Rhysna Ase
Rhysna Ase Freelancer

Risna Ase memiliki minat besar dalam dunia penulisan, baik cerpen, puisi, artikel, maupun bentuk karya tulis lainnya. Ia gemar menulis tentang berbagai topik, seperti media sosial, dunia digital, politik, budaya, sejarah, serta dinamika kehidupan sosial masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Video

Media Massa dan "Xpose Uncensored" Trans7: Perspektif Teori Komunikasi

16 Oktober 2025   13:41 Diperbarui: 16 Oktober 2025   13:41 133 0 0

Baru-baru ini media sosial kembali dihebohkan dengan tayangan program televisi nasional Trans7, "Xpose Uncensored". Program ini telah menayangkan tontonan yang dianggap telah memprovokasi masyarakat dengan menyinggung kehidupan di Pondok Pesantren Lirboyo dan Kiai Anwar Manshur. Narasinya yang menunjukan " Santrinya minum susu aja kudu jongkok" dan penggambaran kiai yang menerima "amplop" dari santri dinilai provokatif dan merendahkan.

Masyarakat menganggap bahwa program ini menampilkan tontonan yang dinilai telah menghina Kiai dan Ponpes. Tidak hanya itu, Trans7 kini dikccam karena telah menampilkan  berita yang tidak profesional layaknya media nasional pada umumnya. Reaksi publik ini telah meluas lewat tagar #BoikotTRANS7 yang menjadi viral di media sosial, mencerminkan bahwa kuatnya protes dari santri, alumni dan masyarakat luas atas tayangan tersebut.

Tidak hanya masyarakat dunia maya, berbagai lembaga turut angkat suara diantaranya DPR mendesak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk menghentikan dan mengaudit Trans7. PBNU dan GP Ansor menuntut pertanggunghawaban, dan MUI meminta agar tindakan tegas karena tayangan dianggap sangat tendensius dan tak berimbang.

Atas berbagai kritikan tersebut, Pihak Trans7 segera menyampaikan permohonan maaf terkait dengan tayangan pada 13 oktober lalu itu. Pihak Trans7 berjanji akan lebih berhati-hati dalam menyajikan konten terkait dengan pesantren dan tokoh agaman. Permintaan maaf itu disampaikan kepada keluarga besar Pondok Pesantren Lirboyo. Akan tetapi KPI dengan resmi tetap menghentikan sementara Program "Xpose Unsensored" imbas dari tayangan pesantren tersebut.

Permasalahan yang di atas bukanlah yang terjadi untuk pertama kalinya dalam dunia maya atau pers jurnalistik. Jauh sebelum media online dikenal oleh banyak orang seperti sekarang ini, pers berkali-kali dikecam lantaran menampilkan kabar yang memprovokasi bahkan menampilkan masalah pribadi yang tidak layak ditonton oleh banyak orang.

Dalam tulisan ini penulis tidak bermaksud memprovokasi pihak manapun. Penulis ingin menunjukan bahwa terdapat dua hal yang penting untuk diketahui. Pertama, bahwa media massa memiliki kekuatan besar dalam memengaruhi dan menggerakan massa. Kekuatan tersebut masuk melalui interaksi antara media dan manusia. Dalam permsalahan tersebut dapat kita lihat bahwa interaksi yang terjadi antara media dengan manusia telah memberikan pengaruh yang besar hingga menimbulkan masyarakat yang kontra terhadap program yang ditayangkan Trans7.

Media mampu menggerakan perilaku massa sesuai dengan arah yang dihendakinya. Karena kehalustajamannya, Jallahudin Rakhmat melukiskannya ibarat seorang pasien yang tidak bisa apa-apa setelah dimasukan sejenis jarum melalui jarum kecil ke dalam tubuhnya. Lewat teorinya yang disebut teori jarum hipodermis, Rachmat menganologikan pesan komunikasi seperti setetes obat yang disuntikan dengan jarum ke bawah kulit pasien.

"Seperti dilukiskan Merlvin DeFleur, melalui teori peluru, yang mengatakan massa diasumsikan sebagai sosok yang tidak bisa berdaya karena ditembaki oleh stimulus media massa"

Kedua, realitas yang yang ditunjukan media massa sebetulnya hanya realitas bentukan. Media yang berfungsi sebagai jembatan antara peristiwa dan publik pembaca. Peristiwa-peristiwa dunia yang sulit dipahami dapat diterjemahkan oleh media sesuai dengan bahasa dan logika yang dipahami oleh masyarakat. Apa yang kita terima dari media adalah gambaran kenyataan yang telah dibentuk menjadi realitas kedua, bukan realitas yang sesungguhnya. Media merupalan hasil rekayasa para peliput dan penulis berita, serta editor yang menerima hasil liputan.

Kekuatan media yang besar ini menjadi satu peringatan bagi masyarakat dunia maya untuk selalu mengkritis serta jeli dalama menerima pesan yang disampaikan. Tayangan yang ditayangkan seharusnya tidak langsung diterima begitu saja, tetapi mesti dicari dan diteliti untuk mengetahui kebenaran yang sesungguhnya. Kekuatan inilah yang dengan cepat mempengaruhi massa, sehingga masyarakat perlu menilai pesan yang disampaikan.

Tayangan oleh Trans7 yang dinilai telah memprovokasi sesungguhnya merupakan bagian dari kekuatan pers itu sendiri. Pengaruhnya yang besar telah membuka mata semua orang, bahkan dengan cepat menuai opini publik baik yang pro maupun kontra.

Sesungguhnya pers dapat digunakan untuk berbagai kepentingan karena kekuatannya. Pers bisa menjadi alat penegak keadilan, pembela demokrasi, atau bisa sebaliknya menjadi alat untuk melakukan penindasan dan mempertahankan kekuasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2