegagalan sistemik yang harus diperbaiki.

Perayaan Natal sejati hanya akan tercipta ketika "Malam Kudus" tidak lagi dibayangi oleh jeritan diam mereka yang terpinggirkan, melainkan dirayakan di dalam "Rumah Keadilan" yang inklusif untuk semua.

(dr. Antonius Tan | Opa Jappy Official)