DAYAK sebagai suku asli Pulau Kalimantan sudah membentuk komunitas dewan adat internasional, yakni Dayak International Organization, Selain di dalam negeri, para pengurus dan anggotanya adalah kalangan warga negara Malaysia dan Brunai Darusallam keturunan Dayak. Organisasi Dayak internasional tersebut maupun di dalam negeri, sepakat untuk mendukung pemerintah di negara masing-masing bak Indonesia, Malaysia dan Brunai. Di Indonesia, seluruh dewan adat se-Kalimantan, mendung penuh dijadikannya Kalimantan Tengah dan sebagian Kalimantan Timur sebagai Ibu Kota NKRRI.
Menurut Presiden Joko Widodo, sebagaimana dilansir Wikipedia, lokasi utama Ibu Kota NKRI adalah di Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Tengah, serta di Kabupaten Kutai Kertanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Keduanya terpilih karena lokasi ibu kota baru di sana, sangat kecil risiko bencana alam lantaran berada 'di jantung Indonesia'.
Menurut Joko Widodo, masih dari Wikipedia, bakal diberlakukan undang-undang untuk pemindahan ibu kota. Pembangunan dimulai pada 2020, dan pemindahan akan dilakukan bertahap dimulai tahun 2024. Kemudian, pemimpin ibukota baru, tidak dipimpin seorang gubernur, melainkan Kepala Badan Otorita Ibukota Indonesia yang mirip jabatannya setingkat menteri.
Adapun tayangan yang juga dikhususkan buat pembaca Kompasiana ini, menghadirkan Dr. Yulius Yohannes, M.Sc, Sekjen Dayak International Orgnization yang didampingi tokoh masyarakat Dayak Kalimantan Barat,Tobias Ranggi, SH yang juga seorang praktisi hukum di Kota Pontianak. Menurut keduanya, berbagai peristiwa rasial yang pernah terjadi di beberapa wilayah Kalimantan, menjadi pelajaran bahwa siapa saja yang datang ke Kalimantan, harus menghargai adat dan istiadat masyarakat Dayak.
Masyarakat Dayak sendiri lewat tokoh-tokoh adatnya selalu diingatkan untuk tetap mencintai dan merawat kebudayaan sendiri. Ini sebagai wujud pengalaman ideologi Pancasila, yang dilahirkan dari kebudayaan asli berbagai suku bangsa di Indonesia, termasuk dari kebudayaan Suku Dayak. Jadi, tegas keduanya, masyarakat Dayak harus mencintai dan melakukan akselerasi kapitalisasi modernisasi kebudayaan Dayak dalam pembangunan nasional, sebagai wujud nyata pengamalan ideologi Pancasila.
Sejarah masa lalu telah menodai Bumi Borneo. Peristiwa Mangkuk Merah pada September-Desember 1967 misalnya, merupakan peristiwa penyerangan yang disertai pembunuhan dan pengusiran yang dilakukan oleh suku Dayak terhadap permukiman warga etnis Tionghoa di pedalaman Kalimantan Barat. Dilansir Wikipedia, peristiwa ini menjadi salah satu tragedi kemanusiaan dalam sejarah Indonesia. Mangkuk Merah sendiri, merupakan istilah ritual dan adat suku Dayak sebagai sarana konsolidasi dan mobilisasi pasukan lintas subsuku yang efektif dan efesien dan simbol dimulainya perang.
Sederet peristiwa rasial lain pernah terjadi di Kalimantan, antara lain, konflik masyarakat Dayak dengan warga pendatang dari Madura. Awalnya, hanya karena perbuatan oknum-oknum tertentu dari masyarakat pendatang ini, terjadi peristiwa berdarah yang tercatat dalam tinta merah perjalanan berkebangsaan di NKRI.
***