Berburu takjil menjadi agenda wajib yang tidak boleh terlewatkan selama bulan Ramadan. Keseruan berburu takjil selalu menjadi momentum paling dinantikan sedari kecil. Sampai dewasa pun, sepertinya tidak ada yang bisa menolak ajakan berburu takjil.
Setiap orang biasanya sudah memiliki takjil favoritnya. Bahkan, saat sebelum sahur pun, selalu ada yang sudah menentukan akan membeli takjil untuk berbuka.
Mulai dari minuman segar, seperti es buah, jus, milk shake, es dawet, es campur, es doger, es mambo, es kelapa muda, es jeruk, sampai minuman sirup dengan warna yang menggoda. Kurang lengkap jika tidak ditemani dengan makanan penuh minyak yang sering kita sebut dengan gorengan. Bakwan, bala-bala, pisang goreng, gehu, karoket, dan gorengan tepung lainnya yang nikmat dinikmati masih panas.
Berbuka dengan yang manis sering terdengar bahkan menjadi sunah berbuka puasa. Namun tetap saja, makanan asin yang berminyak bercampur pedas tak kalah menarik. Generasi pecinta micin menjadikan sajian ini sebagai pembuka puasa. Seperti telur gulung, cilor, cimin, dimsum, cilung, dan makan serupa lainnya.
Saking tak ingin ketinggalan merasakan keseruan berburu takjil, saya memutuskan untuk melaksanakan ibadah puasa minggu pertama di kampung halaman. Sebagai anak rantau, tentunya saya sangat ingin menikmati suasana Ramadan bersama dengan keluarga tercinta.
Tepatnya di Kabupaten Sumedang. Sebuah kota kecil yang ada di Jawa Barat. Meski begitu, Sumedang menyimpan banyak cerita yang selalu bikin rindu. Tidak terlalu padat, dan tidak juga terbilang sepi. Apalagi akses menuju Bandung sangatlah mudah. Hanya satu jam setengah saja, warga Sumedang sudah bisa merasakan kemacetan hiruk pikuk kota Bandung.
Sayangnya di Sumedang tidak ada pasar dadakan yang khusus untuk berburu takjil menjelang berbuka puasa. Berbeda saat saya merantau di Kota Tasikmalaya pada tahun 2015 sampai 2021.
Di Tasikmalaya, sebuah lapangan besar bernama Dadaha yang terletak di pusat kota disulap menjadi sebuah pasar dadakan para penjual menjajakan dagangannya. Kemacetan setiap sore di daerah tersebut tak dapat dihindari. Mulai dari warga yang ngabuburit, mencari takjil, sampai baru pulang kerja dan menuju kediamannya.
Meski tidak seramai Tasikmalaya, Sumedang punya beberapa tempat yang sering dijadikan warga untuk mencari takjil. Salah satunya yang berada di pusat kota adalah Alun-Alun Sumedang dan Taman Endog.
Alun-Alun Sumedang tidak hanya ramai oleh pemburu takjil, tetapi ramai juga oleh sekelompok komunitas yang hendak ngabuburit dan berbuka bersama. Jajanan yang variatif dan murah meriah. Mulai dari harga 5 ribu rupiah saja. Kamu dapat memilih minuman dingin yang segar, makanan padat, makanan ringan, makanan berminyak, makanan manis, ataupun permicinan.