Sultani
Sultani Freelancer

Senang menulis isu-isu pangan, lingkungan, politik dan sosbud kontemporer.

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Ekonomi Sirkular: Dari Sampah jadi Cuan

7 September 2025   23:04 Diperbarui: 7 September 2025   22:25 56 2 0

 

Bayangkan jika sampah yang kita anggap tak berguna, justru bisa menjadi kunci untuk membuka peluang besar. Inilah gagasan utama ekonomi sirkular: mengubah sampah menjadi sumber daya yang bernilai. Gagasan ini membalikkan cara kita mengelola sampah dengan pola lama: pakai, buang, selesai. Padahal, pola ini hanya menambah beban TPA, menyebarkan bau busuk, dan merusak lingkungan.

Ekonomi sirkular menawarkan konsep yang sederhana: setiap barang dan material yang dibuang tidak berhenti di tempat sampah, tetapi masuk ke siklus baru, tepatnya, didaur ulang, diproses ulang, atau dimanfaatkan kembali. Artinya, sampah bukan akhir, melainkan awal dari sesuatu yang bernilai.

Ekonomi sirkular akan membuat setiap lembar kertas bekas, plastik kresek, atau sisa kemasan dari rumah tangga, pasar, sekolah, hingga perkantoran bukan lagi akhir dari siklus konsumsi, melainkan awal dari perjalanan baru. Sampah tidak lagi berakhir di tempat pembuangan, melainkan kembali masuk ke dalam rantai produksi sebagai bahan baku. Proses daur ulang bukan hanya tentang kebersihan lingkungan, tetapi juga membuka jalan bagi model bisnis yang berkelanjutan. Ekonomi sirkular akan membuat setiap limbah memiliki potensi untuk dihidupkan kembali menjadi sesuatu yang bermanfaat.

Narasi inilah yang sedang tumbuh dari para pelaku ekonomi sirkular berbasis daur ulang. Mereka melihat peluang di balik tumpukan sampah, menyulapnya menjadi produk bernilai ekonomis sekaligus solusi bagi masalah lingkungan. Dari sini kita belajar bahwa bisnis masa depan bukan hanya mengejar keuntungan, tetapi juga tentang bagaimana menciptakan keberlanjutan, agar bumi tetap layak dihuni, dan ekonomi bisa terus berputar tanpa merusak kehidupan.

Praktik Ekonomi Sirkular di Depok

Di tengah fakta bahwa setiap hari Kota Depok menghasilkan 1000 ton sampah yang menumpuk di TPA Cipayung, membangun bisnis berbasis sampah jelas bukan perkara mudah. Namun faktanya, di Kota Depok sekarang, praktik ekonomi sirkular bukan sekadar wacana. Sudah banyak komunitas yang bergerak secara terorganisir mengelola komoditas yang dianggap kotor dan menjijikan.

Memang, bisnis mereka tidak terlihat glamor. Bau sampah menjadi teman sehari-hari. Tetapi justru dari situlah mereka menghasilkan rupiah, sekaligus berkontribusi nyata menyelamatkan lingkungan dari polusi dan kerusakan tanah.

Rantai ekonomi sikrular mempunyai jalinan rantai yang cukup panjang. Dimulai dari pemulung yang mengumpulkan, pengepul yang menyortir, bank sampah yang menampung, pencacah plastik yang mengolah menjadi biji plastik, hingga pabrik pengolahan yang memproduksi bahan baku industri.

Dalam episode ini, All Salam akan mengulik praktik ekonomi sirkular berbasisi daur ulang sampah plastik langsung dari para pelakunya. All Salam telah mewawancarai seorang pengepul di Depok yang telah menjalankan bisnisnya ini selama 16 tahun. Namanya Pak Usep.

Di saat banyak orang memandang sampah plastik hanya sebagai beban, Pak Usep justru melihatnya sebagai peluang. Berpegang pada keyakinan bahwa sampah memiliki nilai ekonomi bila dikelola dengan serius, Pak Usep tetap ulet menjaga kelangsungan bisnis ini meskipun banyak aral melintang yang harus dilaluinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2